Cukup lama mereka berpelukan, dan Archen menyadari jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan jam 8.30 nanti mereka ada kelas.
"Nata, udah jam tujuh, bentar lagi kelas mulai jam setengah sembilan."
Nata yang mendengar pernyataan tersebut sontak mendongakkan kepalanya menghadap ke atas agar dapat melihat wajah Archen.
"Achen mandi duluan sana."
Nata pun melonggarkan pelukannya pada Archen.
"Lo duluan aja." Balas Archen.
Nata sempat terdiam sejenak. Tak lama Nata memutuskan untuk mengalah, ia pun mengangguk, lalu beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi.
---
Nata keluar dari kamar mandi dengan pakaian seragam sekolah lengkap. Ia menuju ke meja rias untuk sekedar merapikan rambutnya dengan menggunakan sisir.
"Sana mandi Achen bau!" Perintah Nata ketika melihat Archen yang hanya menatap layar ponselnya sedari tadi.
Archen yang menyadarinya segera menoleh kearah Nata yang masih berkaca di meja rias, ia pun menaruh ponselnya di meja samping ranjang.
Saat Archen hendak menuju kamar mandi, Nata tiba-tiba memanggilnya.
"Achen!"
Archen menoleh kearah Nata yang berada dibelakangnya, lalu menunggu apa yang Nata katakan selanjutnya.
"Makasih udah ngurus gue kemarin, maaf kemarin kalo gue nyusahin minta gendong segala."
Archen tersenyum tipis, ia perlahan berjalan menghampiri Nata.
"Boleh gua minta sesuatu?"
Nata mengangguk cepat.
"Gua minta ucapan terimakasihnya kaya kemarin lo kasih ke gua."
Nata mengernyit heran, ia tak paham apa maksud dari perkataan Archen.
Archen menyadari Nata terlihat bingung. Archen mendekatkan dirinya kearah Nata, hingga mengikis jarak di antara mereka.
Kedua manik indah mereka bertemu, tatapan tajam Archen menatap mata Nata yang terlihat berbinar.
Archen menunjuk bibirnya sendiri menggunakan jari telunjuknya.
Nata awalnya masih bingung. Namun, ia mulai mengingat kejadian semalam. Dimana ia mencium bibir Archen, lalu mengucapkan terimakasih.
Nata menggigit bibir bawahnya, bingung harus berbuat apa. Nata juga kini tak bisa menatap wajah Archen karena merasa malu.
"Boleh?" Tanya Archen kembali karena menyadari Nata hanya diam sedari tadi.
"Nata, tatap mata gua kalo gua ngomong." Jemari Archen mengangkat dagu Nata, agar ia dapat menatap wajah Nata yang terlihat sedikit memerah sekarang.
"Cium?" Kini Nata memberanikan diri bertanya untuk memastikan.
Archen mengangguk, yang artinya pertanyaan Nata benar.
Nata sedikit berjinjit untuk menggapai wajah Archen.
Cup.
Nata mengecup bibir Archen sekilas, persis apa yang ia lakukan semalam.
"Makasi Achen bau."
Archen terkekeh atas apa yang dilakukan sahabatnya.
"Udah sana mandi!" Perintah Nata sekali lagi.
Archen pun segera menuju ke kamar mandi sebelum Nata meneriakinya lagi.
---
Nata kini sedang berada di dapurnya, ia memutuskan untuk membuat bekal sarapan sendiri karena orang tuanya masih belum pulang dari tempat mereka mengurus bisnis.
Seorang pria remaja berkulit tan dengan pakaian seragam sekolah lengkap yang tentunya ia pinjam dari Nata sedang menuruni tangga sembari membenarkan kerah bajunya, tak lupa ia juga membawa tas ransel yang berada di punggungnya.
Archen mendapati Nata sedang berkutat di dapur, ia lantas segera menuju dapur untuk melihat apa yang sahabat kecilnya itu lakukan.
"Buat apa?" Tanya Archen yang kini berada tepat disamping Nata.
"Roti lapis buat bekal."
"Mama sama papa lo belum balik?"
"Nanti siang katanya."
Archen hanya menganggukkan kepalanya, kemudian duduk di meja makan menunggu Nata membuat bekal.
---
"Nah udah jadi! Achen sini cobain." Archen yang merasa dipanggil Nata segera menghampirinya kearah dapur.
Archen berdiri tepat dibelakang Nata yang sedang sibuk menata roti lapis.
Archen menjatuhkan dagunya di salah satu pundak Nata. "Mana." Tanya Archen tak sabar. Nata dapat merasakan deru nafas Archen menghantam lehernya karena posisi Archen yang begitu dekat dengan wajahnya.
Nata mengambil satu roti lapis yang ia buat, lalu menyodorkannya kearah Archen.
Archen menerima suapan yang Nata berikan kepadanya, ia mengunyah perlahan roti lapis buatan Nata.
"Enak?" Tanya Nata dengan antusias yang terlihat di wajahnya.
"Buatan lo selalu enak."
Nata tersenyum manis kearah Archen.
"Udah sana tunggu di depan, gue selesain ini dulu."
"Gua ga dapet cium?" Nata mengernyit heran dengan ucapan Archen.
"Dari kemarin lo cium-cium mulu!"
"Dulu juga kan gitu."
"Ga ada ga ada, udah sana tunggu di depan."
Bukannya pergi, Archen justru memeluk tubuh Nata dengan erat, dan semakin menempelkan dagunya di pundak Nata.
"Achenn lepaass." Rengek Nata kepada Archen.
"Cium dulu, gua udah puji masakan lo."
"Ga mau, mesum lo."
"Yang kemarin nyium gua duluan siapa?"
"Itu kan tanda terimakasih, Achen!"
"Berarti lo juga harus cium gua, karena gua udah muji masakan lo, sebagai tanda terimakasih juga."
Nata tak ingin memperpanjang perdebatan kecil ini dengan Archen, ia lantas mendekatkan wajahnya kearah wajah Archen, lalu...
Cup.
Cup.
Cup.
Nata mencium pipi kanan dan pipi kiri Archen, serta mengecup sekilas bibir milik Archen.
"Puas lo? Sana minggir, nanti telat."
Archen melepaskan pelukannya pada Nata, membiarkan Nata kembali menata bekalnya.
Archen segera mengambil tasnya yang berada di meja makan, dan hendak untuk menunggu Nata di depan.
"Gua tunggu di depan ya, Nat!" Teriak Archen yang kini berada di ambang pintu keluar.
"IYA BAWEL!" Balas Nata tak kalah keras dari arah dapur.
Archen keluar dari rumah Nata dengan senyum merekah di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FWB || JOONGDUNK
Ngẫu nhiênKisah kedua pertemanan antara Nata dan Archen yang begitu dekat sedari kecil, hingga orang-orang sudah terbiasa melihat dimana ada Nata, di sana ada Archen. Namun, tak diketahui salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih dari sekedar seoran...