Chap 13.

2.2K 114 2
                                        

Seorang pria remaja terlihat sedang menggeliat dalam tidurnya, kedua manik indahnya kini mulai terbuka perlahan. Matanya menyipit menatap langit-langit kamar yang di dominasi oleh warna cream itu.

Nata terbangun dari tidurnya, ia melirik kearah jam dinding yang berada di kamarnya, terlihat menunjukkan pukul 7 malam.

Nata berdiri menuju keluar kamar untuk sekedar mengambil minum karena tenggorokannya merasa serak.

Saat menuruni tangga, Nata mendengar suara kegaduhan yang berasal dari lantai bawah, karena penasaran Nata sedikit mempercepat langkahnya menuju ke bawah.

Setibanya di bawah Nata melihat Archen yang sedang duduk di bawah karpet dengan stik game di tangannya. Ia melihat ada dua teman Archen yang juga ikut bermain game bersama Archen.

Nata menangkap sosok yang ia kenal berteriak heboh disamping Archen, itu Nara, sepupunya.

"Achen..." Panggilan Nata mengalihkan atensi ketiga orang tersebut.

"Kebangun ya? Kalo lo laper, di dapur udah gua beliin makanan." Jawab Archen tak mengalihkan pandangannya dari Nata, sedangkan kedua temannya sudah kembali fokus bermain game.

Nata menggeleng, "ini Nara ngapain disini?" Tanya Nata dengan nada ketusnya.

"Sama sepupu sendiri ga boleh galak." Jawab Nara tanpa menatap kearah Nata.

"Sialan kalah!" Umpat Nara ketika permainannya kalah.

"Mampus lo! Makanya kalo ngomong sama orang itu diliat." Ejek Nata. Nara hanya mendengus sebal mendengar ejekan dari sepupunya itu.

Archen terkekeh melihat perdebatan antara sahabat dan temannya.

"Udah, Nata. Mereka berdua disini karena bantuin bawa motor gua tadi." Jelas Archen, Nata pun mengangguk. Nata melihat teman Archen yang satunya hanya tersenyum kepadanya, ia tak mengenalinya.

"Ini Ester, temen gua dari club basket, lo pasti ga kenal karena beda kelas." Lanjut Archen. Ester selaku teman Archen tersenyum ramah kearah Nata, yang tentu saja dibalas juga oleh Nata.

"Nat, ambilin minum dong, haus nih gua." Pinta Nara.

"Punya tangan, ambil sendiri." Ketus Nata, kemudian berlalu meninggalkan mereka bertiga.

"Dih sialan." Umpat Nara.

"Kenapa lo kuat si temenan sama modelan kaya Nata begitu dari kecil?" Tanya Nara kepada Archen.

"Dia sebenernya baik, cuma emang ga suka aja sama lo."

"Lo berdua sama aja bangsat."

---

Nata baru saja menyelesaikan mandinya, dan memutuskan untuk turun mencari Archen.

"Temen-temen lo udah pada pulang?" Tanya Nata ketika melihat Archen yang membereskan ruang tamu sendiri.

"Iya, gerimis di luar, takut hujan katanya." Archen berdiri, dan menaruh stik game yang ia bawa di tempat semula.

"Mau makan?" Tawar Archen.

"Mau."

"Sini."

Archen menarik lengan Nata, dan membawanya untuk menuju dapur.

"Nih, nasi goreng kesukaan lo." Archen menyodorkan sekotak nasi goreng yang sudah ia beli untuk Nata.

"Makasih Achen." Nata dengan senang hati menerima nasi goreng yang diberikan Archen untuknya.

"Makan di ruang tamu ya, Chen. Gue mau nonton." Pinta Nata, yang diangguki oleh Archen.

Archen mengambil nasi goreng untuk dirinya sendiri, dan berjalan menuju ruang tamu dengan Nata yang mengekorinya dibelakang.

Mereka berdua makan bersama di ruang tamu sembari menonton acara di tv.

---

"Lo nyuci ya."

"Nyuci bagian masing-masing biar adil."

"Gantian! Besok gue yang nyuci." Rengek Nata kepada Archen. Kini keduanya telah selesai dengan acara makan malamnya, dan mereka sedang berdebat siapa yang akan menyuci piring sekarang.

"Yaudah sini bawa." Archen akhirnya mengalah, Nata tersenyum senang, lalu memberikan piringnya kepada Archen.

"Satu syarat." Lanjutnya. Perkataan Archen membuat Nata mengernyit heran.

Archen menunjuk pipinya, tanda menyuruh Nata untuk mencium pipinya.

"Apa? Cium?"

"Iya."

Cup

"Satu lagi dong." Pinta Archen menunjuk pipinya yang sebelah kiri.

"Ish, iya!"

Cup

Archen tersenyum puas, ia pun segera mengambil piring bekas Nata, dan mulai membuka keran air untuk mencuci piring bekas mereka makan.

Nata melirik kearah luar, ia melihat hujan begitu deras malam ini.

"Lo kalo ngantuk ke kamar aja."

"Lo tidur dimana?"

"Kamar tamu."

Nata terdiam sejenak, atensinya kembali menatap kilat petir yang terlihat dari luar jendela.

"Kenapa? Lo takut?" Archen menyadari wajah Nata terlihat khawatir saat melihat kilat petir di luar sana.

"Mana ada, gue ke kamar duluan ya." Tanpa menunggu jawaban Archen, Nata bergegas berlari menuju kamar.

Archen menyadari Nata menutup kedua telinganya saat berlari kearah kamar, dan bersamaan dengan itu petir kembali terdengar dari arah luar.

.
.
.
.

Helloo, jangan lupa vote & komennya yaaakkk

FWB || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang