[ 14. ]

24K 3.8K 1.4K
                                    

Hai,
malming ke berapa nih?
wakakaka

.

sorry agak lama ya nunggunya
tapi bab ini agak panjang kok
2.300-an kata

happy reading ~

.

thank you, Bestie.

🍯

[ 14. ]


"Ih, aneh, jamnya tiba-tiba bunyi," ucap Tsabitah seraya menutupi jam di pergelangan tangan kiri. Ia sudah berusaha untuk sesantai dan setenang mungkin sejak dijemput tadi pagi. Sudah jelas, jantungnya mulai enggan dikelabuhi, enggan konsisten berdetak sebagaimana seharusnya ketika berada di dekat Lukesh Kanantya.

Esa bergeser lebih dekat pada gadis di hadapannya. "Coba Mas lihat, sini."

Tsabitah sejenak memejamkan mata, mengingat hal-hal menenangkan dan mengulurkan tangan kirinya. Ia membuka mata saat digenggam lembut dan jam tangannya diperiksa.

Esa terlihat fokus, menggeser setiap fitur, memastikan heart rate predict yang baru sekalian riwayat pengukuran sebelumnya.

Tsabitah sudah melalui situasi ini puluhan kali. Sejak dahulu setiap hal menyangkut kesehatannya memang selalu menjadi perhatian Esa, namun yang sekarang ini terasa berbeda, padahal seharusnya ia terbiasa. Apakah cinta memang punya efek khusus terhadap sensitivitas degub jantung?

"Bita belum minum ya dari tadi?" tanya Esa sambil mendongakkan wajah.

Tsabitah berusaha tidak menahan napas karena jarak wajah yang terasa dekat ini. Lukesh Kanantya menua dengan jenis maskulinitas dan ketampanan yang berpotensi mengacaukan ritme detak jantungnya.

"Ng, habis subuh minum segelas."

Esa mengangguk, bergeser mengambil botol minum dan gelas piknik dari tas makanan. "Setiap pagi sama sebelum tidur masih rajin meditasi?"

Tsabitah tertawa, akhirnya ada hal yang bisa mengalihkan perhatiannya. "Kalau ingat," jawabnya sambil memegangi gelas piknik dengan grafir namanya untuk dituang air minum.

Esa menuang air hingga setengah gelas. "Jalan pagi seminggu tiga kali?"

"Ng, kalau sempat pas pulang ke rumah."

"Bita ..." Esa memprotes lembut.

Tsabitah minum dan memberi ringisan pelan saat menurunkan gelasnya. "Apartment studioku di Jakarta enggak muat treadmill, enggak ada area terbuka hijau juga ... mau ke taman males, kalau ngerjain diorama bisa berhari-hari aku enggak keluar apartment."

"Terus makannya?"

"Noella tinggal di unit depanku. Dia itu semacam asisten serba bisa."

"Cuma kalian berdua aja?"

"Ya ada team produksi di Depok, tapi penanggung jawab Little Bi tuh aku sama Noella."

Esa mengangguk, pekerjaan seni memang butuh konsentrasi tinggi dan umumnya beberapa seniman atau kreator lebih senang bekerja dalam suasana familiar. Karena itu, kerap mengabaikan rutinitas kehidupan yang dirasa mengganggu fokus pekerjaannya. "Tapi olahraga itu penting, jalan kaki juga harus jadi kebiasaan kayak dulu."

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang