PUTRI ISTANA

7 1 0
                                    

Disamping merupakan hiburan favorit bagi orang Bali, penyabungan ayam juga mengandung makna keagamaan. Satu-satunya cacat Raja ialah kegemaran nya mengadu ayam. la sebetulnya lembut hati. Namun ia sangat menggemari permainan kejam itu. Aku didesaknya untuk ikut dengan dia. Ajakannya itu luar biasa, karena tidak lumrahnya wanita Bali menonton persabungan ayam.

Makin lama aku semakin sering menuruti keinginannya. Aku semakin banyak menilai hal-hal berdasarkan patokan pandangannya. Mengenai permainan adu ayam, harus kuakui bahwa lambat laun aku juga menyukainya. Ayah angkatku mengajari cara menilai ayam aduan yang baik. Begitu pula cara bertaruh, dan dengan siapa. Kami bertaruh dengan pedagang-pedagang Cina yang kaya, serta dengan raja-raja lain. Saat itu aku sendiri masih punya uang. Aku berkeras, memakai uangku sendiri untuk bertaruh.

Aku masih ingat, betapa semua duduk mengelilingi tempat aduan berbentuk persegi empat, yang diisi dengan sesajen. Pada keempat sisinya, di tengah- tengah duduk salah seorang penguasa setempat yang tergolong terkemuka. Dalam pertarungan yang menyusul kemudian, ayam-ayam jago aduan yang dipersenjatai dengan taji panjang dan runcing, sering kalimati dibunuh lawannya. Kalau luka saja, itu sudah selalu.

Tetapi harus kuakui, lama-lama aku tidak lagi menyadari bahwa itu sebenarnya kejam. Perasaanku sekarang mungkin sudah lain mengenainya, tetapi aku hendak menuturkan perasaanku waktu itu. Aku merasa terpikat karena kepermaiannya, seperti yang pasti dialami setiap pelukis. Kemudian aku sering melukis adegan-adegan adu ayam.

Suasana di situ luar biasa ramainya. Kukatakan pada diriku sendiri, setiap perbuatanku untuk menyenangkan hati Raja yang sudah tua itu merupakan balasan sekadarnya bagi kebaikan budinya yang berlimpah ruah padaku. Aku sudah sungguh-sungguh menjadi anaknya saat itu-anak yang tak mungkin bisa berasal dari dirinya. Ia menyenanginya, dan aku pun sama saja.

Bagi sementara orang, hidupku dalam puri mungkin akan terasa terlindung, nyaris terkungkung. Tetapi kurasa sudah cukup banyak yang kupaparkan, untuk menunjukkan bahwa perkiraan itu jauh dari kebenaran. Aku bisa dibilang bebas berkeliaran ke mana-mana.

Suatu hari ada kapal Angkatan Laut Amerika melepas jangkar di depan pantai. Raja menyatakan, ia kepingin sekali naik ke kapal itu. Dengan segera aku menulis surat pada nakhoda yang bersangkutan. Suratku itu dijawab dengan ramah, disertai undangan untuk makan siang.

Raja memutuskan untuk menerima undangan itu. Yang akan pergi ia sendiri, bersama putra-putrinya. Termasuk aku sendiri tentunya. Tetapi hanya kami saja yang berangkat. Kedua istrinya tidak mungkin diijinkan keluar dari puri.

Perairan di pelabuhan terlalu dangkal. Kapal perang tidak bisa merapat di situ. Karenanya dikirim sekoci untuk menjemput kami. Kami datang dengan kebesaran lengkap, diiringi sejumlah pelayan. Keluarga Raja mengenakan busana yang paling indah. Sedang aku lebih suka biasa-biasa saja.

Nakhoda kapal sendiri mengantarkan Raja bersama diikuti oleh perwira kedua dan aku sendiri. Bukan main senangnya Raja saat itu, seperti anak kecil yang untuk pertama kalinya menonton sirkus.

Di geladak ada pesawat terbang serta sekoci yang bagus, berukuran hampir sama besar dengan yang dipakai untuk menjemput kami. Tetapi Raja paling kagum melihat meriam-meriam kapal.

"Coba kami memiliki meriam-meriam seperti itu ketika kami diserbu! Pasti kami takkan mungkin bisa dijajah Belanda sekarang!"

Nakhoda geli mendengarnya, ketika ucapan itu diterjemahkan padanya.

"Katakan pada ayah Anda," katanya pada Nura, "dengan senang kami mau memberinya beberapa meriam sekarang. Tetapi saya rasa saatnya sudah agak terlambat. Lagipula, itu bisa menimbulkan kesulitan internasional."

Kemeriahan mencapai puncaknya saat perjamuan makan. Para perwira kapal tertarik sekali melihat kuku Raja dan kedua putri yang panjang-panjang. Mereka kagum melihat kemahiran para bangsawan tinggi itu mempergunakan pisau dan garpu. Para perwira itu tidak tahu bahwa semuanya terlatih untuk hidup dengan gaya Eropa.

REVOLUSI DI NUSA DAMAI - K'tut TantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang