[ 48. ]

23.3K 3.6K 1.6K
                                    

Tenang-tenang,
ini bukan salah pencet, hahaha
yeap, double update!
Yeaayyyyy 🫰🏻

.

Bisa kali tibanin 🩷❤️💛💚

.

2.850 kata untuk bab ini
Lagi lancar ngehalunya karena stress dan cuma dapat libur hari Senin 😭

Semangat deh sesama budaq corporate yang senasib~

🍯

[ 48. ]

Bionic.arm
Performance diagnostic lab.

Tsabitah menunggu di luar ruangan. Kegiatannya hari ini adalah menemani Esa menjalani tes performa terakhir sebelum mulai uji coba produk prostetik yang baru. Prototipe yang kemarin sudah diperlihatkan tampak lebih canggih dan dinamis, karena itulah dibutuhkan kesiapan lebih juga bagi para tester-nya.

"Miss Roselantama?"

Panggilan yang membuat Tsabitah segera berdiri dan mendekat. "Ruslantama you mean?"

"Oh, yeah, you're here with Mr. Lukesh, right?"

"Yes, right," kata Tsabitah kemudian dipersilakan masuk dan nyaris takjub dengan perlengkapan check-up yang tersedia, berbatasan dengan dinding kaca terlihat Esa sudah bertelanjang dada, dibantu memasang beberapa kabel detector yang menyambung ke alat perekam di samping kiri sebuah treadmill khusus.

Esa melambaikan tangan, tersenyum sekilas sebelum mulutnya dipasangi masker khusus dan bersiap memulai tes fisik pertamanya.

Tsabitah duduk, mendengar penjelasan tentang pentingnya mempertahankan kebugaran, postur tubuh, keseimbangan sekaligus stamina bagi para tester.

Esa tidak tampak kesulitan saat mulai berlari, hingga perlahan kecepatan ditambahkan dan terlihat jelas upaya untuk mempertahankan posisi, juga kecepatan berlari yang stabil. Tanpa lengan prostetiknya, keseimbangan Esa memang sedikit terganggu.

Tsabitah menahan napas saat mendapati Esa hampir terjatuh, meski lelaki itu sigap mengamankan diri dan trainer yang mendampingi segera membantu.

"Mas, enggak apa-apa?" tanya Tsabitah, beranjak mendekat.

"Iya, ini masih oke," jawab Esa dengan agak terengah begitu maskernya dibuka.

Sejujurnya baru kali ini juga Tsabitah melihat dengan sejelas ini, sisa lengan atas Esa tanpa balutan perban atau tertutupi kain baju. Bahu dan pundak berotot itu berakhir pada sebagian lengan di batas siku yang mengkerut. Ada semacam platina menonjol, sehingga saat prostetik dipasangkan terdengar bunyi 'klik' dan dalam beberapa detik, jemari berserat karbon itu perlahan bergerak.

"You okay, Luke?" tanya perempuan dengan jas laboratorium yang membantu pemasangan prostetik.

Esa mengangguk. "Yeap, I am ready for this."

Tsabitah kembali melihat Esa berlari dan berbeda dari sebelumnya, kali ini di penambahkan kecepatan berapa pun, posisi berlarinya tetap stabil, gerak tubuhnya juga dinamis layaknya atlet lari profesional.

Usai tes tersebut, Esa beralih ke meja tempat beragam benda diletakkan, setiap benda harus diambil lalu dipindahkan, beberapa harus dilemparkan, sampai balas menangkap sesuatu yang dilemparkan acak. Tidak jarang benda-benda dijatuhkan dari atas atau harus dipungut dari lantai.

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang