•Pov Dewa
"Kak Ali, aku boleh pinjem hapenya? Aku mau telepon kakak aku."
"Boleh dong! Anggap aja hape sendiri!"
"Makasih, Kak!"
Aku yang sedang duduk pada sofa di teras balkon tiba-tiba mendengar suara Thea dan Ali.
Ku hentikan sejenak aktifitas ponselku, lantas ku cabut lolipop dari mulut. Aku pasang telinga lebar-lebar guna menguping perbincangan mereka.
Thea sedang berada di unit apartemenku saat ini.
Sejak semalam dia di sini. Aku pinjamkan kamarku untuknya menginap. Sedang aku tidur di kamar Ali. Semalaman aku nggak bisa tidur karena mikirin dia.
Aku sedikit heran sama Thea. Aneh aja. Sejak aku membawanya ke sini, Thea tak pernah bicara padaku.
Dan aku pun agak bingung mau bicara padanya. Justru aku sedang menunggunya bicara padaku lebih dulu, tapi Thea seolah menghindariku.
Semalam pun saat kami makan pizza bersama, Thea lebih banyak bicara sama Ali.
Kenapa ya?
Tidak biasanya.
Thea biasanya rusuh banget dan maunya nempel-nempel terus sama aku, tapi kali ini tidak. Apa insiden semalam sudah merubah posisi otaknya?
Atau Thea sudah tidak tertarik lagi padaku?
Ah, nggak bisa begitu!
Thea adalah Luna, aku nggak mau kehilangan dia dan cintanya. Aku mau Thea seperti dulu lagi, yang mencintaiku dan mengejarku pantang menyerah.
Aku rindu dia yang dulu.
Aku dengar, Thea mau menelepon kakaknya. Apa dia mau menghubungi si Reno?
Nggak bisa!
Aku nggak boleh biarkan Thea pergi cepat dari sini. Aku harus menahannya!
Bergegas aku bangkit, lantas berjalan cepat menuju tepi kolam renang di mana Thea dan Ali sedang berdiri di sana.
Aku melihat Thea yang sedang menelepon seseorang. Sial! Dia pasti menghubungi Reno. Aku harus cepat.
"Kak Dewa?"
Thea menatapku heran dan kaget saat aku merebut ponsel yang sedang dipegangnya. Segera aku matikan panggilan yang belum tersambung itu, lantas aku balas menatapnya.
"Nggak usah hubungi siapa pun. Gue bakal antar elo balik besok," ucapaku pelan.
Thea menatapku dengan pendar mata sendu, "Tapi aku nggak bisa terus di sini. Aku mau pulang!" lirihnya memaksa.
Wajah itu terlihat sangat menggemaskan di mataku. Ingin rasanya aku memeluk Thea dan mengatakan, aku merindukannya. Namun, aku tak bisa melakukan hal itu sekarang.
Ku palingkan pandangan ke lain arah seraya berkata, "Pokonya elo nggak bisa keluar dari sini sesuka hati elo. Ngerti?"
Thea menganga mendengar ucapanku. Aku hanya menatapnya satu kali, lantas menoleh pada Ali seraya melempar ponselnya.
Dengan gelagapan Ali menangkap ponsel itu.
"Sekarang mending elo ikut gue!" ucapku pada Thea seraya meraih lengannya.
Thea menoleh ke arah Ali sebelum mengikutiku.
"Kak Dewa, bentar!" teriak Thea.
Aku menghentikan langkah lalu menoleh padanya. Dia sedang menatapku dengan cemberut.
"Kak Dewa mau bawa aku ke mana?" tanyanya.
Aku sangat gemas melihat ekpresinya saat ini, tapi aku segera memasang wajah acuh padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...