[ 9. ]

22.3K 3.9K 1.5K
                                    

Hai,
malming ketiga nih
siap lihat adek Bita mulai mepetin Mas Esa?

tibanin 💚 dulu dong ~

.

Pas 2.000 kata untuk part ini
selamat membaca

terima kasih
atas semangat & dukungannya
untuk cerita ini, huhuhu
seneng banget udah sampai 10 bab pertama.

🍯

[ 9. ]

"Congrats, Brother ... one step cloooooseeerrr."

Esa geleng kepala mendengar nyanyian sumbang itu. Kedua tangannya bergegas terangkat mendekap saat sekotak kado dilempar pelan oleh Thomas.

"Wah apa nih? Berat," sebut Esa, menimbang-nimbang kotak tersebut dengan dua tangannya.

"Something hot," kekeh Thomas lantas duduk di samping Esa, merangkulkan lengan dan mengedip sekilas. "Edisi terbaru dengan detail gambar."

Esa menyipitkan mata sejenak, lantas segera mengurai simpul pita biru tua dan membuka bagian atas kotaknya. Ia begitu saja tertawa, melihat buku tebal dan judul yang dicetak besar memenuhi sampul: Anatomi Reproduksi.

"Goblok ah, Tommy!" Esa segera menyikut tubuh di samping kirinya.

Thomas mengaduh pelan, meski tidak melepas rangkulan, justru ikut tertawa. "Ini penting, Esh! Jangan sampai keasyikan ngobok-obok jantung orang, tapi gagal paham proses pembentukan peradaban."

"Tunangan belum legal membentuk peradaban woy."

"Jangan cupu, ah!"

Esa melirik tajam pada sahabatnya. "Sendirinya yang masih grogi pelukan sama Ayara, jangan sok ngajarin, ya."

Thomas tertawa sumbang, perlahan menyamankan diri dan geleng kepala. "Gara-gara kalian tunangan, Ayara jadi nanya; kita mau nyusul kapan? Mumet nih."

"Mumet soal Bita, ya?" tebak Esa.

"Ya, Bita ... ya, Bunda ... full pikiran."

Esa meletakkan kotak kadonya di karpet, bergeser duduk agar bisa mengobrol bertatapan dengan Thomas. "Bita gimana? Mama bilang berangkat ke Singapura lagi."

"Iya, besok pagi-pagi, and please don't come to her."

Esa mengangguk.

Thomas menghela napas panjang. "Sorry kalau kesannya enggak fair, tapi ini demi kebaikan Bita."

Esa kembali mengangguk. "I know."

"She will get better, Esh."

"Yeah, I wish."

Thomas menatap sahabatnya lekat. "Are you mad?"

Esa menggeleng. "No, I am not."

"Sincerely?"

Esa terdiam selama beberapa detik sampai akhirnya mengaku, "Mungkin aku masih kayak syok aja ... and seems not sure, harus gimana juga ketika nanti ketemu Bita dengan mengingat hal-hal yang udah kamu ungkap. It's gonna be different."

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang