Hai,
enggak tahu kenapa
rasanya pengin update aja..
selamat membaca~
🍯
[ 6. ]
Yogyakarta International Airport
– Glagah, Kulonprogo"Enggak mau! Sama Om Esa aja," rengek Ravel dengan dua tangan terulur dan wajah mengantuk yang siap berubah menjadi tangis kapan saja.
"Ya udah, ya udah, sama Om Esa nih," ucap Lyre, perlahan melepas dekapan.
Esa terkekeh senang, segera membungkuk, mendekap tubuh balita yang segera beralih kepadanya. Ia memastikan Ravel berpegangan erat sebelum berjalan menuju pintu keluar dan perlahan menuruni tangga pesawat.
Soraya yang sudah menunggu di bawah segera mendekatkan selimut, menutupi bagian kepala dan punggung cucunya. Gerimis tipis mengguyur landasan, menyambut kepulangan mereka kembali ke Yogyakarta.
"Kenapa tadi, Ravel sampai teriak-teriak enggak mau?" tanya Soraya.
"Enggak mau gendong Mama," jawab Ravel dan sejenak mengangkat kepala dari bahu Esa, memperhatikan sang ibu dibantu turun dari pesawat. "Papa bilang Mama masih ada sakitnya, jadi enggak boleh gendong, enggak boleh tiba-tiba peluk atau main tendang-tendang."
Esa kemudian memastikan. "Bolehnya sama Om Esa, ya?"
"Sampai Papa nanti selesai kerjanya, Vel main dan belajarnya sama Om Esa," jawab Ravel sembari mengeratkan pegangan tangan dan menguap.
"Wah, berarti Ravel sementara jadi anaknya Om Esa ya, namanya ganti juga, Kharavela Arsyanendra Kanantya."
"Enggak," cetus Ravel cepat. "Vel itu nama belakangnya Papanda."
"Kanantya dong," pinta Esa, berlagak tidak mau kalah.
"Papanda!" seru Ravel.
"Kanantyaaaa ..."
"Enggaaak."
Lyre geleng kepala memperhatikan perseteruan itu, raut kantuk anaknya perlahan lenyap, berganti antusiasme mendebat Esa tentang nama belakang. "Makin cranky kalau udah ngantuk tapi masih digodain."
Soraya meringis. "Esa begitu soalnya Ravel kelihatan sedihnya enggak pulang ke sini sama Kagendra."
"Duduk di kursi roda, Re," ucap Lukito Kanantya yang selesai menyiapkan kursi roda.
Lyre segera duduk, menerima uluran kacamata hitam dari sang ibu dan segera memakainya. Seorang petugas bandara datang mendekat, meminta beberapa informasi yang ditangani dengan cekatan oleh Esa lalu mereka diarahkan ke ruang tunggu khusus, karena mobil jemputan belum tiba dan ada beberapa barang sekaligus dua koper yang sedang diturunkan dari pesawat.
"Di sebelah situ ada playground kata Mbaknya tadi," ujar Soraya, menunjuk satu arah.
Lyre geleng kepala, memperhatikan anaknya sudah memejamkan mata di pangkuan Esa. "Udah siap tidur gitu. Semalam susah tidurnya, kebangun nyari Papanya terus."
"Lho iya, pantes tadi pagi Ravel siap-siapnya sama Kagendra," kata Soraya.
"Semalam jam sebelasan pindah tidur sama Kagendra." Lyre kemudian bertanya, "Ravel bangunnya jam berapa tadi pagi, Mas?"
"Subuh, terus habis jamaah, sama Waffa diangkut ke kamarnya Desire buat cobain baju baru. Mama Kinar malah ikutan seru, ada beliin mainan tuh sekoper, jadinya anak ini enggak tidur lagi," ungkap Esa, menjelaskan kenapa keponakannya sudah mulai pulas padahal jam tidur siangnya masih sekitar tiga jam lagi. "Kamu enggak telepon Kagendra dulu, Re?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REPUTATION
Romance[ Sebagian cerita ini sudah diunpublished ] Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi mengamankan reputasi dua keluarga, untuk menyakinkan semes...