Bab 6. Merasa Asing

1.2K 201 6
                                    

Disc : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Fantasy, Romance, Enemy to Lover, Adult

Rated : M+

Warning : OOC, gender switch

Catatan : Fanfiksi ini terinspirasai dari drama Cina berjudul Story of Kunning Palace

.

.

.

Dilarang menjiplak, mempublikasikan dan mengklaim cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

.

Happy reading! ^^

.

.

.

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Minato bergegas untuk melihat kondisi Naruto. Pelayan melapor jika nona mereka tidak menyentuh makanannya sejak tadi siang. Minato benar-benar dibuat serba salah. Istri dan putri mereka sama keras kepalanya.

'Suasana di sekitar paviliun milik Naruto begitu sepi. Tanah diselimuti oleh tumpukan salju sisa hujan tadi sore.

Sepatu bot Minato basah oleh salju yang menempel. Pria itu merapatkan mantel saat udara malam berembus, menyapu wajahnya.

Masuk ke dalam paviliun, Minato melepas napas panjang. Putrinya berbaring terkurap di atas ranjang. Di bawah cahaya temaram lilin, wajah Naruto terlihat sangat pucat.

Minato sekilas melirik meja. Makanan yang tersaji di sana terlihat masih utuh, belum tersentuh. Naruto juga belum meminum obat malamnya. Minato meraih mangkuk obat lalu membawanya ke arah ranjang. Menarik sebuah bangku kayu, dia duduk lalu membangunkan putrinya dengan suara lembut.

"Ayah tahu kau belum tidur," ucapnya kemudian. "Bangun dan minum obatmu!"

Naruto bergeming walau perlahan kelopak matanya dibuka. Pandangan mereka bersirobok. Minato bisa melihat keengganan di kedua mata putrinya saat ini.

"Minum! Kau harus sehat untuk mengikuti ujian." Minato mengingatkannya dengan senyum lembut. Dia tahu hanya alasan itu yang bisa membuat Naruto menurunkan egonya.

Dengan sigap Minato membantu putrinya untuk duduk. Naruto mengenakan pakaian tidur berwarna putih bersih. Rambut pirang panjangnya tergerai indah. Pupil safir itu menatap sang ayah untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia mengambil mangkuk obat dari tangan Minato. Tanpa protes, Naruto meneguk isi mangkuk, menghabiskannya dengan cepat.

Di kursinya, Minato mengangguk puas. Dia menerima mangkuk dari tangan putrinya lalu diletakkannya di atas meja nakas samping tempat tidur. "Maafkan ibumu dan tolong jangan membuatnya marah. Ibumu tengah mengandung saat ini. kondisi kesehatannya sangat penting."

Untuk sesaat Naruto terlihat terkejut. "Selamat," ucapnya terdengar sangat tulus. "Sudah berapa bulan?" tanya Naruto. Saat ini telapak tangannya digenggam hangat oleh ayahnya.

"Memasuki bulan ketiga," jawab Minato.

"Ayah dan ibu belum melaporkan perihal ini kepada para tetua?"

Minato menggelengkan kepala. "Kau orang keempat yang tahu," bisiknya. "Selain ibumu, ayah dan Hotaru, belum ada yang tahu mengenai kehamilan ibumu."

Sebenarnya, saat ini Naruto bingung harus bereaksi seperti apa?

Walau statusnya anak kandung keluarga Namikaze, dia merasa seperti orang asing di rumah ini. Naruto tidak mengatakan apa pun, ekspresinya tidak terbaca.

TAMAT - Reincarnation QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang