•Pov Dewa
Hari mulai gelap dan titik-titik gerimis mulai turun saat aku dan Thea tiba di gedung apartemen. Dingin. Aku menoleh ke arah cewek cantik yang duduk di sebelahku. Thea lagi bersiap mau keluar dari mobil.
Dia menoleh kaget saat aku mencekal lengannya. Wajah heran itu bikin aku gemas. Segera aku memajukan wajah mau menciumnya.
"Ih, Kak Dewa apaan sih?!"
Sial!
Thea malah mendorongku.
Aku menatapnya dengan wajah merayu. Entah kenapa, aku jadi kecanduan gini. Bawaannya pingin cium Thea terus!
"Udah mau ujan, kita langsung masuk yuk!" Thea malah pergi keluar mobil.
Fuuh ...
Aku geleng-geleng lalu menyusulnya.
"Kak Dewa mau makan apa? Biar aku pesan sekalian!" Thea bicara padaku sambil sibuk sama ponselnya. Kami sedang berjalan menuju unit apartemenku di lantai sebelas.
Aku menatapnya dengan wajah mendamba saat Thea menoleh.
"Gue pingin makan elo."
"Hah?"
Ekspresi kaget Thea bikin aku gemes. Segera aku seret dia masuk lift.
"Kak Dewa?"
Thea menatapku saat aku mendesaknya di dalam lift. Cuma ada aku dan dia. Thea nggak bakal bisa kabur lagi dariku.
Senyuman smirk yang aku tunjukkan sebelum meraih bibirnya dengan ciuman. Thea tidak menolaknya kali ini, dan aku semakin menggila saat dia memabalas ciumanku.
Napasku kian memburu dikuasai hasrat. Panas dingin yang kemudian aku rasakan. Terutama saat jemari Thea menyentuh tengkuk leherku. Kurasakan ketegangan di bawah sana makin meningkat. Segera aku melepaskan Thea.
Kami jadi canggung dan pura-pura sibuk sendiri. Hingga saat aku menoleh, Thea pun sedang menatapku. Aku tersenyum manis seraya mengusap pucuk kepalanya.
Thea masih diam sampai aku meraihnya ke dalam pelukan. Hangat yang kemudian aku rasakan.
Pintu lift tiba-tiba terbuka.
"Waduh!"
"Apa yang lagi mereka lakukan?"
"Dasar anak jaman sekarang!"
Aku dan Thea dibuat terkejut. Ada sekitar lima orang yang berdiri di depan lift. Mata mereka menatap pada kami dengan tercengang.
Thea menoleh padaku. Dia tampak sangat malu karena mereka melihat kami yang sedang berpelukan di dalam lift.
Aku menatap Thea dalam-dalam. Kusingkirkan semua rasa paniknya. Segera aku menggandeng Thea pergi. Persetan dengan tatapan semua orang itu pada kami.
Bodo amat! Kenal juga nggak!
"Aku udah pesan makanan. Nanti kita makan bareng sama Kak Ali juga, ya!"
Aku menoleh pada Thea. "Kamu baik-baik aja 'kan?"
"Memang aku kenapa?" heran Thea. Matanya menatapku sambil memegang ponselnya.
Aku lega mendengarnya. Segera kuusap pucuk kepalanya lalu melenggang pergi menuju pintu unit apartemen.
"Kak Dewa!" teriak Thea.
Aku hanya menoleh. Dia tersenyum manis padaku sambil mendekat.
"Why?" tanyaku heran.
Thea hanya tersenyum manis menanggapi.
Aku tak paham.
Hingga kemudian dia berjingke dan langsung mengecup bibirku. Aku terdiam menatapnya. Thea hanya tersenyum gemas dan segera menolehkan kepala hendak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA ORDINARY LOVE [End]✔️
RomanceExtra Ordinary Love Menurut Thea, cinta itu seperti ombak, jika dikejar ia akan menjauh. Dan saat tak dihiraukan dia justru akan mengejar. Seperti dia yang mati-matian perjuangin cinta pertamanya pada cowok Jakarta bernama Dewa. Meski berkali-kali d...