terima kasih
untuk semangatnya ✨❤️🩹
[ Prolog ]
POV I: Lukesh Kanantya
Tenang.Harus tenang.
Aku bisa melakukannya, semua akan baik-baik saja dan pernikahan ini berjalan dengan lancar.
"Esh, posisi kerisnya miring ke kanan ternyata, terus melatinya dililitkan dari gagang atas."
Aku menoleh Kagendra yang mendekat ke belakang tubuhku, membetulkan sesuai instruksi. Dia juga menyimak saat juru paes meminta agar posisi sabuk yang menahan lilitan jarik disempurnakan lagi.
"Pantesan Waffa maunya international wedding, belum mulai aja udah gerah," keluh Kagendra sembari membetulkan blangkon di kepalanya.
Aku menyengir. "Ini udah enggak pakai sumping, dulu Levon pakai, kupingnya sampai merah semua."
"Sumping?"
"Bentuknya lempengan logam gitu, menyerupai sayap terus dipakai pada setiap sisi telinga pengantin lelaki." Aku mencoba memberi tahu dengan memperagakan sekenanya. "Disisipkan di belakang telinga gini."
Kagendra geleng kepala. "Ada-ada aja."
"Emang begini, ritual pernikahan yang pantas, beda situasi sama yang penting sah." Aku menyindir, membuat Kagendra memberiku ekspresi datar.
"No comment," sebutnya lalu teralihkan juru paes membawakan bros dengan rantai khusus untuk melengkapi busana beskap keluarga.
"Keluarga mempelai lelaki, di dada sebelah kiri ya," pinta juru paes, menyerahkan satu pada Kagendra.
"Ini ukirannya kayak yang di wadah mas kawin, Esh."
"Itu emang simbol keluarga Kanantya. Bros ini juga udah ada sejak eyang buyutku. Tulisan aksara Jawa di tengahnya itu berbunyi 'Laku', orang Jawa setelah menikah ibaratnya udah 'terjual'." Aku membuat tanda petik dengan tangan kiri. "Terjual dalam artian dimiliki seseorang. Satu sisi 'Laku' juga bagian dari perilaku, menikah itu membuat pasangan wajib menjaga tingkah-laku, begitu kata mendiang eyang dulu."
"Dari cerita Mama Yaya, eyangmu kayaknya mirip Appa-ku, orangnya juga filosofis gitu."
"Kamu beruntung, eyangku udah di surga waktu kasus Lyre, kalau masih ada ... injakan kakiku enggak ada apa-apanya."
Kagendra terkesiap dan memberi gelengan kepala. "I am surrender, okay?" ujarnya lalu bergeser untuk memasang bros dan menyesuaikan posisi rantai yang pas. "Begini?"
Aku membetulkan bagian kait agar lebih tersembunyi di balik kancing beskapnya. "Oke."
"Papa ... aku dapat ini, katanya suruh pakai juga," ujar suara antusias yang langsung mengalihkan perhatian.
"Ganteng amat, Mas Ravel pakai beskap kayak Papa," puji Kagendra sembari mengurus anaknya, memakaikan bros dengan ukuran sekaligus panjang rantai yang telah disesuaikan.
Sepasang mata jernih beralih tatap ke arahku dan memberi senyum lebar. Dua jempol kecil juga diacungkan kepadaku. "Wah! Om Esa juga ganteng banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REPUTATION
Romance[ Sebagian cerita ini sudah diunpublished ] Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi mengamankan reputasi dua keluarga, untuk menyakinkan semes...