Bab 33 - Luna Dan Thea

10 0 0
                                    

•Pov Dewa

"Wa, mestinya lo nggak usah ngampus dulu deh! Elo 'kan baru balik dari RS, gue kuatir elo sakit lagi!"

Ali ngoceh terus sepanjang koridor menuju kelas. Aku tidak tertarik untuk menimpalinya. Sudah lima hari pasca aku pulang dari rumah sakit, baru pagi ini kakiku kembali berpijak di area kampus.

Aku kesal sama Ali. Kenapa dia nggak mau kasih tahu siapa nama pendonor yang menolongku. Semua ocehannya itu hanya untuk mengalihkan rasa ingin tahuku tentang si pendonor.

Bagus banget! Ali sama Bunda kompakan buat nggak kasih tahu sama aku nama pendonor itu.

Sikap mereka benar-benar bikin aku penasaran. Siapa sebenarnya si pendonor itu? Kenapa dia rela menjadi pendonor untukku?

Siapa pun dia, yang pasti dia sudah menolongku dari maut. Kini aku benar-benar sudah sembuh dari penyakitku itu. Ya, meski aku harus tetap rutin cek up setiap minggu.

"Wa, tungguin gue dong! Elo jalan udah kayak orang kebelet boker aja!" celoteh Ali dari belakangku.

Aku tak menggubrisnya.

Langkah panjang ini nyaris tiba di depan pintu kelas. Dari kejauhan, kulihat seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan sana. Matanya menatap ke arahku dengan sinis.

Mataku menyipit. Sepertinya aku pernah melihat laki-laki itu, tapi di mana ya?

Sambil mengingat-ingat, aku melanjutkan langkah dengan acuh menuju pintu kelas.

Laki-laki itu menghadang jalanku tiba-tiba. Aku menatapnya dengan heran, dan dia segera maju ke depanku.

Bug!

Shit!

Laki-laki itu menghantam wajahku dengan tinjunya. Aku nyaris terjatuh. Beruntung Ali datang tepat waktu. Dia menahan tubuhku agar tidak jatuh, lantas menatap laki-laki itu.

"Apa-apaan nih?!" tanya Ali geram.

Aku menatap wajah laki-laki itu sambil mengusap darah yang menetes dari hidung. Pukulannya cukup kuat. Batang hidungku nyaris patah! Sekarang aku ingat. Dia adalah orang yang memukuliku tempo hari.

"Anjing lo, ya!" Ali bergegas maju dan bersiap menghantam laki-laki itu.

Namun, satu pukulan di perut membuat Ali jatuh tersungkur.

"Bangsat lo!" erang Ali kesakitan.

Aku menoleh ke arah Ali sesaat lalu menatap pada laki-laki di depanku kini. Dia sedang menatapku dengan berapi-api. Sepertinya dia sedang ingin membunuhku saat ini juga.

"Elo orang yang udah mukulin gue tempo hari 'kan? Siapa lo sebenarnya?" tanyaku dengan marah.

Laki-laki itu tersenyum remeh menanggapi, lantas memalingkan wajahnya sesaat sebelum mengangkat tangannya mau menghantam wajahku lagi. Sayangnya kali ini aku berhasil menangkis serangannya itu.

"Gue nggak ada urusan sama lo! Apa mau lo sebenarnya, hah?!" geramku seraya mengunci kedua tangan laki-laki itu ke belakang punggunngya.

Dia mengerang, "Bangsat!"

"Apa mau lo?!" gertakku penuh amarah.

Dia mendengkus kesal lalu berkata, "Lepasin gue, Anjing! Belom puas elo sakitin Thea?!"

"Thea?"

Aku terkejut mendengar nama yang dia sebut. Lantas, aku melepaskannya.

"Ada hubungan apa elo sama Thea?" tanyaku.

Laki-laki itu memalingkan wajah dengan ekspresi jengah padaku, kemudian dia berkata, "Thea adik sepupu gue. Dia nekat pergi ke Jakarta buat ketemu sama elo! Tapi elo dengan sombong nolak dia. Dan asal elo tahu! Thea udah berkorban buat nyelamatin nyawa elo!"

EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang