•Pov Thea
Hari ini aku, Kak Dewa dan Kak Ali mau pergi ke kantor polisi. Menurut Kak Dewa, aku harus ke sana untuk bersaksi.
Sebenarnya aku masih shock banget pasca insiden di kosan Bu Retno. Aku juga nggak mau melihat tampang laki-laki tua mesum itu lagi.
Tapi mau bagaimana?
Aku adalah korban dalam insiden itu dan sudah seharusnya aku turut serta memberi kesaksian dan mempermudah pihak kepolisian untuk memproses kasus ini.
Duh, mana aku belum sempat menelepon Kak Reno. Aku juga sungkan kalau harus tinggal di aparteman Kak Dewa.
Katanya sih, Kak Dewa mau antar aku pulang besok. Ya, semoga aja dia nggak bohong.
"Li, ke butiknya Tante Iren dulu!"
Suara teleponable Kak Dewa memecahkan keheningan di antara kami.
Aku menoleh ke arahnya. Ngapain Kak Dewa mau ke butik segala? Pikirku merasa aneh.
"Lah? Ngapain ke butik? Bukannya mau ke kantor polisi?" Kak Ali bertanya. Mungkin dia juga merasa heran, sama sepertiku.
"Udah jangan banyak tanya! Fokus nyetir aja!" pungkas Kak Dewa.
Aku hanya menatap heran saat ia menoleh ke arahku.
"Why?" tanyanya.
Aku menggeleng cepat, "Nggak, Kak! Hm, kenapa nggak ke kantor polisi dulu baru ke butik?" tanyaku ragu-ragu. Menurutku, ke kantor polisi jauh lebih penting daripada ke butik!
Aku juga pingin kasus ini cepat-cepat diproses. Hingga aku bisa segera meninggalkan Jakarta.
"Lihat penampilan lo! Masa mau ke kantor polisi pake baju tidur begitu!" jawaban Kak Dewa membuatku tercengang.
Aku menurunkan pandangan ke tubuhku. Ah, sial! Aku lupa kalau aku hanya mengenakan hotpant hitam dipadukan t-shir all size warna putih.
Namun, dari mana Kak Dewa tahu kalau ini stelan yang biasa aku pakai saat tidur?
"Hm, sorry. Waktu aku di culik, cuma baju ini yang aku pake," gumamku pelan seraya menahan malu.
Kak Dewa tak menimpali lagi. Ia hanya menatap satu kali ke arahku sebelum membuang pandangnya ke arah jedela mobil.
Aku menghela napas panjang.
Perjalanan pun hening selanjutnya. Hingga mobil yang dikemudikan oleh Kak Ali menepi di pelataran sebuah butik.
Aku tebak, ini pasti butik terkenal di Jakarta. Terlihat dari para pengunjung yang tampak seperti orang-orang kaya. Juga barang yang dipajang di sana. Semuanya barang-barang brandeed!
"Thea, ini butik mama gue! Elo bebas pilih baju apa aja yang elo suka. Gratis!" Kak Ali bicara padaku saat kami baru saja memsuki butik besar itu.
Aku hanya tersenyum tipis sambil mengangguk. Oh, jadi ini butik mamanya Kak Ali.
Belum sempat aku bilang terima kasih sama Kak Ali, tiba-tiba saja Kak Dewa menyambar lenganku lalu menyeretku ikut dengannya.
Aku hanya memasangg wajah heran. Cowok ini suka banget bertindak tiba-tiba!
"Elo pilih aja pakaian yang elo suka. Pilih beberapa buat baju ganti juga!" Kak Dewa bicara padaku saat dia menemaniku melihat-lihat jajaran pakaian wanita di butik itu.
Aku menatapnya heran, "Tapi, bukannya Kak Dewa mau antar aku pulang besok pagi? Buat apa beli banyak baju ganti?" tanyaku.
Kak Dewa menatap jengah, "Nggak usah banyak omong! Pokonya pilih beberapa, jangan satu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...