SCUS - 19

508 62 8
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 19

Surat Cinta Untuk Shankara

"Kapan mau pulang? Mama kamu nyariin terus tuh," kata Andi pada Shankara yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.

Shankara memandang Andi sesaat sebelum menghabiskan air yang ada di gelasnya. "Aku gak bakal balik lagi ke sana."

Shankara masih memendam kecewa yang dalam. Rasanya terlalu enggan untuk menginjakkan kakinya di rumah itu lagi. Melihat Siska hanya akan membangkitkan luka yang wanita itu beri. Shankara tak suka terus-menerus kesal dan kecewa, oleh karenanya ia sebisa mungkin menghindari topik ini saat mengobrol dengan ayahnya.

Namun, mau sekeras apapun Shankara menghindar, tetap saja Andi akan menanyakan perihal ini lagi dan lagi.

"Papa tau kamu kecewa, Papa juga tau kamu marah, tapi gak baik kalau marahnya terlalu lama. Mau bagaimanapun, dia itu tetap mama kamu, Shankara. Jangan terlalu lama diabaikan, nanti mama kamu semakin sakit hati. Papa gak tega lihatnya." Andi menjelaskan dengan tutur kata yang lembut. Tak pernah sekalipun pria paruh baya itu berucap kasar, yang membuat Shankara juga tak terbiasa berbicara kasar.

Shankara memandang sang papa dengan kerut keheranan, ia selalu tak habis pikir dengan ayahnya yang tak pernah dendam dan selalu ikhlas meskipun Siska berkali-kali merendahkan. "Papa kenapa masih bisa ngomong kaya gitu sedangkan Mama berkali-kali ngerendahin Papa? Kenapa Papa gak bisa marah?"

Andi menghembuskan napasnya berat. "Buat apa marah? Yang ada semakin buat hati gak tenang."

"Tapi Mama udah menghianati Papa," kata Shankara, masih tak habis pikir dengan Andi yang terlihat tenang-tenang saja seperti tidak ada beban pikiran.

"Terus Papa harus apa? Toh, semuanya sudah terjadi. Masalah mama kamu yang menghianati Papa, biarkan saja berlalu. Mungkin hanya dengan cara itu mama kamu bisa bahagia, Papa gak mungkin memaksakan kehendak mama kamu sendiri, Shankara."

Serius, demi apapun Shankara tak mengerti dengan jalan pikir ayahnya sendiri. Bagaimana bisa Andi legowo sedangkan penghianatan yang dilakukan ibunya sangatlah menyakiti hati? Shankara pikir, ia tidak akan bisa berlagak baik-baik saja jika dihinati oleh pasangan sendiri.

Shankara bangkit dari duduknya, lantas membawa piring kotornya beserta gelas ke wastafel untuk dicuci. Cowok itu mencuci piring sambil menahan kesal. Mungkin sedikitnya Shankara sadar bahwa alasan kenapa ibunya sangat mudah menyakiti ayahnya adalah karena ayahnya sangat pemaaf. Itu juga lah yang membuat Siska tak tahu diri dan terus-menerus memberikan luka pada Andi.

Surat Cinta Untuk Shankara✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang