Ea, kaget!
Eh, apa emang ditungguin?
hahahaha thank you ~.
I know sebagai pembaca penginnya yang pasti-pasti aja, ada jadwal update yang tetap gitu biar enggak tunggu-tungguan ... I am so sorry kalau belakangan enggak konsisten update di weekend. Selain kerjaan yang pick season, kondisiku ternyata memang lagi unpredictable.
Kita sama-sama sabar & saling doain ya, biar semuanya lancar ... Aamiin.
.
So, 3.000 kata untuk part ini
selamat membaca
&
terima kasih banyak~🍯
[ 43. ]
"You surely made my day, My soon to be wife ..."
Wyna mengalihkan tatapan saat semua orang kemudian bertepuk tangan, menyoraki, menyemarakkan suasana kala Esa memeluk Tsabitah.
"Pas sama kamu dulu, semeriah ini juga?" tanya Sharga sambil mengangkat cangkir tehnya dan menoleh sang istri.
Jauh lebih meriah, dengan iringan musik romantis, taburan konfeti dan keseruan bersama banyak tamu undangan yang hadir. Namun, Esa tidak memeluknya seperti itu. Lelaki itu melepasnya begitu prosesi pemasangan cincin dan di sepanjang sisa acara hiburan, terus fokus memantau keadaan Tsabitah yang dilarikan ke rumah sakit.
"Udah enggak ingat," balas Wyna lalu ikut menikmati teh di cangkirnya.
"Kita dulu melewatkan acara lamaran ya, sayang banget," kata Sharga lalu menatap anak kembarnya yang kini ikut-ikutan Ravel berfoto dengan Esa dan Tsabitah.
"Aku emang enggak mau," ucap Wyna dan memandangi cairan teh yang lembut bergoyang di cangkirnya. "Tindakan cepat saat itu sudah paling tepat."
"Semisal enggak terlanjur hamil si kembar, apa kamu tetap mau kita menikah?"
Wyna memikirkannya lalu meringis. "Situasi terasa membaik, si kembar juga manis. Jadi, pilihan hidupku tentangmu memang enggak buruk."
Sharga memperhatikan sang istri yang kemudian tersenyum seraya menghabiskan isi cangkir teh. Ia ganti termenung sendiri dan menatap wajah Tsabitah yang masih merona, raut bahagianya terpampang dengan begitu jelas. Itu berbeda dengan situasinya dulu, yang diliputi kegugupan saat mereka merencanakan pernikahan cepat. Wyna tidak tersenyum seperti itu usai mereka menikah, perempuan itu menghela napas lega, terutama karena berhasil menahan mual-muntah selama prosesi.
"Aku berharap kamu terhadapku, bisa sebahagia Tsabitah terhadap Esa sekarang," kata Sharga lirih.
Wyna menolehnya dan berujar tenang. "Kita lebih daripada mereka. Stop being too emotional, it's useless."
***
"Baik, sekarang giliran foto keluarga inti Ruslantama dan Kanantya," ujar Blaisse, fotografer spesialis family portrait yang sengaja dihadirkan khusus oleh Desire.
Asisten Blaisse lebih dulu mengatur posisi setiap orang. Menempatkan Eyang Taher di tengah, diapit oleh para orang tua. Theo Ruslantama memangku Ageng, sebagaimama Lukito Kanantya memangku Ravel. Lalu berdiri di belakang, Ayara di tengah diapit oleh Lyra dan Tsabitah. Kagendra paling ujung sebagaimana Esa berdiri di samping pasangan masing-masing.
"Hitungan ketiga, senyum ke arah kamera," pinta Blaisse.
Esa menghitung dalam hati dan berusaha tenang setiap kali pengambilan gambar. Ia berusaha tersenyum dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
REPUTATION
Romance[ Sebagian cerita ini sudah diunpublished ] Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi mengamankan reputasi dua keluarga, untuk menyakinkan semes...