[ 32. ]

22.5K 3.8K 1.9K
                                    


Hai,
sesekali ngapel di Senin pagi
sebab daku masuk siang
wkwkwkwkk~

.

3.330 kata untuk part ini
Aku semangat bingit
kalian juga semangat ya
vote & komentarnya

minimal tibanin ❤️🩷

.

THANK YOU SO MUCH

🍯

[ 32. ]

"Enggak boleh pulang, gantian dong, aku udah nginep di Palagan ... Mas Esa juga nginep Ambarketawang."

Ucapan itu yang jadi awal mula, bagaimana Esa akhirnya tetap tinggal di rumah keluarga Ruslantama. Inge juga mendesak hal yang sama, terutama karena para ayah secara kebetulan memiliki agenda dinas di luar kota. Lukito Kanantya ada kunjungan ke Surabaya dan Theo Ruslantama pergi ke Solo.

Jadilah, Soraya dan Esa tidak punya alasan untuk menolak, berakhir mengiyakan permintaan itu usai meminta izin dan memastikan keadaan di rumah tetap aman.

Kediaman keluarga Ruslantama memiliki dua kamar tamu di lantai bawah. Namun, karena salah satunya tidak pernah dipakai dan kamar mandinya mampet, Esa diminta tidur di kamar Thomas.

Semula Esa ingin menolak, namun selesai makan malam bersama dan menyadari suhu tubuh Tsabitah meningkat, dirinya langsung setuju pindah ke lantai dua.

Pukul sepuluh lebih lima belas menit. Tsabitah akhirnya pulas, genggaman tangannya jadi longgar, membuat Esa perlahan membebaskan lengan dan menjauh. Ia sejenak memperhatikan ruang kamar tempatnya kini berdiri. Berbeda dengan kamar di Jakarta yang cerah-ceria, kombinasi putih dan kuning, kamar Tsabitah di rumah ini lebih elegan, sekaligus terkesan dewasa. Dominan unsur kayu dan warna beige.

Esa tersenyum menyadari rak memorabilia yang memuat beberapa barang kenangan, termasuk buku cerita, kanvas-kanvas kecil yang dulu mereka lukis bersama, sampai pot gerabah dengan berbagai bentuk kaktus artifisial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esa tersenyum menyadari rak memorabilia yang memuat beberapa barang kenangan, termasuk buku cerita, kanvas-kanvas kecil yang dulu mereka lukis bersama, sampai pot gerabah dengan berbagai bentuk kaktus artifisial.

Suara pintu terbuka membuat Esa menoleh, Inge berjalan masuk dengan sebuah mug bergambar kawanan lebah melingkari tulisan 'bee happy'.

"Oh, sudah tidur," ucap Inge lega.

Esa mengangguk. "Udah enggak anget juga."

Inge memeriksa dengan termometer di nakas dan mengangguk. "Syukurlah, itu Bunda udah siapin piama, Esh ..."

"Iya, malam, Bun." Esa berpamitan lalu melangkah ke pintu.

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang