Bab 13 - Dewa My Crush

9 2 1
                                    

•Pov Thea

Hari mulai gelap saat taksi online yang membawaku tiba di depan  kosan. Aku tersenyum pahit saat Pak Sopir menoleh padaku.

Hingga mobil itu melaju pergi, aku masih mematung di depan pagar rumah kos.

Langkah ini terasa lunglai, jiwa ini sepi dan hatiku hancur. Itu bukan bait dari puisi yang aku baca di bukunya Kahlil Gibran, tapi itu perasaan yang aku rasakan saat ini.

Jauh-jauh aku datang ke Jakarta cuma untuk bertemu dengannya. Aku pikir, dia bisa menyambutku dengan baik. Ya, paling tidak jangan bersikap kasar begini padaku!

Sungguh sedih hatiku. Aku nggak menyangka, Kak Dewa sekejam itu. Sambil membuka pintu pagar besi di depanku, aku berjalan sambil menahan air mata.

Mungkin, ekspektasiku ketinggian tentangnya. Kak Dewa nggak seperti yang aku pikirkan!

Dia kasar dan sombong! Bad attitude! Benar yang dibilang sama Mia padaku.

Namun meski begitu, aku nggak bisa gampang melupakan Kak Dewa lalu pulang ke Kalimantan.

Aku sudah terlanjur jatuh hati pada cowok Jakarta ini. Aku nggak mau mundur gitu aja!

Kuayunkan langkah ini menyusuri pelataran menuju pintu rumah kos. Anak-anak cowok tampak sedang bermain basket di serambi rumah.

Haikal tersenyum lebar sambil memegang bola saat aku menoleh.

Kuhela napas panjang, lantas memalingkan wajah ini lurus ke depan.

Haikal mungkin masih memperhatikanku, tapi aku tak peduli. Moodku berantakan saat ini. Aku cuma mau tidur!

Ruang gelap tersaji saat aku mendorong pintu mahoni di depanku. Segera aku melangkah masuk, mengunci pintu dan bergegas menuju kasur yang seolah sedang merentangkan tangan menyambutku.

Sambil menelungkup di atasnya, aku meraung pilu dan memukul-mukul kasur di kedua sisi.

Bantal ini basah oleh air mataku. Tangisku sudah seperti orang yang gagal nikah.

"Kamu jahat, Kak Dewa! Kamu jahat!" Aku meraung makin kencang hingga lelah dan terlelap.

Aku memang sangat kecewa akan sikap Kak Dewa. Namun, aku tidak bisa membencinya begitu saja. Mungkin dia belum tahu jika aku adalah gadis kecil pipi cabi yang dia tulis dalam novelnya.

Aku harus bicara sama Kak Dewa jika aku adalah gadis kecil itu!

Mungkin saja dia pun sedang mencariku. Pemikiranku tak bisa terbebas darinya. Hingga saat aku terjaga di tengah malam, hanya dia yang aku pikirkan.

Pukul dua pagi aku terjaga. Dengan rambut yang kusut dan mata yang sembab, aku duduk mengahadap meja belajar.

Sinar rembulan mengintai dari celah jendela.

Ragu-ragu aku membuka ponselku dan mulai menelusuri akun sosial milik Kak Dewa. Hari ini dia tidak mengunggah apa pun. Namun, ada yang baru di storynya.

Dia menulis suatu kiasan, "Genggaman ini semakin mengendur saja."

Aku mengernyit. Apa yang dimaksud olehnya? Genggaman yang mulai mengendur? Apa dia sedang membicarakan tentang seseorang? Pacaranya mungkin.

Pacar?

Deg!

Jantungku berdebar kencang dan emosi memenuhi ruang sempit di sana.

Kupejamkan mata menahan sesak di dada. Pacar, kenapa aku nggak kepikiran kalau dia memang sudah punya pacar?

Kalau Kak Dewa memang sudah punya pacar, lantas siapa dia? Siapa gadis yang beruntung mendapatkan hati Kak Dewa?!

EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang