Bab 47 - Ciuman Pertama

12 1 0
                                    

•Pov Dewa

"Gue yang ini!"

"Yeah! Gue menang!"

"Elo sih curang!"

Ck!

Berisik banget sih!

Aku menoleh ke arah sumber suara gaduh itu.

Ali dan Jodi lagi asyik main game di ruang tamu. Aku geleng-geleng pusing lihat tingkah dua teman laknat itu.

"Gue dulu!"

"Gue!"

"Anjingg!"

Sumpah ya itu dua codot kayaknya mesti dikasih bogem mentah biar mingkem mulutnya. Nggak lihat apa yang punya rumah lagi sibuk?

Baru saja aku hendak bangkit untuk menghardik Ali dan Jodi, tiba-tiba saja ponselku berdering.

Bunda?

Kok tumben telepon malam-malam begini?

Segera kugeser tanda hijau pada layar ponselku, lantas mendekatkan benda pipih itu ke telinga.

"Iya, Bun?"

"Dewa, kamu udah ngomong sama Thea?"

"Belum?"

"Lho? Kenapa nggak ngomong sekarang? Bukannya besok Thea mau pulang?"

Aku terdiam seraya memejamkan mataku. Kuhela napas panjang lalu menjawab, "Aku belum siap buat ngomong sama Thea."

"Dewa, kamu nggak bakal punya kesempatan lagi, karena Pak Anjas mau kuliahin Thea ke Singapore!"

Kuhela napas panjang seraya memejamkan mata, lantas menelan saliva agak kasar.

Aku bingung. Aku harus bagaimana ngomong sama Thea?

"Dewa, kamu dengar Bunda?"

Aku mengangguk, "Iya, Bun."

"Bunda udah terlanjur sayang sama Thea. Cepat kamu ngomong sama dia! Biar nanti Bunda sama Papa yang ngomong sama Pak Anjas dan Bu Selfi."

"Hm, iya, Bun."

Aku turunkan ponsel dalam genggaman.

Bunda sudah menyudahi panggilan. Sekarang tinggal aku yang jadi dilema sendirian.

Teringat olehku saat Bunda menjemput Thea di kampus kemarin.

"Dewa, Bunda mau ngomong sama kamu."

"Tentang apa?"

"Thea."

"Why?"

"Thea pernah cerita sama Bunda tentang dia yang sudah melanggar adat dan tradisi di kotanya, dengan menemui kamu. Thea nggak bisa kembali ke Kalimantan kalo nggak sama kamu."

"Maksudnya?"

"Sekarang Bunda tanya, kamu suka nggak sama Thea? Kalau kamu suka sama dia, cepet ngomong. Thea mau meninggalkan Jakarta. Setelah itu mungkin kamu nggak bisa ketemu dia lagi."

Kupejamkan mata ini seraya menarik napas panjang. Benar kata Bunda, aku harus ngomong sama Thea!

"Wa, mau ke mana lo?!"

Aku tak menjawab saat Ali memanggilku.

Mungkin dia dan Jodi merasa heran melihatku yang sedang berjalan cepat menuju tangga.

Ya, aku harus menemui Thea.

Oh, iya!

Kotak biru itu. Aku harus memberikannya pada Thea. Dengan begitu, aku tak perlu bicara banyak untuk mengatakan, jika aku sudah tahu kalau dia adalah Luna.

EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang