Chap 33.

826 45 1
                                    

Hari Minggu adalah hari yang dinanti semua orang untuk dapat beristirahat.

Namun, tidak dengan Archen. Di pagi-pagi buta, ia sudah dihadiahi dengan Nata yang merengek kepadanya secara terus-menerus.

"Achen pusingg."

"Achen disini aja."

"Achen pelukk."

Kalimat tersebut terus berulang sedari pagi, membuat Archen kerepotan sendiri.

"Achennn."

"Iya Nata iya, gua disini, udah ya? Nanti serak suaranya." Ucap Archen sembari mengelus rambut hitam Nata.

"Pusingg." Rengek Nata lagi.

"Ke dokter ya?"

"Enggakk!"

Nata tak mau ke dokter, membuat Archen tambah bingung harus bagaimana menanganinya.

Drrtt... Drrtt..

Archen menolehkan kepalanya begitu mendengar nada dering ponselnya. Ia segera meraih ponsel miliknya yang berada di meja dekat ranjang untuk melihat siapa yang menelepon.

"Nata, lihat mama lo nelpon."

Perkataan Archen sukses mengalihkan atensi Nata, membuat sang empu memfokuskan pandangannya kearah ponsel milik Archen.

Archen tersenyum melihatnya, kemudian ia menekan tombol hijau di ponselnya untuk mengangkat panggilan video dari ibu Nata.

"Halo ma."

"Nak Archen- eh? Nata kenapa itu?" Tanya ibu Nata begitu melihat dahi Nata ditempel kool fever.

Mendengar jawaban itu, Archen segera mendekatkan ponselnya kearah wajah Nata.

"Lihat ma, Nata sakit terus ga mau ke dokter."

"Achenn!" Protes Nata sembari memberi pukulan ringan di dada milik Archen.

"Adekk jangan dipukul Archennya."

Nata langsung berhenti, lalu menatap ibunya yang terlihat dari panggilan video tersebut.

"Adek sakit apa? Kok ga mau ke dokter?"

Nata menggeleng, kemudian kembali memeluk tubuh Archen.

"Nata kemarin hujan-hujanan ma, sekarang gini deh. Dari subuh ngerengek katanya pusing, tapi ga mau diajak ke dokter." Jelas Archen.

"Natachai, lihat mama dulu sini."

Mendengar namanya disebut, Nata yang awalnya memeluk tubuh Archen kini beralih menatap kearah ponsel milik Archen.

Ibu Nata menatap anak bungsunya yang terlihat pucat dengan kool fever yang masih tertempel di dahinya.

"Adek ke dokter ya? Jangan nyusahin Archen loh, kasian dia. Archen udah bela-belain dan mau ngejaga adek, sekarang adek harus nurut sama Archen." Jelas sang ibu.

"Mama maaf..."

Ibu Nata tersenyum tipis kearahnya.

"Minta maafnya sama Archen dong."

"Achenn.." Nata menjeda kalimatnya, sedangkan Archen sedari tadi sudah menatapnya.

"Maaf... Maafin Nata."

"Gapapa Nata, tapi habis ini mau ya ke dokter? Gua temenin."

Nata mengangguk.

"Pinter anak mama, nanti dengerin kata dokternya sama jangan ngelawan Archen ya adek."

"Iya mama."

---

Archen dan Nata kini telah pulang dari dokter. Archen segera menggendong Nata menuju kamarnya dan menurunkan tubuh Nata, lalu mendudukkannya diatas ranjang dengan hati-hati.

"Achen besok sekolah?" Tanya Nata tiba-tiba.

"Iya, Nata. Ada apa?"

Terlihat bibir Nata melengkung kebawah, "terus Nata sama siapa..."

Melihat Nata yang cemberut membuat Archen tak bisa menahan gemasnya dan berakhir mencubit pelan pipi tembam Nata.

"Lo mau gua ga sekolah besok?" 

Nata mengangguk kecil.

"Ya sudah, besok gua ga sekolah."

"Beneran?" 

Archen menganggukkan kepalanya. 

"Yeyy sayang Achenn." Ucap Nata lalu memeluk tubuh Archen dengan erat.

Archen mengangkat tubuh Nata dan membawanya ke pangkuannya. Archen menepuk pelan punggung Nata, berharap sahabat kecilnya bisa tertidur.

"Elus terus ya, Achen.." Ucap Nata dengan suara yang kecil, tapi masih bisa didengar Archen.

Dan benar saja, tak lama terdengar dengkuran halus dari oknum yang memeluk tubuh Archen. Dengan perlahan, Archen merebahkan tubuh Nata diatas ranjang dengan hati-hati.

Archen mengecup pelan dahi Nata, kemudian menyelimutinya dengan hati-hati agar Nata tak terganggu.

Archen mengambil ponselnya, kemudian mencari nomor Nara dan menelponnya.

"Halo Chen."

"Halo Nar, gua besok izin ga sekolah, sama Nata juga. Dia sakit ga ada yang ngejagain."

"Oke Chen, besok gua kasih tau guru. Btw get well soon ya buat Nata."

"Thanks Nar."

"Oh ya, tadi bokap lo nelpon gua nanyain keberadaan lo."

"Tumben... Ya udah nanti gua telpon balik bokap gua."

"Yoi."

Telepon dimatikan sepihak oleh Archen, lalu ia menyimpan ponselnya dan menuju keatas ranjang untuk tidur bersama dengan Nata.

FWB || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang