•Pov Dewa
"Wa, udah beres?!" tanya Ali padaku saat dia menemuiku di kamar.
Aku yang sedang mematut penampilan di depan standing miror tidak menjawab. Hanya menatap pada siluet Ali yang muncul di sana, itu pun hanya sekilas.
Pagi ini aku dan Ali akan menemui Bu Mega, ouner produck skincare yang menawarkan endorse padaku.
Sebenarnya aku sedikit malas bertemu langsung dengan ounernya itu.
Bahkan, Bu Mega sampai beberapa kali mengirim pesan chat dan menelepon.
Pasti si Ali yang kasih nomor hapeku padanya. Kadang itu anak emang suka ngasal kerjanya.
Terdengar Ali yang berdecak jengah. Mungkin dia bosan menungguku bersiap-siap.
Aku hanya memasang wajah acuh saat dia mendekat dan membantuku merapikan jaket yang aku kenakan.
Segera kutepis tangannya saat Ali hendak menyentuh wajahku.
"Apaan sih?" sinisku kesal.
Ali tersenyum garing, "Itu ada noda di pipi elo!" ucapnya.
Aku segera memeriksanya di cermin. Menoleh sesaat pada Ali, lantas mengusap ceceran serum di wajahku.
"Wa, kabar Thea gimana? Kok gue nggak lihat storynya hari ini? Biasanya tuh cewek rajin banget bikin story!" Ali berkata sambil memasukkan beberapa barang ke dalam tas milikku.
Aku menatap siluetnya pada cermin lantas berkata dengan acuh, "Sejak kapan elo mutualan sama tuh cewek?"
"Ya, sejak dia ngejar-ngejar elo, hehe!" jawab Ali. Tawanya bikin aku pingin muntah.
"Wa, menurut gue. Thea itu cewek baik-baik, anak baik dia! Kenapa sih elo nggak kasih dia kesempatan? Ya, minimal berteman kek!" Ali melanjutkan setelah tawa garingnya mereda.
Aku menoleh padanya, lantas berjalan menuju pintu keluar kamar. "Itu 'kan cuma menurut lo! Cewek baik-baik itu nggak ada yang suka nyamperin cowok duluan!"
"Sok tahu lu, Wa! Cewek sekarang nggak aneh kalo nyamperin cowok! Allen aja ..." ucapan Ali terputus karena aku memberinya tatapan tajam.
"Bisa diem nggak?" cetusku lantas melenggang pergi.
Bisa-bisanya si Ali menyamakan Allen dengan Thea.
Jelas saja beda!
Aku juga nggak suka Ali membahas tentang Allen lagi. Terlepas hubunganku dan Allen yang tak tahu mau dibawa ke mana.
Setelah mengunci pintu unit apartemen, aku dan Ali berjalan berdampingan menyusuri lorong. Area basement yang sedang kami tuju.
Sepanjang perjalanan itu, aku dan Ali tidak saling mengobrol. Hening saja sampai kami tiba di tempat yang dituju.
Hotel Victoria, Jakarta Selatan.
Ali mengekor di belakangku saat aku berjalan memasuki lobi hotel. Bu Mega dan asistennya sudah menunggu di restoran yang berada di lantai dua hotel tersebut.
Aku menoleh pada Ali saat kami tiba di restoran.
Seorang wanita melambaikan tangan sambil tersenyum lebar padaku. Apa itu Ibu Mega? Aku tidak yakin, tapi anggukan Ali membuatku nyaris tak percaya.
Ternyata Bu Mega jauh lebih tua dari Bunda. Berdarah Manado dan Bali, kulitnya agak gelap dan memiliki rasa percaya diri yang teramat tinggi.
"Kamu pasti Dewa, ya? Aduh, ganteng banget!" pekik wanita dalam balutan stelan kantor pendek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...