•Pov Thea
Tubuhku gemetaran ketakutan saat Pak Renal membawaku ke sebuah kamar hotel. Ya Tuhan, apakah ini akhir dari hidupku.?
Aku bersumpah akan melompat dari lantai balkon jika malam ini benar-benar berakhir di tangan laki-laki bejat itu.
Air mataku tak henti menetes. Aku merinding dan jijik saat jemari laki-laki itu menyentuh pipiku. Aku menepisnya segera.
"Jangan sentuh aku!" geramku dengan tatapan nyalang.
Laki-laki itu menyeringai seraya berjongkok di depanku, "Gadis Kalimantan yang galak. Nggak pa-pa, saya suka main yang sedikit kasar."
Aku segera memalingkan wajah dari tatapan menjijikan itu.
"Kamu boleh ngomong apa aja, tapi pada akhirnya kamu cuma milik saya malam ini. Saya sudah membeli kamu sama Bu Retno!" Pak Renal menggertak.
Aku terperanjak karena kaget.
"Sekarang kamu harus layani saya!" teriaknya lagi.
"Aku nggak mau! Jangan mendekat!"
Aku segera mundur saat dia mendekat. Ya Tuhan, tolong selamatkan aku! Kupejamkan mata ini rapat-rapat dalam rasa ketakutan tiada batas.
Brak!
Suara itu membuatku terkejut.
"Thea?"
Kak Ali, Kak Dewa?
Aku nyaris tidak percaya melihat mereka datang menolongku. Aku hanya diam saat Kak Dewa maju dan langsung menghajar Pak Renal dengan penuh emosi.
Apakah ini nyata?
Kak Dewa benar-benar datang menolongku?
Kak Dewa berhasil melumpuhkan laki-laki bejat itu lalu Kak Ali menghubungi polisi.
"Thea, kamu nggak pa-pa 'kan?" Tanya Kak Dewa padaku setelah memakaikan jaketnya padaku.
Aku tak kuasa menahan tangis ini. Hingga saat dia meraihku mendekat, aku tak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya.
"Jangan takut, aku udah datang,"bisik Kak Dewa.
Aku menangis sejadinya di bahu Kak Dewa. Rasa takut ini mulai berkurang saat Kak Dewa membawaku memasuki mobilnya.
Aku melihat para polisi membawa Pak Renal pergi. Terima kasih, Tuhan. Aku sangat bersyukur karena Tuhan mengirim Kak Dewa untuk menolongku.
Aku sangat kacau saat ini. Antara ketakutan, malu dan shock berat. Hingga saat aku dan Kak Dewa duduk berdampingan di dalam mobil, aku masih diam saja.
Aku tak menyangka akan mengalami hal buruk seperti ini. Bahkan, aku tak pernah berpikir Kak Dewa yang datang menolongku. Ini benar-benar keadaan yang membuatku kikuk.
Fuuh ...
Bagaimanapun aku harus berterima kasih sama Kak Dewa. Namun, gimana cara ngomongnya? Aku benar-benar bodoh saat ini.
Sentuhan hangat di jemariku membuatku tersadar dari lamuan. Aku menoleh ke arah Kak Dewa lalu pada jemarinya yang sedang menggenggam jemariku. Dia hanya menatapku dengan wajah kaget.
"Hm, maaf!" ucapnya seraya menjauhkan tangannya dari jemariku. Kak Dewa memalingkan wajah ke arah jendela. Dia tampak panik.
Aku jadi semakin tak enak hati sama Kak Dewa. Dia pasti kerepotan karena menolongku.
Kuhela napas panjang, lantas berkata, "Kak Dewa, makasih ya. Kalo aja kamu nggak datang mungkin aku udah ..."
"Nggak usah bilang makasih. Udah kewajiban gue nolongin lo," cela Kak Dewa. Dia mneoleh sesaat padaku sebelum kembali berpaling ke arah jendela mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomansaExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...