11 ° Riverville (2)

142 25 0
                                    

"Hey, jangan lupa untuk mengirim sinyal bantuan jika situasi memburuk!" Seru Hagio saat mobil tim Hartwin mulai bergerak pergi.

Tak ada satupun dari mereka berempat yang menanggapi hal itu. Membuat Hagio jadi cukup malu. Belum lagi ketiga temannya menertawakan dirinya yang baru saja diabaikan.

Mobil bergerak keluar dari area pos keamanan, menuju ke arah barat. Kira mengemudi dengan kecepatan normal sampai kemudian ia menaikkan sedikit kecepatan mobilnya. Mereka harus segera sampai sebelum malam tiba. Semua perbekalan dan juga persenjataan sudah tersusun rapi. Semua sudah di cek agar tidak ada yang tertinggal.

Butuh waktu selama 2 jam perjalanan untuk sampai di basecamp daerah Rivervilles. Mereka harus berkendara lagi untuk memasuki daerah yang penuh dengan pemandangan hijau.

Seharusnya.

Karena saat tim Hartwin sampai, bukan pemandangan hijau yang mereka dapati. Melainkan perkebunan dan pertanian yang hangus terbakar. Suasana Rivervilles yang semestinya hangat dan sejuk, berubah menjadi mengerikan dan terasa gersang. Karena bantuan yang datang terlambat, beberapa mayat manusia masih bergelimpangan disana-sini. Membuat pemandangannya jadi semakin mengerikan.

Kira terus berkendara sampai akhirnya berhenti di depan menara pengawas yang sengaja di bangun disana. Keadaan menara pengawas itu juga tidak begitu baik. Ada beberapa bagian yang terkena api hingga menghitam. Tapi, melihat cahaya dibagian puncak menara masih terlihat, sepertinya masih bisa berfungsi.

"Wow, pemandangan hijau diganti dengan gersang." Komentar Nicole setelah mereka turun dari mobil. "Ugh, baunya mengerikan." Lanjutnya sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah.

Memang tercium bau-bau dari tumbuhan yang terbakar. Bercampur juga dengan bau mayat dan bau seperti aroma daging busuk yang terpanggang. Benar-benar menganggu pernafasan. Kira dan teman-temannya menutup hidung mereka.

"Apa kita akan bertarung dengan keadaan begini?" Keluh Grace. Ia orang yang lumayan sensitif dengan kebersihan. Tentu melihat keadaan Rivervilles yang porak-poranda seperti ini membuat Grace tidak nyaman.

"Mau bagaimana lagi?" Sahut Kira. Ia mencoba untuk terbiasa dengan keadaan dan pemandangan sekitar. "Ini adalah tugas kita."

"Benar." Wynee menanggapi sambil mempersiapkan pistolnya. "Karena ada kemungkinan ini adalah vampir kategori kuning, maka sepertinya mereka tidak akan keluar begitu saja."

"Bagaimana kita akan mengatasi ini?" Tanya Nicole. "Apakah kita ada rencana?"

"Selain dari menelusuri daerah ini, tidak ada." Sahut Grace.

"Mereka akan muncul, jika mereka mau. Kita tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan mereka." Sahut Kira. Nicole menghela nafas.

"Ya, aku juga tidak suka sih harus langsung bertemu dengan vampir." Ucapnya sambil menaikkan bahunya.

"Kita harus cek menara pengawas dulu. Sepertinya ada CCTV yang diletakkan disana. Mungkin akan ada petunjuk mengenai vampir-vampir yang menerobos masuk itu." Saran Wynee. Mereka semua langsung setuju.

Setelah mengunci mobilnya dengan aman, mereka berempat segera menuju menara pengawas sambil membawa senjata masing-masing. Bangunan dengan tinggi kurang lebih 50 meter itu tampak masih kokoh meskipun beberapa bagiannya sudah terbakar. Kira dengan mudah menendang pintu masuk yang setengah terbakar. Debu dan abu langsung menyeruak keluar dari bekas tendangan itu. Keempat anggota militer itu mundur serentak dan mengibaskan udara didepan mereka.

Setelah lebih aman, dengan Kira yang memimpin di depan, mereka berjalan masuk. Tak ada pencahayaan disekitar lantai bawah. Aroma kayu dan besi yanh terbakar menyebar diseluruh ruangan. Tanpa banyak bicara, mereka segera menaiki tangga dan mencapai lantai kedua.

Crescent Moon [ Ddeungromi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang