•Pov Thea
Hujan masih mengguyur kota Jakarta saat kami menuju pulang. Ekor mataku melirik ke arah cowok yang duduk di samping dalam mobil. Ku lihat Kak Dewa yang lagi sibuk sama ponselnya.
Fuuh ...
Ku hela napas panjang lalu membuang pandangan ke luar jendela mobil. Aku takut. Ya, aku sangat takut jika laki-laki jahat itu akan melakukan hal buruk pada Kak Dewa.
Lagian Kak Dewa apaan sih?
Ngapain coba pake mau nuntut Pak Renal segala?
Gimana kalu Pak Renal nanti merencanakan hal yang jahat sama dia?
Aku yakin, laki-laki itu pasti bukan orang sembarangan. Dia kenal baik sama Bu Retno dan punya anak buah segala. Bisa saja Pak Renal itu seorang Bos Preman atau sejenisnya lah!
Dan, mungkin dia juga akan segera keluar dari kantor polisi. Aku takut setelah itu dia akan mencariku dan Kak Dewa.
Terus aku mesti gimana ya?
"Li, elo antar gue ke kantor Bunda! Abis itu elo langsung antar Thea pulang, ya?"
Suara Kak Dewa mengejutkanku. Segera aku menoleh padanya.
"Emang elo ngapain mau ke kantor segala?" Kak Ali yang sedang menyetir mobil bertanya seraya menoleh pada kaca spion di atasnya.
Aku masih menyimak dengan kepo.
"Nggak usah banyak tanya, ikutin aja kata gue!"
"Ck! Oke oke!"
Aku masih menyimak dengan heran dan penasaran. Hingga Kak Dewa kembali sibuk dengan ponselnya lagi, tak ada jawaban atas pertanyaan di benakku.
Mau apa Kak Dewa ke kantornya Tante Renata?
"Setibanya di apartemen, elo harus istirahat. Kalo butuh apa-apa tinggal panggil si Ali. Ngerti?"
Kak Dewa bicara padaku setelah Kak Ali menepikan mobil di depan sebuah kantor besar. Ini pasti kantornya Tante Renata.
Aku menoleh ke sekitar sebelum mengangguk menanggapi ucapan Kak Dewa.
Dia menatapku sesaat, lantas segera keluar dari mobil.
Ku pandangi punggung lebar itu menjauh dariku. Hingga kemudian pintu mobil kembali tertutup dengan rapat.
"Thea, mau langsung pulang? Gimana kalo makan dulu? Gue tahu banyak kafe sama restoran bagus di Jakarta!" Kak Ali bicara padaku setelah mobil muali melaju lamban.
"Nggak usah, Kak Ali! Aku mau langsung pulang aja," jawabku.
Kak Ali mengangguk, "Okelah!"
Aku bersandar di bangku mobil. Pikiranku masih tak luput sama Kak Dewa. Apa mungkin Kak Dewa menemui mamanya untuk membicarakan pengajuan sidang tuntutan itu?
Entahlah!
Tapi aku benar-benar penasaran!
"Silakan, Tuan Putri!"
Aku hanya tersenyum geli menanggapi cara Kak Ali mempersilakan aku keluar dari pintu mobil. Cowok satu ini memang suka lebay kalau nggak ada Kak Dewa.
"Makasih," balasku seraya keluar dari mobil dengan gaya bak putri raja.
Kami pun tertawa bersama kemudian.
"Bentar!" ucap Kak Ali setibanya kami di depan unit apartemen Kak Dewa.
Aku melihatnya yang sedang mengetik beberapa digit angka.
"Kak Ali tahu pasword pintunya?" tanyaku penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...