Chap 14. Kinda 17+

1.9K 79 0
                                    

Archen sudah selesai dengan acara cuci piringnya, namun kini bajunya basah karena terkena air dan busa.

Archen segera menuju ke kamar tamu yang akan ia tempati untuk mengganti bajunya yang basah.

Setibanya di kamar, Archen segera membuka bajunya, kemudian ia membuka kopernya untuk mencari baju yang akan ia kenakan, karena Archen belum memindahkan baju-baju yang berada di kopernya ke dalam lemari.

Baru saja mengambil salah satu baju, Archen sedikit dikejutkan oleh suara petir yang begitu keras, dan bersamaan dengan itu terdengar suara teriakan Nata dari arah kamarnya.

Tanpa menunggu lama, Archen keluar kamar dan berlari menuju kamar Nata.

Archen membuka kamar Nata, tepat pada saat itu semua lampu tiba-tiba mati.

"Mama! Achen!" Teriakan Nata semakin histeris memanggil namanya, Archen segera menghampiri Nata dan naik ke atas ranjangnya.

"Nata, ini gua, tenang ya."

Tangan Nata terlihat meraba sesuatu, "Achen mana..." Archen sontak memegang kedua tangan Nata.

Nata menyadari seseorang memegang tangannya, walaupun dalam gelap, Nata tahu bahwa itu adalah Archen. Nata segera menerjang tubuh Archen membuat Archen sendiri hampir oleng ke belakang.

"Takut... Ga suka petir." Nata mengalungkan tangannya di leher Archen, memeluk erat pria remaja yang berada di hadapannya. Sedangkan tangan Archen melingkar indah di pinggang ramping Nata, keduanya terlihat begitu intim.

"Tenang, Nata." Archen mengecup kening Nata, mencoba menenangkan sahabatnya yang kini masih terisak.

"Emh..." Archen tak sengaja meremas pinggang Nata hingga membuat Nata tak sadar mengeluarkan sedikit desahan tadi.

"Achen... Jangan di remas." Ucapan Nata menyadarkan Archen.

"Maaf." Kini tangan Archen mengelus pinggang Nata dengan lembut.

Suara petir masih terdengar jelas oleh mereka berdua, Nata tanpa ragu naik ke atas pangkuan Archen dan kembali mengalunkan tangannya di leher Archen.

"Achen ga pakai baju?" Nata menyadari saat dada keduanya bertabrakan bahwa Archen tak mengenakan pakaian atas.

"Ga, tadi buru-buru, gua panik lo teriak."

"Dingin ga?" Tanya Nata memastikan

"Sedikit."

"Tapi kalo lo peluk kayanya ga bakalan dingin." Lanjutnya.

Lantas saja Nata memeluk erat tubuh Archen, pelukan Nata diterima dengan senang hati oleh Archen.

Kini posisi keduanya sangat dekat, hingga deru nafas Archen dapat terdengar jelas di telinga Nata.

Nata sedikit bergerak-gerak di atas pangkuan Archen, membuat sesuatu milik Archen sedikit bergesekan.

Ketika Nata semakin bergerak, tangan Archen yang berada di pinggang Nata sontak mencengkeramnya guna memberhentikan gerakan tubuh Nata.

"Ahh..." Satu desahan Nata lolos karena pinggangnya yang tiba-tiba saja dicengkeram kuat oleh Archen.

"Nata, please jangan berulah." Sungguh, bohong jika Archen tak bisa menahan hawa nafsunya sekarang.

"Kenapa, Achen?" Nata mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Archen.

Archen menundukkan kepalanya, ikut menatap wajah manis Nata.

"Gua mohon jangan gerak-gerak ya?"

"Kenapa..." Nadanya kini seperti seseorang yang sedang merengek.

"Ga kenapa-napa, tapi-"

Belum selesai Archen melanjutkan perkataannya, suara petir terdengar begitu keras membuat Nata terlonjak kaget, sehingga membuat tubuh Nata kembali menekan milik Archen yang memang sudah terasa sesak sedari tadi.

Archen sontak meremas pinggang Nata kembali, menahan agar tubuh Nata tak bergerak-gerak lagi, sungguh Archen rasanya sesak sekali.

"Ahhh Chen." Archen kembali meremas kuat pinggang Nata dan tak melepaskannya.

"Sakit... Jangan di remas, Achen." Pinta Nata kepada Archen.

Kini Archen sedikit merendahkan kepalanya, salah satu tangannya memegang tengkuk Nata.

"Chen kena-"

Ucapan Nata terpotong ketika sebuah benda kenyal mendarat di bibirnya. Archen mencium bibir Nata, Archen menyesap bibir merah muda milik Nata.

Nata kini terkejut dengan tindakan Archen, ia kira Archen hanya mengecup bibirnya biasa, namun kini bibirnya sampai dihisap.

Archen menggigit bibir bawah milik Nata, membuat sang empu meringis dan sedikit membuka celah bibirnya. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Archen menerobos masuk ke dalam bibir Nata.

Archen melumat kasar bibir Nata, membuat sang empu sendiri kewalahan dengan permainan kasar Archen. Bibir Nata sangat memabukkan bagi Archen.

Archen bahkan menjilati lidah dan sekitaran bibirnya. Archen menarik pinggang Nata agar semakin dekat dengannya, membuat ciumannya semakin diperdalam oleh Archen.

"Engh..." Nata menepuk-nepuk pundak Archen, Nata sangat kewalahan dengan Archen yang bermain kasar hingga nafasnya tercekat.

Archen menyadari tindakannya, ia melepas ciumannya pada bibir Nata yang kini terasa lebih tebal dari sebelumnya karena Archen dapat merasakannya.

"Chen... Hah..." Nata menghirup udara dengan rakus, nafasnya tersengal-sengal karena permainan kasar Archen.

Berkat kilat petir dari dekat Archen dapat melihat wajah Nata yang kini samar-samar terlihat memerah.

Archen tersenyum merasakan bibir kenyal Nata yang berhasil ia cium, rasanya Archen ingin lagi.

Nata yang menyadari Archen hanya terdiam menatapnya merasa sedikit takut, ia takut Archen marah sebab ia sendiri ikut menerima ciuman yang Archen berikan.

Archen memegang tengkuk leher Nata, Archen kembali mendekatkan wajahnya kearah leher Nata.

Archen mulai mencium leher Nata, bibirnya menelisik area leher Nata tanpa terkecuali.

Kini salah satu tangan Archen membuka kancing piyama milik Nata. Archen kini begitu fokus menciumi leher jenjang Nata dari atas hingga bawah.

Nata kini benar-benar terbuai dengan apa yang Archen lakukan padanya, tangannya meremas rambut belakang Archen berusaha menahan desahannya agar tak keluar.

Ciuman Archen kini menurun, hingga sampai tepat di dada Nata.

Namun, tiba-tiba saja lampu yang awalnya padam menyala. Membuat aktivitas Archen terjeda.

"Achen..." Cicit Nata memanggil nama Archen. Belum sempat Archen menjawab, tiba-tiba saja kepala Archen didorong oleh Nata.

"Lanjuthh... Lanjutin." Ucap Nata susah payah agar tak mengeluarkan desahannya.

Archen tersenyum puas, ia kembali menciumi leher Nata dan menyesapnya. Terlihat bekas merah keunguan tercetak jelas di leher putih Nata.

"Ahh..." Desahan yang sedari tadi Nata tahan akhirnya lolos juga, membuat Archen terkekeh mendengarnya.

"Ga usah ditahan." Baru saja Archen hendak mencium bibir Nata kembali, tiba-tiba...

"Maaf..."

FWB || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang