[ 33. ]

20.6K 3.6K 896
                                    

hai,
ketemu lagi~

masih dengan semangat yang sama, update kali ini 3.000 kata, kemarin KagenBi udah show off sekarang giliran Mas Esa, uhuk :)

Jangan lupa vote & komentarnya
terima kasih

🍯

[ 33. ]

"Mas Esa udah datang," ucap Tsabitah, langsung melupakan majalah yang baru dibaca dan bergegas keluar rumah untuk menyambut.

Theo Ruslantama dan sang istri yang bersantai di ruang tengah seketika saling pandang. Sepasang orang tua yang bersamaan menggelengkan kepala.

"Anakmu tuh, Yah, enggak ada jual mahalnya sama sekali," ucap Inge, berusaha tidak mengeluh kala terdengar seruan antusias dan manja ala Tsabitah ketika bersama Esa.

Theo justru tersenyum. "Perasaan itu memang harus ditunjukkan, Nge, diungkap! Coba dulu kalau aku juga terus memendam, enggak dapat kamu."

"Ya, tapi, Bita itu anak perempuan lho, Ayah, mosok dilit-dilit nemplok, piye ... sampai Esa juga ketok sabar banget." [ ... masa sebentar-sebentar menempeli, gimana ... sampai Esa juga kelihatan sabar banget.]

"Aku percaya sama Esa, dia itu bahkan kadang lebih paham Bita dari Thomas atau kita."

"Aku juga percaya, tapi Bita-nya ... pas Esa nginep yang kemarin lusa itu, Bita bludusan masuk kamarnya pakai kunci cadangan coba." [Menerobos]

Theo tertawa. "Tapi enggak terjadi apa-apa 'kan?"

"Ya, tetap aja, anak perempuan lho, aku moh nek sampai Bita diomong nanti kegatelan apa gimana." [enggak mau kalau]

"Hus, enggak lah, Nge ... bita nemploki Esa juga memang dari kecil gitu, kebiasaan. Percaya aja sama Esa, udah." [Menempeli.]

Inge baru akan mendebat sang suami, namun suara percakapan renyah yang terdengar membuatnya urung bicara, memperhatikan Esa datang dengan sebuah tas cukup besar.

"Ih, jadi Mas Esa ke sini bukan mau ketemu sama aku?" tanya Tsabitah, agak merajuk.

Esa meringis kecil. "Ya ini 'kan ketemu."

Theo beralih berdiri. "Bawa apa kamu, Esh?"

"Kemarin waktu nginap sini, kata Bunda otomatis lampu kamar Tommy mati." Esa memberi tahu sebelum berhati-hati memindahkan bawaannya di satu tangan lalu menyalami Theo dan Inge.

"Oh iya, itu belum jadi dibenerin," kata Theo.

"Ayah lupaan terus," ujar Inge dan tersenyum senang. "Pas banget kamu datang, Bunda baru beli hot pot pack, terus dikirim lumpia sama Tante Nurina, dua kotak isian ayam pedas."

Esa balas tersenyum. "Cocok, itu Mama bawain acar nanas sama Siropen Telasih, oleh-oleh Papa pulang Surabaya."

Tsabitah mengangkat tas berisi makanan dan minuman yang dimaksud. "Bunda pasti modus ke Mama biar dibikinin, 'kan?"

"Enak aja, emang Bunda sama Mama Yaya 'kan sehati ..." seloroh Inge dengan tawa riang. "Ya udah, Bunda sama Bita siapin makan ... biar Ayah sama Esa benerin itu otomatis lampu di kamar Thomas."

"Aku aja yang bantuin Mas Esa," pinta Tsabitah, mengulurkan tas bawaan pada sang ibu.

Inge langsung mendelik. "Bantuin apa kamu? Orang enggak ngerti listik."

"Nanti aku bisa pegangin sekrup atau bohlam lampunya."

"Mana ada! Malah gangguin nanti enggak selesai-selesai," tolak Inge dan bergegas menggandeng anaknya itu ke dapur. "Kamu sama Bunda pokoknya."

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang