Bab 27.2 Kosong

825 137 8
                                    

Hallo2 ... pdf sudah ready. Harga 50rb. Minat DM ya. Terima kasih. ^^

Terima kasih. ^^

.

.

.

Yang suka baca SasuFemNaru modern life, saya ada cerita baru yang sudah dipublish ya. Judulnya Someone From The Past. Ada juga ori chara timeslip, judulnya Love From The Past.

.

.

.

Disc : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Genre : Fantasy, Romance, Enemy to Lover, Adult

Rated : M+

Warning : OOC, gender switch

Catatan : Fanfiksi ini terinspirasai dari drama Cina berjudul Story of Kunning Palace

.

.

.

Dilarang menjiplak, mempublikasikan dan mengklaim cerita ini tanpa izin penulis.

.

.

.

Sasuke merasa perasaannya tidak keruan. Melihat kesedihan Naruto atas kematian Neji membuat pria itu diselimuti tanya. Apakah Naruto akan menangisi kematian Sasuke seperti itu? Atau dia tidak peduli?

Meneguk araknya, Sasuke melipat satu kaki ke atas. Pria itu duduk di pagar batu gazebo. Hatinya terasa dingin. Mereka mengatakan jika Neji sahabatnya. Dia memang merasakan sedih atas kematian Neji, tapi hati kecilnya marah karena kesedihan Naruto atas kematian Neji.

"Kenapa kau harus mati?" Sasuke menggertakkan gigi. Dia meneguk minumannya sekali lagi. Siang ini Sasuke baru pertama kali melihat wanita itu mengenakan gaun seperti wanita bangsawan pada umumnya. Namun, wanita itu datang karena mendengar kematian Neji.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Suara merdu Mei tidak membuat Sasuke menoleh kepadanya. Tersenyum lembut, Mei mendudukkan diri di kursi batu. Suasana hati Sasuke terlihat sangat jelas. Pria itu terlihat kesal dan Mei mungkin tahu penyebabnya. "Apa kau akan pergi ke rumah duka?" Mei memberanikan diri untuk bertanya. Menoleh, dia menatap langit mendung di kejauhan. "Raja akan pergi ke rumah duka setelah pertemuan dengan Jenderal Naruto dan Menteri Namikaze selesai."

Ucapan Mei kali ini berhasil membuat Sasuke menatapnya lekat dengan kening ditekuk dalam. "Kakakku melakukan pertemuan dengan mereka?"

Memasang wajah polos, Mei menganggukkan kepala. "Ya," jawabnya. "Sepertinya Jenderal Naruto meminta izin untuk pergi ke perbatasan." Di dalam hati, Mei tidak menyukai perubahan ekspersi Sasuke. Walau masih belum mengakuinya, pria itu jelas tengah cemburu.

Mei melepas napas panjang. Dia mengamati lengan bajunya dengan saksama. "Tentu saja Jenderal Naruto ingin pergi ke perbatasan. Dia pasti menginginkan abu jenazah pria yang dicintainya." Masih memasang ekspresi polos, Mei memiringkan kepala ke satu sisi. "Apa kau tidak tahu?" tanyanya sembari mengerjapkan mata. "Sudah menjadi rahasia umum jika keduanya memiliki hubungan romantis."

"Omong kosong!" sanggah Sasuke. Pria itu meloncat cepat lalu menaruh botol araknya di atas meja. Tanpa mengatakan apa pun, Sasuke pergi meninggalkan Mei yang tersenyum penuh kemenangan di belakangnya.

.

.

.

Saat tiba di ruang kerja raja, Sasuke melihat Minato sudah tidak ada di sana sementara Naruto masih berbicara sangat serius dengan raja. Samar, Sasuke mendengar suara kakaknya bicara, "Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menahanmu, Namikaze Naruto!" Suara Itachi terdengar penuh beban dan keputusasaan. Dia menunjuk Naruto. "Kau memaksaku mengirimmu ke perbatasan. Apa kau mau mati?"

TAMAT - Reincarnation QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang