Pagi ini matahari terbit begitu cerah, terdengar pula sayup-sayup burung bernyanyi ria di pepohonan.
Hari Senin adalah hari yang menyibukkan untuk sebagian besar orang, dimana orang-orang akan berangkat pagi untuk bekerja dan juga bersekolah.
Seorang pria remaja berkulit tan kini tengah menggeliat dalam tidurnya.
Kedua manik mata tersebut perlahan mulai terbuka, menampakkan mata elang milik pria remaja tersebut.
"Nata..." Suara paraunya memanggil-manggil nama sahabat kecilnya.
Ia menyadari tak ada sahutan dari oknum yang ia panggil.
Archen kemudian mendudukkan dirinya, sembari mengumpulkan nyawa karena baru saja bangun.
Ia melirik kearah ranjangnya, Nata tak berada disampingnya. Ia sangat ingat kemarin malam mereka tidur bersama, tetapi saat bangun hanya tinggal dirinya seorang.
Archen memutuskan untuk pergi menuju keluar kamar untuk mencari Nata. Dirinya juga belum sempat mengenakkan pakaian atasnya, alias tubuhnya dalam kondisi topless.
Archen segera keluar kamar, dan turun menuju dapur, hingga satu suara mengalihkan atensinya.
"Momow mam dulu!"
Terdengar teriakan nyaring berasal dari ruang makan, Archen mengenali bahwa itu suara milik Nata.
Pria remaja itu segera berlari menuruni tangga hingga tiba di ruang makan.
Ia mendapati sahabat kecilnya kini sedang berjongkok sembari mengelus anak kucing yang telah ia selamatkan kemarin. Nata ternyata sudah berpakaian seragam lengkap.
Tumben rajin sekali.
"Nata, kenapa ga bangunin gua?" Kalimat Archen membuat Nata yang awalnya fokus menunduk kini mengangkat kepalanya.
"Maunya gue bangunin jam tujuh nanti, ini masih jam setengah tujuh."
Archen tak menghiraukan ucapan Nata, dirinya ikut berjongkok menyamakan tingginya dengan Nata.
"Lo apain?"
"Apanya?"
"Kucingnya, lo apain kucingnya?" Tanya Archen sekali lagi.
"Ga gue apa-apain, tapi Chen kucingnya ga mau makan!" Terlihat oknum Nata mencebikkan bibirnya karena kesal, membuat yang lebih tua terkekeh gemas melihatnya.
"Lo kasih makan apa emang?"
"Ini nasi."
"Astaga lo ngasih banyak banget, Nata! Kucing sekecil ini mana muat makan nasi sebanyak itu?" Archen heran dengan kelakuan yang lebih muda.
"Gue kan ga punya makanan kucing..." Nata melengkungkan bibirnya kebawah, menatap sendu kucing yang setia masih ia elus.
"Kucingnya ga mati kan Achen?" Nata melanjutkan perkataannya sembari menatap kearah Archen dengan mata yang mulai memerah dan mengeluarkan cairan bening yang masih ditahan pada pelupuk matanya.
"Hei jangan nangis, ga akan mati kok kucingnya. Nanti pulang sekolah kita beli makanan kucingnya ya?" Archen segera meraih tubuh yang lebih muda untuk ia peluk.
Archen tahu bahwa Nata orangnya sangat sensitif terhadap binatang. Ia sangat ingat dulu waktu Nata kelas 6 SD pernah tak sengaja menduduki anak burung dan membuatnya sampai meninggal. Nata bahkan menangis hingga 3 hari karena merasa bersalah telah membunuh anak burung tak bersalah itu.
Nata terisak di sela-sela pelukannya pada Archen. "Kasiannn... Kucing hiks.. kucingnya.." Nata terus berceloteh walau ucapannya tersedat karena menangis.
"Gapapa, Nata sayang. Kucingnya gapapa kok, lo nyelamatin dia dari hujan kemarin udah keren banget." Archen terus mengucapkan kata penenang agar Nata tak terus menangis. Sesekali ia mengecup kening Nata untuk membuatnya lebih rileks.
Tak lama kemudian isakan Nata perlahan-lahan sudah mulai tak terdengar, Archen menjadi sedikit lebih lega. Ia melonggarkan pelukannya, lalu mengusap pipi Nata yang masih terdapat bekas air mata.
"Nanti kita beli makan untuk Momow kan?" Tanya Nata kepada Archen.
Archen menatap Nata, alisnya ia naikkan satu seperti ingin bertanya sesuatu, "who's momow?"
"Kucingnya! Lucu kan namanya? Nama aslinya tuh Mochi, tapi aku kasih panggilan momow." Nata menjelaskan dengan penuh semangat kepada Archen.
"Iya, nanti beli makan untuk momow." Jawab Archen dengan diiringi kekehan gemas di akhir kalimatnya.
Nata tersenyum senang dan menampakkan gigi kelincinya kepada Archen, hal itu mengundang tawa gemas dari oknum yang lebih tua.
"Achen."
"Kenapa?"
"Nanti boleh beli makan di sekolah aja ga? Stock makanan di kulkas abis, jadi gue ga bisa bikin sarapan."
"Ga masalah, nanti makan di sekolah. Terus pulangnya belanja buat stock makanan sekalian beli makan buat Mochi." Ucap Archen, lalu mengelus surai hitam milik Nata dengan lembut.
"Momow!"
"Iya, momow." Archen terkekeh gemas dengan tingkah Nata, terlihat kedua matanya memicing lucu saat mengkoreksi ucapan Archen.
"Yaudah gua mau mandi dulu, udah jam tujuh." Archen kemudian berdiri, lalu hendak menuju ke anak tangga.
"Achen ikut! Mau ambil tas sekalian."
Archen otomatis menghentikan langkahnya, menunggu Nata yang sedang berlari kecil untuk menghampirinya.
"Jangan bikin gua diabetes deh pagi-pagi." Ucap Archen, kini keduanya berjalan bersama menaiki anak tangga dengan lengan Archen melingkar indah di pinggang ramping milik Nata.
"Gue diem??"
"Bocil ga akan ngerti."
"Dasar tua nyebelin!" Pekik Nata, yang dibalas kekehan ringan oleh Archen.
.
.
.
.
.hohohoo.. sorry ngilang genk, abis diterjang moment joongdunk dari kemarin, jadi hati ini tidak kuat :)
KAMU SEDANG MEMBACA
FWB || JOONGDUNK
RandomKisah kedua pertemanan antara Nata dan Archen yang begitu dekat sedari kecil, hingga orang-orang sudah terbiasa melihat dimana ada Nata, di sana ada Archen. Namun, tak diketahui salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih dari sekedar seoran...