Aku menang. Aku tidak jadi diusir. Mestinya itu besar sekali artinya bagiku. Tetapi aku masih tetap merasa tertekan. Kejadian yang baru saja kualami, tidak bisa kulupakan dengan begitu saja. Tetapi kurasa ada lagi alasan yang menyebabkan perasaanku begitu. Aku seperti mendapat firasat akan ada bencana yang lebih hebat lagi daripada yang pernah kualami. Kedamaian yang menyebabkan aku datang ke Bali, sudah tidak ada lagi setidak-tidaknya untuk sementara. Perasaanku gelisah, dan sekaligus juga capek. Banyak sekali kejadian di dunia, tetapi aku tidak ikut terlibat di dalamnya.
Hotelku sudah dibuka kembali. Tetapi keadaan sudah berubah. Saat itu sudah musim hujan, dengan angin bertiup kencang. Atap pavilyun-pavilyun pasti sudah beterbangan, apabila Bagus tidak mengokohkannya dengan kawat yang diikatkan ke tanah. Saat itu bukan musim tamu mengalir. Kelesuanku mungkin disebabkan karena aku sudah terbiasa sibuk, melayani orang banyak dengan berbagai macam keperluan mereka. Kucoba mengisi waktuku dengan mempelajari ilmu politik ekonomi. Kubaca buku-buku tentang sistem kolonial. Aku tidak menyukainya, berdasarkan pengalamanku sendiri dengan sistem itu.
Aku menunggu. Tetapi aku tidak tahu, apa sebetulnya yang kutunggu.
Kemudian perang pecah di Eropa. Bala tentara Hitler menyerbu Polandia. Kami mendengar kabar mengenainya. Tetapi segala kejadian itu begitu jauh dari Bali. Kami merasa aman. Kami merasa yakin, kami takkan apa-apa. Memang, orang-orang Inggris yang ada di Bali dan di Jawa kulihat kembali ke negeri mereka. Tetapi kecuali itu, semua berjalan seperti biasa.
Orang Belanda di Indonesia bersikap seolah- olah tak mengacuhkan segala peristiwa di Eropa itu, walau Belanda bersekutu dengan Inggris. Namun kemudian angkatan perang Hitler menyerbu Negeri Belanda. Rotterdam dihujani dengan bom. Ratu Wilhelmina menyingkir ke Inggris, bersama para anggota pemerintah.
Sekitar saat itu seorang jendral Inggris yang sudah tua datang ke hotelku. la orang Skot, berasal dari Pulau Skye. Niatnya hendak pulang selekas mungkin ke Inggris untuk melapor sebagai perwira cadangan. Sementara itu untuk menunggu keberangkatan, kerjanya duduk-duduk saja di teras yang menghadap ke laut, sambil merajut. Baru pertama kali itulah aku melihat laki-laki merajut. la menjelaskan bahwa ia selalu merajut sebelum beraksi.
"Kesibukan ini menenangkan syaraf dan membantu pemusatan pikiran."
Katanya pendapatku keliru, mengira kejadian di Eropa takkan ada pengaruhnya terhadap Indonesia. Kurasa lebih banyak yang kupelajari dari dia, dibandingkan dengan apa yang bisa kuperoleh dari buku-buku yang kubaca selama itu.
Setelah Negeri Belanda diduduki, orang Belanda di Indonesia tidak lagi bisa bersikap tak peduli terhadap peperangan. Tetapi mereka masih selalu saja kelihatan serba santai.
Malah orang-orang Indonesia yang nampak jauh lebih prihatin. Setidak-tidaknya kalangan terpelajarnya. Para pemimpin politik mereka terang-terangan bersikap pro-Sekutu. Mereka meminta pada Belanda agar sebagian rakyat dipersenjatai dan dilatih, untuk berjaga-jaga kalau keadaan nanti mendesak. Tetapi permohonan itu dianggap sepi.
Di kalangan Belanda ada suatu kelompok yang pro-Nazi. Kelompok yang dikenal dengan singkatan NSB itu kuat. Mereka terutama aktif di Pulau Jawa. Sedang di Bali, kehidupan masih tetap seperti biasa kelihatannya.
Tamu-tamu mulai berdatangan lagi ke hotelku, ketika keadaan cuaca berubah menjadi baik kembali. Tetapi kebanyakan dari mereka berasal dari pulau-pulau yang lain, atau dari Singapura. Daan juga datang dengan orang tuanya. Begitu pula seorang perwira Angkatan Laut Amerika yang sudah pensiun, Captain Kilkenny.
Hotelku semakin sering mendapat tamu personel militer dari berbagai bangsa. Penghasilanku bertambah lagi. Tetapi kegairahanku bekerja sudah lenyap.
Lewat Daan aku berkenalan dengan beberapa perwira Belanda. Tak kusangka-sangka, ternyata pandangan mereka sejalan dengan aku. Perlu kuterangkan di sini bahwa pelabuhan udara Kuta yang letaknya tidak jauh dari tempatku, saat itu sudah diambil alih oleh Angkatan Udara Belanda. Sekelompok penerbang yang ditempatkan di situ untuk menjalani pendidikan lanjutan dan latihan perang, biasa datang ke tempatku apabila ada waktu luang. Mereka berenang-renang di pantai yang termasuk kompleks hotelku, dan kemudian makan-makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLUSI DI NUSA DAMAI - K'tut Tantri
ПриключенияSaya terjemahkan dari buku berbahasa Inggris berjudul REVOLT IN PARADISE karya Muriel Stuart Walker, yang lebih dikenal sebagai K'tut Tantri. Di halaman awal bukunya K'tut Tantri menulis: Dengan mengecualikan orang-orang besar, maka beberapa nama to...