Sore ini Archen dan Nata telah berada di bandara untuk mengantar ayah dan ibu. Sang kakak sendiri sudah berangkat ke Bandung dari subuh tadi.
"Mama, jangan lama-lama." Rengek Nata dipelukan ibunya.
"Iya sayang, mama usahakan kalo kerjaan mama sama papa udah selesai, kami langsung pulang." Jawab sang ibu sembari mengusap rambut Nata.
"Ma, pa, titip salam buat papi ya."
"Pasti, Nak."
Tak lama terdengar suara bahwa pesawat yang mereka tumpangi akan landing beberapa saat lagi, ayah dan ibu Nata segera berpamitan dan berlalu pergi menuju pesawat.
Archen dan Nata melambaikan tangannya kearah kedua orang tua Nata.
"Pulang sekarang?" Ucapan Archen diangguki oleh Nata.
---
Keduanya kini berada di mobil milik Archen, mereka selalu berbincang di dalam mobil, sesekali bercanda agar suasana tak begitu sepi.
"Nata, mulai hari ini dan seterusnya gua bakal nginep di rumah lo."
Perkataan Archen kini mengalihkan atensi Nata.
"Emang rumah lo kenapa?"
"Ga kenapa-napa, tapi akhir-akhir ini gua kesepian, lo kan tau papi gua susah banget dihubungin." Archen menjeda ucapannya.
"Keluarga lo juga ga ada di rumah, yaudah sekalian aja gua nginep, ntar kalo mama sama papa lo udah balik gua pulang kok." Lanjutnya.
Tentu saja Archen membuat alasan agar bisa menginap, ia tak mau memberi tahu alasan aslinya untuk menginap di rumah Nata hanya karena ia serta keluarganya khawatir akan trauma Nata kembali.
Archen tak ingin Nata merasa dikasihani, maka dari itu ia membuat alasan supaya Nata percaya padanya.
"Iya dah, rumah gue selalu terbuka dari dulu buat lo." Jawab Nata.
"Dan makanya cari pacar biar ga kesepian bloon!" Lanjut Nata sembari memukul kecil pundak Archen.
"Au deh males pacaran."
"Dih, tadi aja bilang kesepian, disuruh nyari pacar ga mau."
"Kan ada lo, jadi gua ga kesepian."
Jawaban Archen membuat Nata terdiam, Nata tahu bahwa Archen suka menggodanya sedari dulu, namun makin kesini godaannya perlahan-lahan semakin membuat Nata salah tingkah.
"Kenapa diem? Malu ya?" Archen melirik kearah Nata, lalu kembali fokus kearah jalanan.
"Mana ada ya kampret!"
Archen hanya terkekeh mendengarnya, ia pun kembali fokus menyetir.
---
Mobil Archen kini berhenti disebuah rumah mewah minimalis yang berada di perkotaan.
"Kenapa ke rumah lo?" Tanya Nata heran.
"Mau ambil baju, kan mau nginep." Jawab Archen sembari melepas seat belt yang ia kenakan.
"Lo tunggu disini." Lanjut Archen, Nata pun hanya mengiyakan ucapan Archen.
Archen turun dari mobil dan bergegas menuju ke dalam rumahnya untuk mengambil beberapa baju dan kebutuhan lainnya.
Nata menunggu di mobil sembari memainkan ponselnya.
Walau rumah Archen terlihat mewah, sebenarnya di dalamnya sangat sepi, hanya ada Archen seorang diri. Tak ada pembantu, maupun penjaga.
Rumah yang Archen tinggali ialah pemberian ayahnya sebelum sang ayah harus pergi ke luar negeri, sebenarnya rumah asli Archen bukanlah di rumah sekarang. Ayah Archen memiliki rumah di luar kota, itu adalah rumah utama sekaligus kampung halaman Archen.
Tak beberapa lama terlihat Archen keluar membawa koper dan memasukkannya ke bagasi mobil. Lalu, Archen mengunci pintu rumahnya dan berjalan kembali menuju mobil.
"Mau pindah apa mau nginep si? Banyak amat sampai bawa koper." Tanya Nata ketika Archen sudah masuk ke dalam mobil.
"Jaga-jaga aja." Setelah berkata demikian, Archen pun menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan halaman rumahnya.
"Terus motor lo gimana? Itu masih diluar loh, ntar di maling mampus!"
"Ntar gua suruh temen gua ngambil."
Nata hanya mengangguk-angguk, kini matanya mulai sedikit mengantuk.
Saat lampu merah, Archen melirik kearah Nata, dan di dapati sang empu sudah tertidur pulas. Archen menurunkan kursi mobil yang Nata tempati agar leher Nata tak merasa sakit saat tertidur.
Archen's house.
KAMU SEDANG MEMBACA
FWB || JOONGDUNK
RandomKisah kedua pertemanan antara Nata dan Archen yang begitu dekat sedari kecil, hingga orang-orang sudah terbiasa melihat dimana ada Nata, di sana ada Archen. Namun, tak diketahui salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih dari sekedar seoran...