SCUS - 15

558 63 6
                                    

*Mari kita mengenal Shankara dengan permasalahannya sendiri

*Mari kita mengenal Shankara dengan permasalahannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 15

Surat Cinta Untuk Shankara

Shankara menginjakkan kakinya di rumah besar bercat putih yang menjadi tempat tinggalnya sejak ia berusia 10 tahun. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya tatkala suara sang ibu berhasil menghentikan langkahnya.

"Shankara," panggil Siska. Tampak wanita paruh baya dengan tampilan glamour itu berjalan mendekati Shankara yang berdiri tak jauh dari kamarnya berada.

Shankara menatap Siska dengan raut datar, "Apa?" tanyanya malas-malasan.

"Waktu Mama ke luar kota, Bi Ina bilang kamu gak pulang selama beberapa hari. Kemarin juga begitu, kamu ke mana aja?" Siska bertanya dengan kerut keheranan. Wanita itu baru saja datang dari luar kota menemani sang suami dalam perjalanan bisnisnya.

"Aku nginep di rumah Papa." Shankara menjawab tanpa menatap mata sang ibu.

Siska yang mendengar itu tak bisa untuk tampak baik-baik saja. Rahangnya mengeras, sementara keningnya berkerut tak suka. "Ke rumah laki-laki itu lagi? Bukannya Mama sudah larang kamu buat ketemu dia?"

Shankara mendengkus kasar, rahangnya ikut mengeras, tak terima dengan ucapan ibu kandungnya. Matanya kini menatap Siska dengan pandangan kesal, "Atas dasar apa Mama larang aku buat ketemu Papa?"

"Atas dasar laki-laki itu sudah menyakiti Mama. Jangan panggil dia 'Papa' di depan Mama, Mama gak suka," balas Siska dengan nada penuh penekanan.

Shankara tertawa sumbang. Tak mengerti dengan ucapan Siska yang berkebalikan dengan fakta yang terjadi. Selama ini, ibunya lah yang telah menyakiti sang ayah. Shankara tak bodoh untuk mengetahui itu.

Semua yang terjadi di antara kedua orang tuanya, perselingkuhan, penghianatan, dan penghinaan, itu dilakukan oleh ibunya. Sedangkan ayahnya selalu menerima dengan lapang hati meski kecewa berkali-kali. Shankara tak mengerti kenapa ibunya tak sadar diri dengan apa yang telah ia lakukan.

"Bukannya kebalik ya? Mama yang menyakiti Papa," kata Shankara.

Siska jelas semakin tak terima disalahkan seperti itu. "Apa aja yang sudah laki-laki itu bilang ke kamu? Dia sudah menghasut kamu ya? Kenapa kamu jadi seperti ini, Shankara?"

"Ma! Bisa gak, gak usah bawa-bawa Papa dalam pembicaraan kita? Kenapa Mama selalu aja menyalahkan Papa? Padahal Papa gak pernah menjelekkan Mama di depan aku meskipun Mama udah nyakitin Papa sebegitu dalamnya. Aku yang tau sendiri, Ma, aku yang tau sendiri semua kelakuan Mama." Shankara berucap dengan nada geram. Ada emosi yang tertahan di dadanya, berharap agar emosi itu tak meluap begitu saja karena masih sadar bahwa yang dihadapinya sekarang adalah ibu kandungnya sendiri.

Surat Cinta Untuk Shankara✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang