•Pov Thea
"Thea, Tante pulang dulu ya? Kamu baik-baik di sini."
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis saat Tante Renata mengusap pipiku sambil berkata begitu.
Kami baru saja tiba di depan gedung Apartemen Bugenvil, dan Tante Renata mau pamit pulang usai mengantarku ke sini.
"Dewa, kamu inget apa yang Bunda bilang tadi 'kan?" Kali ini Tante Renata menoleh pada cowok yang berdiri di sampingku.
Kak Dewa tampak terkejut dibuatnya, "Inget kok, Bun!"
"Oke kalo gitu. Bunda pulang dulu, ya?"
Lagi, Tante Renata mengusap pipiku sambil tersenyum. Dia menoleh pada Kak Dewa satu kali sebelum melangkah menuju mobil.
Aku dan Kak Dewa melambaikan tangan saat CRV putih itu melaju pergi.
Fuuh ...
Capek!
Aku pingin langsung mandi terus tidur, pikirku seraya menolehkan kepala hendak memasuki lobi apartemen.
"Thea!"
Suara Kak Dewa mengejutkanku.
Aku pun menoleh pada cowok yang sedang berjalan di belakangku. Kulihat Kak Dewa mendekat dengan tampak ragu. Aku jadi heran melihat gelagatnya yang aneh.
"Kenapa, Kak?" tanyaku.
Kak Dewa tidak buru-buru menjawab. Dia memindai ke sekitar lebih dulu, lantas meraih kedua lenganku dan menatapku dengan sendu.
Aku dibuat sangat terkejut.
"Kak Dewa?"
"Thea, gue ..."
Aku menatap heran sama tingkah aneh Kak Dewa. Sepertinya dia mau ngomong sesuatu, tapi ragu-ragu gitu.
"Ada apa, Kak?" tanyaku seraya menatapnya dalam.
Kak Dewa membalas tatapanku lalu melepaskan tanganku secepatanya. Aku makin heran sama sikapnya.
"Hm, itu ... Hm, gue mau ke toilet dulu!"
Hah?
Kak Dewa main pergi begitu saja. Jelas aku keheranan dibuanya.
Dasar nggak jelas!
Dahlah!
Mungkin Kak Dewa lagi kebelet pipis. Sambil menggeleng aku pun hendak melanjutkan langkahku memasuki gedung.
"Thea!"
"Kak Ali?"
Aku tersenyum senang melihat Kak Ali datang. Dia tidak sendiri. Ada seorang cowok yang juga turut serta bersamanya menuju padaku. Sepertinya aku pernah melihat cowok itu. Entah di mana. Aku lupa.
"Thea, elo baru balik? Dewa mana?" tanya Kak Ali padaku saat kami berhadapan.
Aku mengangguk lalu menjawab, "Kak Dewa tadi buru-buru pergi. Katanya mau ke toilet!"
Kak Ali manggut-manggut.
"Oh, iya! Gimana kabar Tante Iren? Apa udah sembuh? Sorry, aku belum sempat jenguk!" ucapku pada Kak Ali.
Duh, merasa nggak enak hati sama Kak Ali karena belum sempat jenguk mamanya.
Kak Ali tersenyum tipis lalu menjawab, "Mama gue udah balik dari RS kok! Dia cuma migran doang!"
"Ooo ..." Aku manggut-manggut.
Cuma migran?
Syukur deh kalo gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...