Halo, Bestie~
Eaa senank apa tyda?Janjinya Sabtu tapi Kamis maniez gini sudah nongol? Hohoho ... wajib tibanin lovenya sih, 💛🩷💚
.
3.550 kata untuk bab ini
semedi seminggu nih, menyelesaikan salah satu draft tersulit dari keseluruhan cerita Reputation. I wish you could enjoy every 'loving' part from this chapter, xoxo.
Thank you very much
🍯
[ 41. ]
Ayara hampir tidak kuasa menahan tangis begitu melihat pasangan orang tua yang duduk di ruang tamu suitesnya.
Chaerul Soeryadarma mengangguk pada sang putri, menemani dan mendukungnya. "Ra, mereka sekali lagi datang untuk kamu dan Ageng, karena itu ... beranikan dirimu, ya."
Ayara mengangguk, perlahan mendekat pada Ayah dan Bunda yang juga berusaha menahan tangis. Ayara segera berlutut, membuat Inge langsung meraih dan memeluknya.
"Maaf ... maaf ... maaf Bunda ... ak—" isak Ayara, tersengal-sengal oleh kesedihan juga rasa bersalah yang mendalam.
Inge memeluk erat menantunya dan menggeleng. "Bunda tahu itu bukan pilihan yang mudah, Aya ... dan terima kasih, karena meski keadaannya begitu berat, sulit, sekaligus enggak adil, tetapi kamu tetap bertahan. Terima kasih banyak, Ayara."
Tangis Ayara semakin sulit dibendung mendengar ucapan itu.
Theo mengusap lelehan air mata di pipinya, ikut berlutut untuk mengelus kepala Ayara yang tertunduk di bahu Inge. "Thomas pasti marah, kalau sudah sejauh ini dan kami masih membuatmu menangis ... karena itu, demi Ageng juga, kita perbaiki sama-sama, ya."
Ayara mengangguk-angguk dalam tangisnya. "Maaf, Ayah ..."
"Ayah sama Bunda yang maaf, karena lalai dan teledor ... karena punya banyak kekurangan juga, padahal seharusnya wajib melindungimu juga." Inge menoleh dan mengecupi sisi wajah Ayara penuh sayang. "Kali ini, kami akan berusaha lebih baik lagi, ya, Aya."
Ayara hanya bisa terus menangis selama setengah jam berikutnya, hingga sepasang matanya bengkak dan suaranya serak. Theo dan Inge juga demikian, hampir kesulitan menenangkan diri saat mendengar suara Ageng.
"Ibu ... Akung ..."
Chaerul Soeryadarma beralih, menggandeng cucunya itu keluar dari kamar. Ageng mulanya takut-takut dan gugup, namun begitu melihat kedua tangan Opa Theo-nya terangkat, terentang ke arahnya, ia segera berlari dan memeluk.
"Opa ..." panggil Ageng sambil tangan kanannya meraih tangan Inge dan kembali memanggil. "Oma ..."
Inge mengangguk, menciumi tangan cucunya dan bergerak mendekat untuk memberi kecupan sayang di kening. "Hallo, Ageng ... akhirnya pulang, ya."
"Iya, sama Ibu sama Akung, buat ketemu semua keluarga di sini," ujar Ageng senang, semuanya terasa tepat dan nyata sampai agak sulit menahan euforia.
Theo mengangguk, gantian mengecup pelipis cucunya dan memperhatikan Ayara yang perlahan tenang dalam rangkulan Chaerul.
"Buat doain ayah di makam juga," ucap Ageng dan merasakan pelukan kakeknya menguat.
"Besok ya, sama-sama semuanya juga," ujar Inge yang kemudian menempatkan telapak tangan Ageng ke pipinya. "Maaf ya kalau kebangun malam-malam begini, soalnya Opa sama Oma enggak sabar mau ketemunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
REPUTATION
Romance[ Sebagian cerita ini sudah diunpublished ] Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi mengamankan reputasi dua keluarga, untuk menyakinkan semes...