Chap 5.

1.6K 85 2
                                    

Mobil yang Archen kendarai kini telah tiba di pekarangan rumah Nata. Setelah memarkirkan mobilnya, Archen turun dari mobil dengan Nata yang masih berada di gendongannya, bahkan Nata sudah hampir terlelap tadi.

Archen menuju pintu utama rumah Nata.

"Nata, mana kuncinya?" Ucap Archen sembari menepuk pelan punggung Nata.

"Kantong." Balas Nata singkat, karena ia sudah sangat mengantuk sekarang.

Archen merogoh kantong celana milik Nata dan menemukan kunci rumah milik Nata.

Tanpa pikir panjang, Archen membuka pintu rumah Nata, dan tak lupa untuk menguncinya kembali.

Archen segera ke lantai atas untuk menuju kamar milik Nata, Archen membuka pintu salah satu ruangan yang terdapat gantungan kunci bunga matahari di depannya.

Archen masuk ke dalam kamar milik Nata, lalu merebahkan tubuh Nata di atas ranjang. Archen dengan telaten melepaskan jaket miliknya yang masih dipakai oleh Nata, serta membuka sepatu milik Nata dengan perlahan.

Archen berdiri dan menatap wajah tenang Nata saat tertidur, Archen membenarkan poni Nata yang menghalangi matanya. Archen menyunggingkan senyumannya saat ia dapat sepenuhnya melihat wajah manis Nata walau terlelap.

Perlahan kedua manik indah itu terbuka, Archen menyaksikan Nata perlahan terbangun dan menatapnya.

Tanpa aba-aba Nata langsung mengecup bibir Archen sekilas.

"Makasi Achen." Ucap Nata dengan suaranya yang terdengar begitu kecil, namun terdengar jelas oleh Archen.

Archen setia menatap mata sayu Nata yang kini mulai perlahan terpejam. "Achen tidur disini ya..." Setelah berkata demikian, kedua manik indah Nata pun kembali terpejam sempurna.

Archen tersenyum menyaksikan bagaimana bibir Nata yang sedikit terbuka saat ia mendengkur.

Archen perlahan mendekatkan wajahnya kearah wajah Nata, Archen tanpa ragu mengecup pipi kanan milik Nata. "Sama-sama, Nata." Bisik Archen tepat di telinga kanan Nata.

Archen kemudian melepaskan sepatu miliknya, dan kini mulai naik ke ranjang milik Nata. Perlahan, Archen merebahkan tubuhnya tepat disamping Nata. Terlihat Nata yang mulai menggeliat dalam tidurnya, sontak Archen menepuk pelan punggung Nata agar kembali terlelap.

Nata yang merasakan tepukan dari tangan Archen kini mulai mencari posisi ternyamannya, yang berakhir memeluk Archen dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Archen.

Archen tak menolak pergerakan yang Nata lakukan padanya, justru Archen ikut memeluk Nata dan sesekali mengelus rambut milik Nata.

Tak lama keduanya sudah terlelap dengan posisi seperti itu.

---

Matahari telah terbit, kini terlihat jam menunjukkan pukul 6.08 pagi.

Seorang pria remaja berkulit tan masih tak beranjak dari tempat tidurnya, ia menatap seorang pria manis yang masih setia memejamkan matanya sembari memeluk tubuh milik pria tan itu tanpa melepaskannya sekalipun.

Tak lama terlihat tubuh Nata mulai menggeliat di dalam pelukan Archen.

Archen menyadari bahwa Nata akan terbangun, kemudian ia mencondongkan tubuhnya sedikit lebih rendah agar dapat sejajar dengan wajah Nata.

"Wake up, Nata." Archen berbisik tepat di telinga kiri Nata.

Perlahan Nata membuka matanya sembari mengulet sedikit.

"Chen..." Terdengar sayup-sayup Nata memanggil nama Archen.

"Jangan di kucek." Archen mencegah tangan Nata yang hendak mengucek matanya sendiri.

Archen mengelus mata milik Nata dengan lembut, elusan tersebut sukses membuat kedua manik indah milik Nata terbuka sempurna.

"Achen, jam berapa?" Tanya Nata dengan suara khas baru bangun tidur.

"Jam enam lebih dua puluh menit, Nata."

Terlihat Nata mengangguk guna merespon jawaban dari Archen.

Nata kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Archen, dan mempererat pelukannya pada tubuh Archen.

"Nata, ga mau bangun?" Tanya Archen, tangannya kini perlahan mengelus surai hitam milik Nata dengan lembut.

"Lima menit lagi, Achen..."

Archen mengangguk, lalu menepuk pelan punggung Nata agar ia bisa tertidur kembali.

---

Kini 10 menit sudah berlalu, tetapi Nata tak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

"Nata, bangun." Archen mengelus pipi berisi milik Nata dengan lembut, sesekali mencubitnya agar Nata bangun. Namun, Nata tak terusik sama sekali.

"Natachai."

Perlahan tubuh Nata mulai menggeliat dalam pelukan Archen.

Archen melonggarkan pelukannya pada Nata. Kini Nata mengerjapkan matanya.

"Nata, bangun. Udah sepuluh menit, tadi janji cuma lima menit."

Tak ada jawaban, Archen menyadari Nata menutup matanya kembali.

"Nata, bangun atau gua tinggal sekarang?" Ancam Archen.

Tetap tak ada jawaban dari Nata.

"Nata, gua tinggal sekarang kalo lo ga bangun."

Archen kini benar-benar melepas pelukannya pada Nata. Sang empu yang pelukannya terlepas kini kembali membuka matanya.

"Achen..." Nata menatap wajah Archen dengan mata sipitnya yang belum sepenuhnya terbuka.

Tiba-tiba...

"Achen... Kok pergi." Nata merengek kepada Archen yang kini sudah berdiri disamping ranjangnya.

Archen yang mendengar rengekan Nata segera menoleh kearah belakang, terlihat mata Nata kini mulai mengeluarkan cairan bening.

"Loh kenapa nangis, Nata?" Archen segera naik kembali ke atas ranjang untuk memeriksa kondisi Nata.

"Achen marah?"

"Gua ga marah."

"Tadi pelukannya kok dilepas?"

"Gua mau mandi, lo tadi ga bisa gua bangunin."

Nata terdiam sejenak sebelum ia mengeluarkan ucapannya.

"Gue kan masih mau dipeluk..." Ucap Nata pelan, kini kepalanya menunduk, seolah enggan menatap Archen.

Archen mengulum senyumnya, tanpa ragu ia dekatkan tubuhnya ke tubuh Nata, tangan kanannya merangkul pinggang ramping Nata. Dan tangan kirinya menuntun agar kepala Nata bersandar di dadanya.

"Nyaman gini?" Nata mengangguk, kedua tangannya membalas pelukan Archen begitu erat.

Archen sudah terbiasa jika Nata selalu manja ketika ia menginap di rumahnya, hampir setiap saat Archen menginap Nata selalu manja kepadanya. Archen tak pernah protes, justru ia suka jika Nata manja kepadanya.

FWB || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang