Bab 18 - Drama Romantis

10 1 1
                                    

•Pov Thea

Pagi yang mendung di penghujung bulan Juni. Aku berjalan cepat menuju gedung sebelah. Menurut Kak Ali, hari ini Kak Dewa kembali kuliah.

Aku seneng banget dengernya. Syukurlah Kak Dewa sudah pulih dan bisa kuliah lagi. Meski aku tahu, dia sedang berjuang melawan penyakit yang bersarang di tubuhnya saat ini.

Leukumia stadium tiga, begitulah penyakit Kak Dewa yang kudengar dari dokter saat aku dan Kak Ali membawanya ke rumah sakit satu pekan yang lalu.

Hatiku sakit luar biasa mendengar itu. Aku tak menyangka, di balik sikapnya yang dingin dan jutek ternyata Kak Dewa sedang berjuang untuk tetap hidup.

Aku berjanji dengan segenap jiwaku, aku tidak akan pernah membiarkan dia dirampas oleh penyakit itu. Aku akan berjuang bersamanya sampai dia benar-benar sembuh total. Aku janji.

Beberapa waktu yang lalu, aku iseng-iseng meriset tetang penyakit Leukumia. Aku pikir, mungkin aku bisa menemukan satu artikel yang akurat untuk pengobatan penyakit tersebut.

Penyakit Leukumia bisa disembuhkan dengan cara operasi pencangkokan sumsum tulang belakang. Apa Kak Dewa belum pernah melakukan operasi? Aku pun menanyakannya pada Kak Ali untuk memastikan.

"Operasi memang belum, karena sampai sekarang pihak rumah sakit masih belum mendapatkan pendonor yang cocok buat Dewa."Begitu jawaban Kak Ali.

Aku menghela napas lesu mendengarnya. Operasi pencangkokan tulang sum-sum tak bisa dilakukan begitu saja. Meski melakukan beberapa tes lebih dulu untuk memastikan apakah cocok atau tidak.

Setahuku, pencangkokan tulang sum-sum tidak akan sulit dilakukan jika saja memiliki saudara kandung.

Sayangnya, Kak Dewa hanya anak semata wayang dari orang tuanya. Pantas jika dia kesulitan mendapat pendonor yang cocok.

Langkahku nyaris tiba di depan pintu kelas Kak Dewa. Aku tak henti tersenyum senang. Rasanya sudah nggak sabar pingin ketemu sama crush aku yang ganteng itu.

"Thea!"

Sial!

Haikal lagi apa di sini?

Apa itu cowok sengaja mengikutiku dari gedung sebelah? Dasar nggak waras!

"Thea," sapa Haikal sambil mengatur napasnya saat tiba di depanku. Kami berdiri berhadapan di depan kelas Kak Dewa.

Aku memasang wajah sinis padanya, "Ngapain lo di sini? Elo ikutin gue ya!"

"Nggak kok! Tadi gue lihat elo yang lagi jalan menuju ke sini. Jadinya gue kejar, hehe!" jawab Haikal disertai senyumnya yang garing.

Aku cuma menatap sebal sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Haikal masih memasang senyum padaku. Kemudian dia menurunkan pandangan pada sebuah buket bunga mawar merah yang dibawanya. Mataku memperhatikan apa yang mau pemuda itu lakukan selanjutnya.

"Thea, kamu bohong sama aku kalo kamu udah punya pacar. Aku nggak perlu tahu alasannya apa, tapi aku mohon terima bunga ini sebagai tanda kamu menerima cintaku. Thea, aku cinta sama kamu sejak pertama melihat kamu di kosan. Kamu mau 'kan jadi pacar aku?"

Aku nyaris tak percaya dengan apa yang sedang cowok itu lakukan. Haikal menembakku di depan kelas Kak Dewa?

Aku melirik ke sekitar. Orang-orang sedang menoleh sambil berbisik-bisik. Ada juga yang tertawa geli melihat aksi konyol Haikal yang norak.

Sial!

Aku malu benget!

"Haikal ..."

Belum sempat aku ledakkan emosiku pada cowok di depanku saat ini, tiba-tiba saja aku melihat Kak Dewa dan Kak Ali yang sedang berdiri di antara orang-orang yang berkerumun. Mataku melotot kaget.

EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang