[ 7. ]

26.3K 4.1K 2.4K
                                    

Hai,
enggak tahu kenapa
aku pengin update lagi.
wkwkwkwkwkk

.

tembus tiga ribu kata di bab ini
selamat membaca ~

🍯

[ 7. ]

Mas Dana
Bita beneran enggak mau dijemput?

Bita Ruslantama
Enggak, bisa berangkat sendiri.

Mas Dana
Aku enggak apa-apa jemput ke rumah dulu

Bita Ruslantama
Enggak usah, sebentar lagi otw.

Mas Dana
Oke, see you then.

Tsabitah tidak membalas kiriman chat itu. Ia kembali pada rutinitas persiapan rencananya, memeriksa berkas yang baru dicetak, memastikan susunan sudah pas dan menjepitnya rapi sebelum menempatkannya pada map tebal. Tsabitah kemudian mengeluarkan travel bag ukuran sedang, mengemas dua pakaian ganti, memastikan kotak obatnya terisi, tumbler airnya juga penuh.

"Bita ... jadinya, janjian jam berapa sama Dana?"

Suara sang ibu yang terdengar mendekat membuat Tsabitah bergegas menuju pintu, menahannya sebelum benar-benar membuka.

Inge melepas handel saat menyadari sang putri sudah ada di balik pintu. Ia mengulang pertanyaan, "Jam berapa janjian sama Dana?"

"Makan siang ini. Aku mau submit desain dulu sebelum berangkat."

"Dana jemput ke sini?"

"Enggak, karena aku ada janjian lain, Bun ... langsung pergi nanti."

"Janjian apa?" Inge seketika penasaran. "Pergi ke mana?"

Tsabitah mengulas senyum lebar. "Janjian bisnis, kalau udah beres aku bilang ke Bunda ... yang penting aku udah kooperatif nih ya, mau ketemu dulu dan kenalan sama Mas Dana."

Inge menyipitkan mata, mencoba tidak mencurigai sang putri. Tsabitah banyak mengurung diri di kamar selama hampir seminggu ini. Satu kali bersedia keluar dari rumah, hanya saat waktunya kumpul keluarga di rumah eyang kakung dan memenuhi undangan makan malam bersama Tante Rika.

"Tante Nuri bilang Noella mau off dari Little Bi, benar begitu?" tanya Inge, lebih dulu memastikan satu hal ini.

Tsabitah angkat bahu. "Entah, tapi dia emang ngambek."

"Ngambek kenapa?"

"Aku bilang mau main ke Palagan kalau udah pada pulang dari Jakarta, ketemu Mas Esa. Noella langsung sebel, marah-marah kayak biasanya dan langsung blokir nomorku," ungkap Tsabitah lantas memperhatikan ekspresi wajah sang ibu yang sedikit terkesiap. "Bita boleh 'kan, Bun? Ketemu sama Mas Esa?"

"Hah? Oh, ya ... ya, tentu saja boleh." Inge segera mengangguk-angguk. "Bunda akan bilang Ayah dan kita cari waktu sebelum berkunjung ke—"

"Aku berani sendiri."

"Iya, Bita berani sendiri, tapi kondisinya Mas Esa itu 'kan enggak kayak dulu ... Ayah sama Bunda juga belum ketemu lagi." Inge mengulurkan tangan pada celah pintu yang dibuat sang putri, mengelus lengan Tsabitah lembut. "Situasinya benar-benar enggak sama lagi, karena itu harus perlahan-lahan supaya semuanya bisa kembali baik seperti dulu."

Tsabitah mencoba memahaminya. "Noella bilang, Ayah sama Bunda baikan sama keluarga Kanantya karena aku yang terus merengek, kalau bukan karena aku, pasti masih—"

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang