35 ° Unexpected Team

107 19 2
                                    

"Hah...."

Jerzy menarik nafas panjang. Sudah hari kelima semenjak Helio masuk ke dalam penjara hitam. Sudah tiga hari ini pula Helio masih bungkam. Jerzy jadi semakin kesal karena sepertinya Helio memilih jalan sulit untuk dirinya dan Jerzy sendiri. Apalagi keadaan Helio yang selalu baik-baik saja bahkan setelah di hajar habis-habisan. Belum lagi tentang teman-teman setimnya yang kini menghindari Jerzy. Mereka sepertinya serius dengan keputusan bahwa tidak akan menempuh jalan buruk hanya demi pangkat.

Semuanya tampak berantakan. Meskipun Argus Zenon tidak mendesaknya, Jerzy tetap merasa bahwa waktunya sudah tidak banyak. Jika dia tidak mendapatkan informasi yang dia butuhkan, kemungkinan Jerzy naik pangkat akan semakin jauh. Argus Zenon juga belum menurunkan perintah untuk menghabisi Helio. Padahal sepertinya lebih bagus begitu saja daripada merepotkan diri menyiksa vampir yang bahkan tidak berdaya.

"Kenapa kau gigih sekali?" Tanya Jerzy pada Helio yang kini terkapar diatas lantai ubin. Tubuhnya penuh luka, lebih parah daripada sebelumnya.

"Apa lagi yang harus kulakukan?" Gumam Jerzy. Ia menendang tubuh Helio yang tidak berdaya. "Cara apa kira-kira yang bisa membuatmu buka mulut?"

Jerzy mengusap dagunya, mencoba untuk mencari cara lain yang lebih efektif. Sayang sekali belum ada ide sama sekali dalam kepalanya yang biasanya pintar. Jerzy akhirnya memutuskan untuk mengembalikan Helio ke selnya lagi. Jerzy kemudian melangkah dengan cepat keluar dari penjara itu. Sejujurnya, aura dari penjara itu benar-benar membuatnya tidak nyaman untuk ada berlama-lama disana.

Ia harus segera mencari cara lain untuk membuka mulut Helio. Jika cara begini tidak bisa membuat Helio bicara, pasti ada cara lain yang berhasil. Hanya Jerzy belum menemukan caranya.

"Hey, senior!"

Jerzy menoleh saat mendengar suara yang familiar. Benar saja, ada seseorang yang melambai padanya sambil berlari mendekat. Jerzy tersenyum kaku, itu adalah Cauliz.

"Darimana, Senior?" Tanya Cauliz. Dari dulu anak ini selalu memanggilnya seperti itu. Padahal pangkatnya kini ada diatas Jerzy.

"Baru saja menemui Tuan Argus, ada urusan." Sahut Jerzy berusaha ramah.

"Oh? Apakah akhirnya Senior naik jabatan?" Tanya Cauliz. "Jadi akhirnya kita bisa satu level!"

"Tidak, bukan seperti itu, Cauliz." Ucap Jerzy. Dia mulai muak.

"Bukan? Sayang sekali. Cepatlah naik pangkat, Senior. Padahal Senior lebih dahulu pergi berperang, tapi aku yang lebih cepat naik pangkat. Memang keberuntungan selalu memihak pada orang yang baik. Iya kan, Senior?"

Meskipun Cauliz tampak bercanda, Jerzy tahu bahwa itu adalah sindiran pada dirinya. Cauliz dan timnya adalah junior dari tim Westfall. Mereka sudah berhasil menaklukan wilayah vampir dengan pemimpin di kategori merah. Semua pencapaian mereka itu berhasil membawa Cauliz pada kenaikan pangkat.

Lalu? Jerzy bahkan sudah menghadapi puluhan vampir kategori merah beberapa kali. Ikut dalam perang besar dan menjadi pasukan garda depan. Tapi, atasan sama sekali tidak memberikan kenaikan jabatan padanya. Walaupun sekarang dia ada dipangkat senior, Jerzy belum merasa puas. Dengan pencapaian yang sudah ia torehkan, setidaknya harusnya sudah jadi tim pasukan elit.

Untuk itulah, Jerzy yang selama ini merasa santai mulai terpancing untuk mengejar ambisinya masuk ke pasukan elit. Dia juga sudah muak menanggapi candaan Cauliz yang selalu menyindir dia dan timnya. Selalu merasa lebih kuat. Jerzy berani bertaruh kalau Cauliz sendirian tidak akan mampu melawan vampir bahkan di kategori kuning. Dia kuat karena timnya yang kuat. Tapi lagaknya sudah sangat meninggi.

"Aku pergi dulu, Cauliz. Ada banyak hal yang harus dilakukan."

Tanpa mendengar jawaban Cauliz, Jerzy langsung pergi dari sana. Langkahnya lebar-lebar agar cepat menjauh. Pikirannya jadi buyar karena pertemuan tidak mengenakan tadi. Padahal Jerzy harus segera mencari cara untuk cepat membuka mulut Helio.

Crescent Moon [ Ddeungromi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang