Chap 19.

1.3K 62 4
                                    

Nata kini telah menyelesaikan acara mandinya. Ia menuruni tangga rumahnya untuk turun ke bawah.

Terlihat cuaca diluar sedang gerimis, langit juga berubah menjadi abu-abu.

"Achen kemana sih." Batin Nata

Nata mengitari ruang tamu hingga dapur untuk mencari Archen. Namun nihil, Archen tak ada di bawah.

Nata memanggil-manggil namanya pun tak ada sahutan.

Pria remaja itu memutuskan untuk keluar rumah sekedar mengecek apakah kendaraan Archen masih terparkir di halaman rumahnya.

Nata melihat mobil dan motor milik Archen masih berada di halaman rumahnya. Dan terdengar suara hujan deras mulai mengguyur jalanan.

Nata menghela nafasnya, ia hendak memutuskan untuk masuk ke dalam rumah lagi. Namun, langkahnya terhenti kala mendengar suara kucing.

Ia segera menoleh kearah halaman depan rumahnya, matanya menangkap seekor kucing kecil yang kehujanan.

Nata merasa iba, ia ingin membawa kucing kecil itu masuk ke dalam rumah, tetapi hujan semakin deras.

Tak mau berlama-lama, ia nekat menerobos hujan untuk membawa kucing kecil itu masuk ke dalam rumah.

Karena Nata berlari, ia sedikit tersandung oleh kakinya sendiri, yang membuat dirinya terjatuh. Namun ia tak peduli, ia tetap berjalan dan membawa kucing kecil itu masuk ke dalam rumahnya.

"Apa yang lo lakuin?" Baru saja masuk ke dalam rumah, Nata dikagetkan oleh suara yang sangat ia kenal.

"Lo ngagetin gue, Chen!"

Archen tak menggubris perkataan Nata. Ia menatap dari atas sampai bawah tubuh sahabatnya yang basah karena air hujan.

"Nakal banget lo hujan-hujanan."

"Ngga! Gue nolongin kucing ini, dia kehujanan." Nata menunjukkan anak kucing yang ia bawa kepada Archen.

"Kenapa ga panggil gua?"

"Udah gue panggil-panggil dari tadi, lo kemana sih." Jawab Nata ketus.

"Maaf, tadi gua mandi." Archen merapikan poni Nata yang menghalangi matanya.

"Yaudah, ambilin gue lap dong."

Archen mengangguk, ia segera pergi untuk mengambil lap sesuai permintaan Nata.

---

Archen datang sembari membawa satu lap persegi kecil, satu handuk besar, dan satu set pakaian ganti.

Ia melihat sahabat kecilnya duduk di lantai dan bermain bersama anak kucing yang ia bawa tadi.

"Nih." Archen menyodorkan lap kecil yang ia bawa kepada Nata.

Nata mengambil lap yang diberikan oleh Archen, lalu menggendong anak kucing kecil itu. Archen melihat Nata mengelap tubuh kucing kecil itu dengan perlahan.

"Kenapa ga keringin pakai hair dryer aja kucingnya?" Tanya Archen.

"Kasian kucingnya masih kecil, nanti masuk angin." Ucap Nata yang masih fokus mengelap beberapa bagian tubuh kucing kecil yang ia gendong.

Archen berjalan kearah belakang Nata, ia sedikit berjongkok. Kemudian, Archen menaruh handuk besar yang ia bawa keatas kepala Nata, lalu mengusapnya secara perlahan.

Nata merasakan sentuhan pada bagian kepalanya, ia sedikit melirik kearah belakang. Didapati sahabatnya kini tengah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"Lo juga harus dikeringin, biar ga sakit."

"Lo pikir gue kucing?" Sarkas Nata kepada Archen.

Archen menghentikan usapannya pada kepala Nata, tubuhnya sedikit condong lebih depan, kini wajah Archen tepat berada disamping telinga kanan milik Nata.

"Iya, kucing nakalnya gua." Bisik Archen, tubuh Nata seketika merinding mendengar ucapan Archen yang tepat berada disamping telinganya.

Lalu Archen melanjutkan menggosok rambut Nata yang masih basah.

Nata merasakan bulu kucing yang ia gendong sudah tak terlalu basah, ia pun menurunkan anak kucing tersebut dan membiarkannya menjelajahi rumahnya.

"Rambut lo masih basah, nanti lo hair dryer aja biar cepet kering." Ucap Archen yang diangguki oleh Nata.

"Nih, ganti bajunya." Lanjut Archen sembari menyodorkan pakaian ganti yang ia bawa untuk Nata.

"Males, bentar lagi baju gue kering kok." Tolak Nata, ia hendak bangun dari duduknya untuk mencari anak kucingnya yang sudah berjalan menjauh.

Namun, sebuah lengan besar menahan pergerakan Nata.

"Nurut, Nata. Gua ga mau lo sakit." Nata kini kembali terduduk karena lengannya yang ditarik oleh Archen.

"Ish, gue bilang males!" Nata menghentakkan tangannya agar dapat terlepas dari cengkraman Archen. Tetapi, kekuatan Archen lebih besar darinya.

"Mau ganti sendiri atau gua gantiin?" Mendengar ucapan Archen, Nata semakin memberontak.

"Nanti aja gue ganti, lepasin dulu tangan gue."

"Sekarang." Jawab Archen mutlak.

Nata terdiam sejenak, ia sejujurnya sangat malas untuk mengganti pakaiannya lagi, tapi ia juga tak mau Archen marah.

"Iya, iya, gue ganti... Jangan marah dong." Cicit Nata, ia pun mengambil baju yang sempat Archen sodorkan kepadanya.

"Good." Archen pun akhirnya melepas cengkramannya pada lengan Nata.

Nata hendak berdiri untuk pergi ke kamarnya karena ingin mengganti baju, namun kakinya yang sempat terjatuh tadi kini luka, dan itu membuat kaki Nata sedikit nyeri.

"Ah!" Nata meringis ketika kakinya kembali nyeri karena luka.

Archen melirik kearah Nata yang memegangi kakinya, terlihat kaki Nata terluka.

Archen dengan sigap menggendong tubuh Nata ala koala hug, dan membawanya ke sofa yang berada di ruang tamu.

"Lo kenapa bisa luka sih?" Gerutu Archen kepada Nata.

"Maaf..." Cicit Nata dengan suaranya yang kini memelan.

Archen mendudukkan tubuh Nata di atas sofa, kemudian ia berlari mengambil kotak P3K yang berada di laci dekat ruang keluarga.

Tak lama kemudian, Archen datang membawa kotak P3K yang telah ia bawa.

Archen duduk dibawah lantai, ia mengamati luka pada kaki Nata. Ia mengambil kapas dan obat merah, lalu mulai mengobati kaki Nata.

"Sakit... Hiks pelan-pelan." Nata menahan isakannya ketika Archen mulai menekan lukanya.

"Tahan, Nata. Dikit lagi selesai." Archen meniup pelan luka Nata. Kemudian ia menempel plester pada luka Nata.

Archen melihat wajah Nata yang memerah dan sembab karena menangis.

Ia pun berdiri, lalu memeluk Nata. Archen mengecup pucuk kepala Nata dengan lembut.

"Makanya jangan nakal, dasar cengeng." Ucap Archen diakhiri kekehan di akhir kalimatnya.

"Gue gak cengeng!" Pekik Nata, tapi lengannya justru mengeratkan pelukannya pada tubuh Archen.

.
.
.
.

Malming gini emang enaknya baca Wattpad :D

FWB || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang