•Pov Thea
Langkah sepasang tungkai jenjang ini terayun cepat setelah keluar dari pintu mobil taksi online.
Aku celingukan ke kanan dan kiri. Di mana calon suamiku, eh Kak Dewa maksudnya!
Aduh, aku jadi geli sendiri gini.
"Thea!"
Terdengar suara yang memanggilku.
Aku merasa tak asing sama suaranya. Segera kupasang muka jengah saat dia tiba di depanku.
Haikal, cowok yang memanggilku tadi. Entah sedang apa dia di sini. Aku nggak begitu peduli.
"Thea, gue manggilin lo dari tadi loh!" ucap Haikal dengan napas yang masih ngos-ngosan. Matanya mencoba menanggkap pandanganku.
Aku masih memasang wajah sinis, "Mau ngapain lo panggilin gue?"
Senyum tersemat di wajah yang pas-pasan itu, Haikal mendekat padaku dan aku segera mundur.
"Thea, elo kok jutek banget sih sama gue? Asal elo tahu aja, gue pindah ke kampus ini supaya bisa kuliah bareng sama elo!" ucap Haikal seraya menatap dalam padaku.
Pandanganku padanya tetap sama, sinis. "Gue nggak minta elo pindah ke kampus ini. Udahlah, nggak penting banget! Gue mau cari crush gue dulu. Bye!" Aku segera pergi. Persetan sama Haikal yang masih mematung memandangi.
Kak Dewa, di mana pujaan hatiku itu? Kenapa dia nggak kelihatan di mana-mana? Padahal, aku sudah tiba di gedung tempat dia kuliah.
"Bukannya kamu anak gedung sebelah, ya? Ngapain kamu di sini?"
Aku terkejut mendengar suara seorang wanita yang menghardik saat aku sedang berjalan menuju perpus.
Aku pikir, mungkin Kak Dewa sedang berada di perpus. Tempo hari aku juga bertemu dengannya di sana.
Dosen wanita bernama Prof Laura sedang menatapku sambil membetulkan letak kacamatanya.
Aku nyengir garing menanggapi.
Sial! Pagi-pagi buta begini kenapa ini dosen sudah datang?"Maaf, Prof. Saya kesini karena lagi cari calon suami saya. Dia kuliah di gedung ini," ucapku dengan pipi yang merah. Bodo amat deh aku bohong. Daripada aku kena hukuman nantinya bisa repot.
"Calon suami kamu?" tanya Prof Laura. Dari caranya menatap, sepertinya dia tidak percaya padaku.
Aku harus meyakinkan dosen asal Bali ini. Segera aku mendekat tersenyum padanya, lantas berkata, "Iya, Prof. Calon suami saya ambil fakultas bisnis di sini."
"Oh iya? Siapa namanya?"
"Dewa Respati! Ups!"
Hais!
Kenapa ini mulut nggak bisa diajak kompromi dulu sih? Bisa-bisanya aku menyebut nama Kak Dewa! Aduh, bisa gawat kalau Kak Dewa sampai tahu!
Aku bungkam mulut ini meski sudah terlambat. Prof Laura pasti nggak budek. Semoga aja dia budek dadakan kali ini saja.
Prof Laura melotot kaget sambil berkata, "Dewa anak fakultas bisnis semester empat maksud kamu?"
"Bukan! Eh, iya!" Segera kubungkam mulut ini lalu berpaling sambil memejamkan mata berat. Astaga, apa-apaan aku ini?
Prof Laura geleng-geleng. Dia membuatku tersentak saat dia tiba-tiba mencekal lenganku.
"Ikut saya sekarang!"
"Kemana, Prof?!" Aku mulai panik.
Prof Laura tidak menjawab. Dia menyeretku menuju aula kampus. Orang-orang melihat ke arahku sepanjang koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...