Mereka kini sudah memasuki mobil, masih ada kecanggungan menyelimuti kedua sahabat tersebut. Bahkan Nata sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, membuat Archen sendiri tak tahan dengan situasi sekarang.
"Kenapa ga bilang?" Celetuk Archen tiba-tiba.
Yang lebih muda sontak menoleh kearah Archen, bertanya-tanya akan apa yang dimaksud dari pertanyaan Archen.
"Bilang apanya?"
"Lo suka Careen, kan?" Nata sontak melotot, ia seketika teringat bahwa Nara juga mencurigainya bahwa ia menyukai Careen, padahal itu tidak benar.
"Mana ada! Nara pasti yang ngasi tau lo ya? Gausah di dengerin mulutnya lemes suka nyebar hoax." Nata mengerucutkan bibirnya, ia merasa kesal kenapa malah ia yang dituduh menyukai Careen.
"Jujur aja sama gua gapapa. Lo tadi kabur karena Careen ngomong sama gua?"
"Ngga Achen! Gue ga suka dia, kenapa sih batu banget? Gue tuh sukanya sama-" Nata hampir saja tidak dapat menahan ucapannya, ia sontak menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hm? Suka siapa?"
"Suka Momow! Momow kan lucu."
Archen tampak menyunggingkan senyumnya, tak tahu mengapa kegelisahan yang sedari tadi yang ada pada Archen kini mulai hilang ketika mengetahui bahwa Nata tak benar-benar menyukai Careen. Tak tahu mengapa itu membuat perasaan Archen menjadi lebih lega.
Tanpa dirinya sadari, Archen meraih tangan Nata untuk ia genggam, ia kecup sekilas tangan Nata, sang empu yang tangannya dikecup sedikit tertegun dengan tindakan Archen. Tak berselang lama, yang lebih tua kembali berpaling kearah depan untuk fokus menyetir tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Nata.
Nata hanya terdiam atas semua tindakan yang Archen lakukan. Di satu sisi ia merasa senang, ia sangat suka Archen memanjakannya seperti yang dirinya lakukan tadi, namun di sisi lainnya ia merasakan perasaan yang lain dari dalam hatinya. Degup jantungnya dapat ia rasakan berdetak lebih kencang dari biasanya.
Keduanya memilih diam satu sama lain selama perjalanan berlangsung. Archen fokus menyetir, ia juga sesekali mengelus lembut tangan Nata yang masih ia genggam. Selagi Nata tak protes, Archen akan terus melakukannya sesukanya.
---
Archen terkekeh pelan menyadari tak ada gerak-gerik dari Nata sedari tadi. Baru saja Archen memarkirkan mobilnya di toserba, ia menyadari sahabat kecilnya sudah tertidur disampingnya.
"Nata, bangun sayang." Archen mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Nata, lalu meniup-niup kedua kelopak mata Nata, membuat sang empu sedikit terganggu.
Nata kini perlahan membuka kedua matanya, yang ia dapati ialah wajah Archen yang begitu dekat menatapnya.
"Achen..." Kedua tangan Nata meraba-raba rahang Archen. Mengundang kekehan ringan dari oknum yang lebih tua.
"Jadi beli makan buat Mochi?"
"Momow, Achennn!" Nata tak sengaja sedikit menampar pipi Archen saat ia hendak mengkoreksi ucapan Archen.
Archen kemudian berpura-pura meringis kesakitan. Membuat Nata sontak meminta maaf dan merasa bersalah.
"Achen maaf, sakit banget ya? Gue ga sengaja."
"Sakit."
"Aaaa maaf Achennn, gue ga sengaja."
Archen berusaha tak tertawa melihat raut wajah Nata yang terlihat begitu panik.
Nata mengelus-elus lembut pipi Archen yang sempat ia tampar, ia terus menggumamkan kata maaf kepada Archen.
"Obatin dong."
"Kalo gitu, ayo beli dulu di toserba."
"Bukan obat itu." Archen mencegah pergerakan Nata. Membuat sang empu menatapnya bingung.
Archen menyentuh bibir milik Nata, "ini obatnya."
Nata mengerjapkan matanya, otaknya masih memproses tindakan Archen barusan.
"Achen, jangan bercanda!" Pekik Nata kepada Archen.
"Lo ga mau ngobatin setelah ngelukain gua?"
"Bukan... Bukan gitu, tapi masa cium sih obatnya?" Cicit Nata.
"Ya emang itu obatnya, kalo ga mau yau-" Belum sempat Archen menyelesaikan kalimatnya, sebuah benda kenyal menempel di bibir miliknya.
Nata mencium bibirnya.
Archen lalu menahan tengkuk Nata, ia perdalam ciuman keduanya.
Archen merasakan posisi mereka cukup tak mengenakkan, ia pun kemudian mengangkat tubuh Nata dengan mudah. Lalu, membawanya kearah kursi kemudi, Archen memangku tubuh Nata dengan tautan ciuman mereka yang masih belum terlepas.
"Enghh.." Nata melenguh ketika pinggangnya direngkuh oleh Archen, kedua tangan dengan jemari lentik milik Nata sudah berada di atas pundak Archen sembari meremas kerah baju milik oknum yang lebih tua.
Lidah mereka bertemu satu sama lain, saling bertukar Saliva satu sama lain. Kaki Nata bergerak-gerak di atas pangkuan Archen, membuat Archen sontak meremas paha Nata agar sang empu tak bergerak-gerak lagi.
"Ahhh..." Tautan keduanya dilepas paksa oleh Nata, Archen paham bahwa Nata butuh pasokan udara. Ia biarkan sahabat kecilnya menghirup oksigen dengan sedikit terengah-engah.
Archen mengelus pipi Nata yang kini sudah mengeluarkan semburat merah muda, membuat Archen sendiri tak tahan dan ingin mengelusnya terus-menerus.
"Udah sembuh?" Pertanyaan Nata membuat Archen tak dapat menahan tawanya sekarang.
"Seratus persen udah sembuh, sayang."
"Jangan dicubit! Sakit!" Nata protes ketika Archen tiba-tiba mencubit pipinya.
"Mirip Mochi pipinya, sorry gua ga tahan."
"Jadi maksud lo, gue gendut mirip Mochi?" Nata memberikan tatapan sinis kearah Archen, namun jatuhnya malah menggemaskan bagi Archen.
"Lo udah kurus gini masa gua bilang gendut?"
"Udah ah, kapan beli makan buat Momow?!"
Archen terkekeh kecil sebelum menjawab pertanyaan Nata, "iya ayo sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
FWB || JOONGDUNK
RandomKisah kedua pertemanan antara Nata dan Archen yang begitu dekat sedari kecil, hingga orang-orang sudah terbiasa melihat dimana ada Nata, di sana ada Archen. Namun, tak diketahui salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih dari sekedar seoran...