•Pov Thea
"Jakarta yuhu!!!"
Akhirnya aku tiba di kota ini.
Dengan senyum lebar di wajahku, aku berjalan menyusuri lorong bandara menuju pintu keluar.
Bandara Soekarno Hatta, setelah sebelas tahun akhirnya aku ke tempat ini lagi.
Benar, Kak Reno pasti mencariku kemana-mana. Aku sudah menipunya sewaktu di bandara semalam.
Aku bilang, kalau aku mau ke toilet dulu sebelum pesawat take off. Nyatanya aku kabur dengan tiket penerbangan menuju Jakarta!
Dipikir-pikir aku nekat juga. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau nggak begitu mungkin aku nggak bakal bisa ke Jakarta selamanya. Biarkan saja Kak Reno kelimpungan mencariku.
"Taksi!"
Aku segera masuk mobil taksi yang aku cegat di depan bandara.
Hm, sekarang aku harus kemana ya? Baiknya aku telepon temanku yang tinggal di Jakarta dulu deh.
"Mia?! Ini gue lagi di Jakarta!"
"What? Elo beneran ke Jakarta?!"
"Sumpah! Gue ke rumah lo sekarang ya!"
"Okelah!"
Aku tersenyum puas usai menyudahi panggilan, lantas aku meminta sopir taksi mengantarku ke rumah Mia.
Aduh, kok jantungku jadi deg-degan gini ya? Aku sudah tiba di Jakarta, apa ini mimpi?
"Makasih ya, Pak!"
Mobil taksi yang mengantarku segera pergi. Aku tiba di kediaman Mia. Kulihat dia yang sudah menunggu di depan pintu gerbang rumahnya.
Kami berdua saling memekik senang lalu berpelukan seperti teletubies.
"Mestinya elo bilang kalo mau ke Jakarta, 'kan bisa gue jemput ke bandara!" Mia bicara padaku saat kami berjalan menuju pintu rumahnya.
Aku memindai ke sekeliling. Rumah Mia cukup besar. Aku dengar, ayah Mia seorang pejabat dan ibunya bussines woman gitu. Pantaslah rumahnya gede begini. Aku manggut-manggut sendiri.
"Yee! Gue tanya kok malah manggut-amnggut nggak jelas!" gerutu Mia.
Aku sedikit kaget, "Sorry ... habis rumah lo gede banget sih?"
"Rumah bokap gue!" Mia meluruskan ucapanku, lantas kami tertawa kecil sembari memasuki rumah.
"Jadi, elo ke Jakarta buat daftar kuliah? Mau ambil fakultas apa? Biar gue bantu masuk ke kampus gue aja!" Mia bicara padaku saat kami duduk berdua di teras balkon kamarnya.
Rumah Mia sepi. Hanya ada dua orang asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku melirik pada asiten yang baru saja menaruh segelas jus alpukat pada meja di depanku.
"Gue mau ambil jurusan bisnis. Tapi, gue ke Jakarta bukan cuma mau kuliah doang!" Aku menjawab Mia setelah menyesap pada gelas jus alpukat di depanku lebih dulu.
Mia menatapku dalam-dalam, "Bukan cuma mau kuliah doang, trus mau ngapain? Mau cari kerja juga?"
"Bukan, tapi gue mau cari orang di Jakarta!" jawabku.
Mia mengernyitkan dahi seraya menatapku, "Cari orang, siapa?"
Aku tidak buru-buru menjawab pertanyaan Mia.
Aku dan Mia berteman secara virtual selama ini. Cuma dia anak Jakarta yang aku kenal. Namun, aku belum pernah cerita tentang Dewa sama Mia.
"Ada deh!" jawabku lalu tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...