Proudly Present a Romance Story
Lembayungwritten by nonamerahmudaa
***
⚠️ mature, harsh words, imperfect and anti-hero main character, angst, family issues ⚠️
***
"Waktu saya cuma 5 menit, sebelum Eyang Ti datang." Suara bariton itu terdengar setelah secara tiba-tiba tubuh Maha ditarik masuk ke dalam sebuah kamar yang letaknya ada di sudut paling pojok rumah tersebut.
Cahaya redup di kamar itu, tak menghalangi Maha untuk mengenali sosok pria yang menariknya. Tidak ada yang memiliki aroma semerbak melati bercampur dengan mint, selain putra pertama keluarga Admoejo.
Maha mengerti apa yang diinginkan Dewan, ia hendak berjalan menuju ranjang kecil yang terletak di sana, namun gelengan pria itu berhasil membatalkan niatnya. "Berdiri, we need to be quick," ucap Dewan. Pria itu selama beberapa saat fokus membuka ikat pinggangnya, sebelum akhirnya kembali mengangkat wajahnya menatap Maha yang ternyata masih termenung di hadapannya. "What's wrong?" tanyanya.
Walau terlihat ragu, Maha memberanikan diri bersuara. "Di atas kasur aja ya? Kaki ku suka ngga kuat kalau—"
Dewan berdecak, "No time for that." Tanpa menunggu atau bahkan meminta persetujuan dari sang empunya, Dewan langsung membalikan tubuh Maha, membuat perempuan itu membelakanginya, sekaligus menghadap pada cermin meja rias di depan. Untuk sesaat tatapan Maha bertemu dengan manik mata tajam milik Dewan. Bahkan aroma manis dari melati dan segar dari mint tidak mampu melembutkan aura dominan pria itu.
"Pull your skirt up." Itu bukan sebuah permintaan, melainkan sebuah perintah. Dewan memang selalu begitu, dan Maha juga selalu tidak membantah. Disingkapnya rok span selututnya itu hingga naik sampai ke pinggang, lalu tanpa diminta Maha merubah posisi dengan mendorong bokongnya sedikit ke belakang, sembari kedua tangannya berpegangan pada meja di depan, membuat senyum tipis langsung terbit di bibir Dewan.
"Seperti biasa, jangan mendahului," ucap pria itu. Tanpa hendak melakukan pemanasan, ia langsung melepaskan celananya. "Don't lower your head," tambah Dewan sembari mengangkat dagu Maha, sementara tangannya yang lain digunakan untuk mendorong pinggang kiri perempuan itu ke arahnya, membantu dirinya melesak masuk ke bagian bawah sang perempuan.
Perfect, Dewan menyukainya. Bagaimana wajah Maha yang tadinya tanpa ekspresi seketika berubah. Matanya menyipit bersamaan dengan bibir penuh milik wanita itu yang juga ikut terbuka sedikit.
Dewan tahu bahwa Maha meminta jeda dari tatapannya, perempuan itu masih butuh untuk menetralisir dirinya. Namun seolah tak peduli, Dewan langsung menggerakan diri, tidak dengan tempo pelan melainkan langsung pada tempo yang cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung
RomanceMaha menjual dirinya kepada putra tertua keluarga Admoejo. Mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan kondisi perempuan tersebut saat ini. Setelah bisnis rintisan keluarganya masuk dalam fase menuju kebangkrutan, Maha tidak memiliki...