SCUS - 22

478 61 6
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 22

Surat Cinta Untuk Shankara

Seperti isi pesan yang dikirimkannya kemarin, hari ini ia dan Shankara sepakat bertemu di taman komplek yang tak jauh dari rumahnya.

Anjani duduk di sebuah bangku panjang selagi menunggu kedatangan Shankara. Tak berselang 5 menit, Shankara datang dengan jantung belanjaan di tangan kanannya.

"Lama ya nunggunya? Tadi ke minimarket dulu."

Anjani menggeleng, "Enggak, gue juga baru aja sampai kok."

Shankara mengangguk, ia meraih sebuah roti keju beserta air mineral dari kantung belanjaannya, lalu menyodorkannya pada Anjani.

Anjani sempat tertegun, sebelum kemudian menerima roti dan air itu. "Makasih..."

Shankara kembali mengangguk, lantas mendudukkan dirinya di samping Anjani.

"Mau... ngomong apa, Kak?" Anjani bertanya setelah ada keheningan selama beberapa saat. Kepalanya menoleh untuk menatap Shankara di sampingnya. Dan untuk sesaat, Anjani kembali mengagumi rupa Shankara yang semakin rupawan setiap harinya.

Shankara balas menatapnya, yang membuat Anjani gelagapan. Gadis itu berdehem, lalu membuang muka dengan kegugupan yang menyerangnya.

Anjani tak mengerti kenapa ia selalu deg-degan saat berhadapan dengan Shankara. Padahal hal seperti ini sudah sering terjadi di antara mereka, tapi tetap saja gugupnya tak pernah berkurang.

"Ah itu, gue... kangen," ungkap Shankara seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Tak cukup dibuat berdebar oleh netra kelam Shankara yang menatapnya, kini pengakuan cowok itu berhasil membuat Anjani seperti tersambar petir di siang bolong. Sebisa mungkin ia menutupi wajahnya yang sudah merah padam. Anjani terlalu malu untuk berhadapan dengan Shankara di kondisi seperti ini.

Karena tak mendapat balasan dari Anjani. Shankara kembali buka suara, "Lo... oke?"

Anjani mengangguk. "Hari ini, oke."

"Kenapa gak masuk sekolah selama tiga hari? Apa masalahnya... seberat itu?" Shankara bertanya hati-hati, tak ingin ucapannya menyakiti hati Anjani.

Anjani kembali mengangguk. "Menurut gue... berat banget. Selingkuhan Papa hamil, jadi Papa harus bertanggung jawab dan menceraikan Mama. Mama shock berat, terus pergi dari rumah selama empat hari. Ninggalin gue sendirian di sana. Gue gak tahu harus ngelakuin apa, gue takut, gue juga bingung. Semuanya berat banget sampai gue rasanya mau mati aja kalau Mama gak pulang kemarin malam." Anjani tersenyum sebentar, lalu melanjutkan. "Mungkin bagi orang lain, masalah ini cuma masalah sepele dan gak seharusnya gue kaya gitu. Tapi, bagi gue sendiri, itu berat banget. Gue gak sekuat itu buat menghadapi masalah ini sendirian."

Surat Cinta Untuk Shankara✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang