Chap 27.

1.2K 58 0
                                    

Pagi harinya, Archen menggeliat dalam tidurnya, tangannya tak bisa diam alias bergerak kesana kemari. Hingga akhirnya ia membuka kedua matanya.

Archen terbangun dan menyadari masih berada di sofa ruang tamu, tetapi Nata tak disampingnya.

Ia segera mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Sorot matanya menelisik setiap sudut ruangan.

Dan ia mendapati sahabat kecilnya yang kini sedang menatap pantulan dirinya di cermin yang berada tak jauh dari sofa ruang tamu.

"Nata..." Nata sontak menoleh melihat Archen yang memanggilnya.

Archen mengisyaratkan Nata untuk duduk disampingnya. Nata menurut, ia berjalan mendekat kearah Archen, tetapi wajahnya terlihat cemberut.

"Achen lihat! Bekasnya makin banyak, terus dada gue makin sakit! Gue ga bisa pakai baju, Achen!"

Nata merengek kepada Archen, mengadu bahwa kejadian semalam sangat berdampak buruk baginya sekarang.

Archen menatap leher Nata yang memang begitu banyak bekas cupang yang Archen tinggalkan, serta kedua puting Nata yang semakin membesar dan memerah.

"Lo jahat... Hiks sakitt.." Archen terkejut ketika Nata kini kembali menangis di depannya.

Archen menangkup kedua pipi Nata, dan mengelusnya pelan, merasa lucu dengan wajah Nata yang kini semakin cemberut.

"Maaf Nata sayang. Lo ga usah sekolah hari ini dulu gapapa, ntar gua yang ngijinin." Nata menggeleng cepat mendengarnya.

"Ga mau... Hari ini ulangan harian, gue ga mau nyusul." Archen menghela nafas mendengarnya, seperti biasa sahabat kecilnya selalu keras kepala.

"Terus gimana? Lo pakai baju katanya ga bisa."

"Minjem baju lo, bisa aja baju lo kegedean di badan gue, jadi dada gue ga terlalu kegesek lah."

"Ga mau izin aja?"

"Ga mau, Achen!"

Archen akhirnya mengangguk pasrah, menyetujui ucapan sahabatnya.

---

Kini kedua sahabat tersebut sudah siap akan berangkat ke sekolah.

Sesuai persetujuan tadi, Nata mengenakkan seragam sekolah Archen, sedangkan Archen mengenakkan seragam sekolah milik Nata.

Menurut Archen seragam Nata sedikit ketat dan kecil di tubuhnya, namun untunglah tak terlalu kelihatan jika dari luar.

"Achen, bekasnya masih keliatan ga?" Tanya Nata.

Archen mengalihkan pandangannya kearah leher Nata. "Kalo dari deket emang keliatan, tapi samar kok."

"Ih! Terus gimana dong?"

"Gapapa, Nata. Orang-orang juga ga bakal fokus ke leher lo."

Nata terdiam, ia tampak berpikir sejenak.

"Apa gue pakai jaket almamater sekolah ya? Terus nanti bilang aja lagi gak enak badan."

Archen mengangguk menyetujui, "boleh aja, tapi bukannya lo bilang almamater lo kekecilan?" Perkataan Archen mendapat cengiran dari Nata.

"Pinjem punya lo..."

Sudah Archen duga.

"Sana ambil di kamar."

Nata mengangguk, "makasih, Achen!" Lalu ia segera berlari menuju kamar milik Archen untuk mengambil almamaternya.

---

Archen dan Nata kini telah tiba di parkiran sekolah. Nata merapikan bajunya terlebih dahulu, lalu turun dari mobil milik Archen.

"Gue ga keliatan aneh kan? Baju lo bener-bener kegedean di badan gue."

Archen terkekeh, memang benar bajunya terlihat kebesaran di badan Nata, tapi juga tak terlalu kelihatan. "Ngga Nata, malah keliatan lucu."

"Huek buaya." Ejek Nata. Lalu ia berlari terlebih dahulu, yang tentunya dikejar oleh Archen.

Jadilah mereka kejar-kejaran hingga sampai di lorong kelas mereka. Namun keduanya memutuskan untuk berpisah. Archen yang ingin ke kantin terlebih dahulu, dan Nata langsung ke kelas.

---

"Tumben lo pake jaket sekolah, Nat." Celetuk Phuwin begitu melihat Nata duduk disampingnya dengan mengenakkan jaket almamater sekolahnya.

"Ga enak badan, Phu. Makanya gue make jaket." Bohong Nata.

"Terus ngapain sekolah, bego."

"Ulangan, Phu! Ogah gue nyusul di ruang guru."

Phuwin terlihat menghela nafasnya, heran dengan teman sebangkunya yang memang ia tahu sedikit keras kepala.

"Archen tau?"

"Tau apa?"

"Lo sakit."

"Tau, malahan ini jaketnya Achen, gue pinjem." Balas Nata santai sembari tangannya kini mulai membuka halaman pada buku pelajarannya.

"Pantesan keliatan kegedean di tubuh lo." Cibir Phuwin, yang mendapat kekehan ringan dari Nata.

"Nata!" Panggil Archen dengan berlari kecil menuju meja Nata.

"Nih, susu strawberry buat lo."

Nata mengambil susu strawberry yang Archen berikan kepadanya dengan senang hati. "Makasi Achen."

"Nara ga masuk ya?" Tanya Phuwin kepada Archen.

"Masuk kok, tadi papasan sama gua, dia dispen hari ini karena ada latihan buat lomba paskib." Jelas Archen, Phuwin pun mengangguk mendengarnya.

"Kangen ya lo?" Ujar Nata sambil menatap curiga kearah Phuwin.

"Najis gue kangen sama jamet pengkolan begitu."

"Hus, cocot lo! Nanti kualat." Ejek Nata dengan diiringi tawa diakhir kalimatnya.

Mereka bertiga bercanda bersama sekaligus menunggu bel sekolah berbunyi.

"Hai." Ketiganya menghentikan candaannya begitu mendengar seseorang menyapa mereka.

"Careen?"

"Ah iya, sorry gue ganggu, tapi gue cuma mau ngomong sama Archen kok." Ucap Careen, terlihat sedikit gugup.

"Ngomong aja." Balas Archen.

"Gini, tadi gue ga sengaja denger kalo temen sebangku lo dispen, kan? Gue boleh duduk sama lo ga hari ini?" Tanya Careen, ekspresinya begitu berbinar menunggu jawaban yang dilontarkan oleh Archen.

Archen tak langsung menjawab, ia justru tampak terdiam sejenak.

"Terus temen sebangku lo gimana, Ren?" Tanya Phuwin.

"Oh ya, temen sebangku gue juga ga sekolah kok, dia ngasih tau kemarin."

"Boleh, Chen?" Tanya Careen sekali lagi.

"Ya, boleh." Ucap Archen menyetujui.

Hal itu tentu saja membuat Careen senang, dan bergegas mengambil tasnya untuk dipindahkan ke bangku milik Nara.

Bertepatan dengan saat itu, bel masuk pun berbunyi. Murid-murid satu-persatu mulai memasuki kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing.

FWB || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang