[ 38. ]

25.3K 3.6K 1.4K
                                    

Good Morning, Bestie~
aku ngapelnya pagi yaa, nanti sore soalnya berangkat ke luar kota, hufft.

2.975 kata untuk bab ini
dinoboy muncul seimit, wkk
yang kangen semoga terobati dikit.

.

yang enggak kalah gemec dan pinter, kalau mau baca Mas Ageng bisa mampir ke Karya Karsa yay ⤵️

yang enggak kalah gemec dan pinter, kalau mau baca Mas Ageng bisa mampir ke Karya Karsa yay ⤵️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Terima kasih 🩷


[ 38. ]

"Subuh kemarin, Papamu telepon Eyang, minta didoakan agar perjalanannya ke Bali dilancarkan. Subuh hari ini, gantian Theo yang telepon, suaranya serak, minta didoakan juga supaya dikuatkan. Inge juga." Taher Ruslantama memegangi lengan Esa erat. "Mereka itu, sejak orang tua ini makin sepuh dan enggak bisa diajak mikir, mintanya cuma doa aja ... masalahnya apa enggak ngomong, enggak mau cerita, dan cuma bikin penasaran."

Esa menahan senyum, menepuk-nepuk lembut tangan renta yang berpegangan pada lengannya. "RUBY memang lagi ada masalah untuk bahan baku salah satu produknya, Eyang ... dan ternyata memang ada hal-hal yang perlu diluruskan juga sehubungan dengan keberadaan keluarga Soeryadarma telah ditemukan."

Langkah Eyang Taher seketika terhenti. "Oh, bagaimana kabarnya itu Chaerul?"

"Sejauh yang dikabarkan Papa, beliau baik, Ayara juga sehat. Mereka mengelola perkebunan coklat organik, makanya double agenda ke Bali itu."

"Oalah, ya syukur ..." Eyang Taher mengangguk, melanjutkan langkah hingga ke ruang baca. "Nah, sekarang katakan apa agendamu pagi-pagi ke sini?"

Esa tertawa kikuk, lebih dulu membantu Eyang Taher duduk di sofa baca. "Cucu bungsunya Eyang gampang kangen, makanya—"

"Akal-akalan begitu enggak guna, Esh! Kamu bukan Thomas yang gampang ngibrit kabur kalau udah dikangenin Ayara." Eyang Taher geleng-geleng kepala, dia masih sangat yakin dengan karakter cucu sahabatnya ini.

Esa tersenyum, lantas memilih berlutut di samping kursi Eyang Taher, kedua tangannya memegangi tangan renta yang kini terkulai di pangkuan. "Aku ingat dulu Eyang, Tante Rika bersama Thomas merencanakan ulang tahun Bunda di sini, garden party ..."

"Ah, ya, itu seharusnya jadi kejutan meriah ... Rika sampai ndredek itu dulu mengurus pembatalan acara dengan event planner."

Esa mengangguk. "Aku dibolehin Ayah periksa barang-barang Tommy, tapi ada satu yang enggak ada."

Tangan Eyang Taher seketika terasa dingin. "Itu ... enggak akan bisa dibuka."

"Jadi benar ada di sini?" tanya Esa.

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang