K'tut Tantri (19 Februari 1898 - 27 Juli 1997), yang lahir dengan nama Muriel Stuart Walker, adalah seorang wanita Amerika Skotlandia yang paling dikenal karena karyanya sebagai penyiar radio di Indonesia pada saat Revolusi Nasional Indonesia.
Muriel Stuart Walker lahir di Pulau Man di Skotlandia yang merupakan wilayah jajahan Inggris Raya dan berimigrasi bersama dengan ibunya ke California setelah Perang Dunia Pertama. Ia bekerja sebagai penulis naskah di Hollywood. Antara 1930 dan 1932, ia juga menikah dengan seorang pria Amerika yang bernama Karl Jenning Pearson, yang wafat pada 1957. Pada 1932, ia meninggalkan Amerika Serikat untuk memulai hidup baru di sebuah pulau di Indonesia yang bernama Bali, dimana ia menjalani lima belas tahun berikutnya.
Ia berimigrasi ke Bali diawali karena sedang gundah dengan dirinya sendiri. Ia lalu berjalan-jalan di Hollywood Boulevard. Di depan sebuah bioskop, perempuan ini memutuskan untuk membeli karcis dan menyaksikan sebuah film berjudul, Bali: The Last Paradise.
Sekeluarnya dari bioskop, perempuan itu seperti menemukan hidup. Hanya beberapa menit seusai film itu kelar ditonton, ia sudah punya keputusan bulat: pergi dan menetap di Bali.
Beberapa bulan berselang, dengan mengendarai mobil yang dibelinya di Batavia, ia tiba di Surga Terakhir yang diimpikannya. Ia bersumpah baru akan turun dari mobil hanya ketika mobilnya kehabisan bensin. Dan di sanalah ia berjanji akan tinggal. Mobilnya berhenti persis di depan istana raja Bangli (Raja Anak Agung Gede), istana yang ia sangka sebuah pura.
Hati-hati ia masuki istana itu. Perempuan itu akhirnya disambut oleh sang raja dan seperti sebuah dongeng, ia diangkat menjadi anaknya yang keempat. Dan ia dinamai: K'tut Tantri.
Perkenalannya dengan dunia politik sendiri dimulai oleh diskusi-diskusinya yang intens dengan Anak Agung Ngurah, putra tertua Raja Bangli yang mengangkatnya anak. Ngurah adalah pangeran Bali yang pernah mengecap pendidikan di Leiden dan Universitas Heidelberg di Jerman.
Ketika Jepang mendarat di Bali, ia berhasil meloloskan diri ke Surabaya. Di sana, ia mulai menjalin kontak dengan sejumlah orang yang bersimpati pada gerakan anti-Jepang. Ketika akhirnya ia tertangkap, interogasi berbulan-bulan lamanya mesti ia hadapi. Ia ditanyai soal aktivitas bawah tanahnya. Berkali-kali ia disiksa. Ia bahkan nyaris dieksekusi. Sekali waktu ia terkapar nyaris mati. Tapi ia tetap bungkam. Karena kesehatannya yang anjlok ke titik ternadir, ia pun dikirim ke rumah sakit. Di sanalah ia mendengar kabar diproklamasikannya kemerdekaan.
Aktivitas bawah tanah dan keteguhan sikap untuk tak mangap selama interogasi membuat tentara Indonesia di bawah pimpinan Bung Tomo membebaskannya. Ia diberi pilihan: kembali ke negerinya dengan jaminan pengamanan tentara Indonesia atau bergabung dengan pejuang Indonesia.
Dan K'tut Tantri memilih pilihan kedua. Ia dipercaya untuk mengelola siaran radio perjuangan Surabaya. Suaranya mengudara tiap malam. Ketenarannya membikin sebuah faksi bersenjata Indonesia menculiknya dan memintanya untuk siaran di radio gelap yang mereka kelola di Tretes Pasuruan sebelum kemudian anak buah Bung Tomo berhasil membebaskannya.
Surabaya Sue, begitu pers di Singapura, Australia dan di belahan bumi lain mengenalnya. Julukan itu tersampir di pundaknya karena pilihan sadarnya untuk lebih memilih berjuang membantu rakyat Indonesia yang menginginkan kemerdekaan total. Di Surabaya ia dikenal sebagai penyiar dari radio yang dioperasikan para pejuang arek-arek Suroboyo pimpinan Bung Tomo. Ketika di Surabaya pecah pertempuran November yang gila-gilaan dan tak seimbang itu, ia berada di tengah para pejuang Indonesia yang sedang kerasukan semangat kemerdekaan.
Sewaktu pemerintahan Indonesia pindah ke Jogja, K'tut Tantri pun pindah ke Jogja. Di sana ia bekerja pada kantor Menteri Pertahanan yang ketika itu dijabat oleh Amir Syarifuddin. Ia pernah menuliskan pidato Soekarno. Sekali waktu ia menjadi seorang agen spionase yang berhasil menjebak komplotan pengkhianat. Dia juga menyelundupkan diplomat Mesir bernama Abdul Monem yang datang ke Yogyakarta untuk mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
Marabahaya tentu saja merajalela di mana-mana. Dialah satu-satunya perempuan yang berkeliaran di jantung Jogja yang pekat oleh bau mesiu itu. Ketenaran dan pengorbanannya juga menjadi rebutan faksi-faksi politik. Sekali waktu ia pernah dibawa diam-diam oleh salah satu kelompok politik yang hendak melakukan rapat rahasia di Solo. K'tut bahkan tak sadar kalau dalam perjalannya menuju Solo ia berada satu mobil dengan ScarletPimpernel-nya Indonesia yang legendaris itu, Tan Malaka.
Dalam sebuah konferensi pers yang dihadiri wartawan dan koresponden pelbagai kantor berita dan media massa luar negeri, ia dipilih oleh pemerintah untuk mengisahkan bagaimana rakyat begitu bersemangat mendukung perjuangan dan betapa dustanya propaganda Belanda yang menyebutkan bahwa pemerintahan Soekarno-Hatta sama sekali tak didukung rakyatnya.
Kesetiaannya yang tanpa karat membuat K'tut dipilih pergi ke Singapura dan Australia untuk melakukan kampanye menggalang solidaritas internasional. Tanpa visa dan paspor, dengan hanya bermodal kapal tua yang dinakhodai seorang Inggris yang frustasi, K'tut berhasil lolos dari blokade kapal laut Belanda.
Dari Singapura ia pergi ke Australia untuk menggalang dana, melakukan propaganda agar Australia memboikot Belanda. Selama di sana ia berhasil menggalang sebuah demonstrasi mahasiswa di perwakilan pemerintahan Belanda di Australia.
K'tut Tantri mendapat anugerah dari pemerintah Indonesia pada tahun 1998 berupa Bintang Mahaputera Nararya. Penghargaan itu bukan hanya diterimanya karena sudah membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia, melainkan juga karena perjuangan dan jasanya sebagai wartawan dan pegawai di Kementerian Penerangan tahun 1950.
Buku ini adalah kisah hidup K'tut Tantri ketika masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, ditulis sendiri olehnya dalam bahasa Inggris "Revolt In Paradise".
K'tut Tantri meninggal dunia dalam keadaan kesepian pada 27 Juli 1997 di sebuah panti jompo di Sydney, Australia.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLUSI DI NUSA DAMAI - K'tut Tantri
AdventureSaya terjemahkan dari buku berbahasa Inggris berjudul REVOLT IN PARADISE karya Muriel Stuart Walker, yang lebih dikenal sebagai K'tut Tantri. Di halaman awal bukunya K'tut Tantri menulis: Dengan mengecualikan orang-orang besar, maka beberapa nama to...