[ 36. ]

21.6K 3.6K 1.1K
                                    


Hai,
sorry jadinya update hari Jum'at, karena baru ingat besok Sabtu itu syawalan trah keluarga, bakal repot seharian, ditambah kudu menanggapi pertanyaan keramat, wakakakaka doakan aku kawan~

.

2.850 kata untuk bab ini
semoga kalian suka yayy

Thank you
buat yang always leave a vote & nicely comments, really appreciate it.

🍯

[ 36. ]

"Transfer data sebanyak ini kira-kira butuh waktu satu jam, Mas, mau langsung diproses atau di rumah saja?" tanya petugas yang melayani Esa untuk pembelian ponsel baru.

Esa menoleh Tsabitah yang sedang mencoba-coba komputer tablet. "Bee, di rumah aja, ya?"

Tsabitah segera mengangguk. "Iya, kalau Mas mau telepon Papa atau Mama bisa lewat aku dulu."

"Oke," kata Esa, memperhatikan ponsel barunya dikemas ulang dan ponsel lamanya ikut dimasukkan dalam paper bag. Petugas menyerahkannya dengan senyum dan Esa membalas dengan ucapan terima kasih.

Ia beranjak keluar dari toko sambil bertanya, "Habis ini mau jalan-jalan ke mana?"

"Cari sweater couple buat self photo studio."

Esa terkekeh, Tsabitah benar-benar bersemangat dan sedikit banyak hal itu membuatnya lega. "Ayo cari sweaternya kalau gitu."

"Ke lantai bawah, Mas," kata Tsabitah lalu meraih lengan Esa dan menggandengnya. Ia sudah semakin terbiasa sekarang, saat menggandeng atau memeluk lengan lelaki ini tidak lagi membuat degub jantungnya menjadi heboh.

"Mas, kabarnya Mbak Re sama Ravel gimana?"

"Baik, kok, kenapa tiba-tiba tanya?"

Tsabitah angkat bahu sekilas. "Ya, setelah aku pikir-pikir, semisal Mbak Re emang komitmen rujuk sama Papanya Ravel, mau enggak mau aku juga kudu ngebaikin dia 'kan?"

Esa tersenyum. "Kagendra itu tipe yang susah-susah gampang dihadapi ... tapi bersikap jujur dan terus terang akan membuatnya lebih memahami dibanding berpura-pura baik atau langsung menjaga jarak."

"Mas Esa gimana waktu tahu soal Mbak Re dulu? Yang pas dia hamil duluan terus ada ribut-ribut juga?"

"Mas enggak dijelasin detail ribut-ributnya, tapi saat itu emang yang terpenting memastikan apa yang Lyre mau dan bersama Kagendra adalah pilihan Lyre juga."

Tsabitah mengangguk-angguk. "Mama dulu bilang aku, kalau situasinya serba enggak mudah dan mungkin udah saatnya orang tua yang mengalah. Jadi, membiarkan soal Mbak Re tetap di Jakarta."

"Papa berubah banyak, Mama juga sekarang lebih kuat."

"Kalau kita, kira-kira bakal jadi pasangan yang kayak gimana, ya? Aku kadang enggak pengin terlalu manja, tapi kangen banget juga manja-manja sama Mas Esa," ujar Tsabitah, mengakui dengan lugas dan jujur.

Esa dapat menyadari itu. "Mas enggak keberatan, semisal mau manja, cuma ..."

"Cuma?" tanya Tsabitah lalu mendongak, memperhatikan ekspresi Esa.

"Cuma kalau sama Ravel jangan rebutan," jawab Esa dan mendapati seraut wajah cantik yang mendongak ke arahnya justru tersenyum jahil.

"Aku tuh suka lihatnya, Ravel gemes kalau dibuat kesal dan dia itu kadang enggak kayak anak-anak gitu lho ... pinter banget, apa-apa ngomong, jadinya aku gemes pengin dia ekspresif gitu."

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang