Jerzy pergi lebih dahulu dari kamar Kira. Kini tinggal Helio yang masih ada disana. Kira tidak peduli walaupun semisal Helio tetap tinggal disini selama dia mau. Malah Kira sangat senang.
"Sepertinya aku harus pergi juga." Kata Helio. Raut wajah Kira langsung berubah sedih.
"Sudah saatnya, ya?" Gumamnya pelan.
"Aku akan langsung menuju hutan itu." Ucap Helio. "Sampai jumpa—"
Perkataan Helio terhenti saat melihat raut wajah Kira yang sedih dan tampak kecewa. Entah bagaimana membuat Helio merasa kurang nyaman. Tapi, dia juga tidak bisa berlama-lama disini. Apalagi dia sedang ada di kandang musuh. Helio harus pergi sebelum orang-orang menyadari keberadaannya.
"Tunggu sebentar!" Kira menahan tangan Helio yang terasa dingin. "Tunggu!"
Helio akhirnya setuju. Kira bergegas menuju lemari kecil yang tidak jauh dari meja belajarnya. Membuka laci-laci itu satu persatu sampai dia menemukan apa yang dia cari. Kira langsung membawa benda yang adalah kalung itu pada Helio.
"Ambil ini. Aku membelinya saat berada di pantai Izeire." Kata Kira sambil menyerahkan kalung tersebut. Helio menatapnya dengan seksama.
"Vivintte?"
Kira menggeleng. "Bukan! Ini hanya kalung biasa dengan harga murah." Ucapnya lagi. Kira jadi agak heran kenapa banyak orang yang bilang itu adalah Vivintte.
"Sepertinya memang benar Vivintte." Helio mengambil kalung itu dan memperhatikan lebih dekat. "Warnanya hitam dengan aksen merah darah. Dimana kau dapatkan tadi?"
"Tidak. Ini bukan Vivintte, Helio. Aku membelinya di toko oleh-oleh dengan harga 30 mon saja. Pertama termurah sekalipun harganya tidak akan semurah itu." Jelas Kira.
"Ya sudah kalau kau bilang begitu." Kata Helio mengalah. "Kebetulan kalung lamaku hilang."
"Kalung dengan bandul bulan sabit?"
"Eh? Kau tahu?"
"Tentu saja. Itu kan kalung kesayangmu. Bagaimana bisa hilang? Padahal kamu sangat menyayanginya sampai tidak membiarkannya lepas dari leher."
"Entahlah. Saat aku terbangun, dia sudah hilang."
"Kalau begitu, pakai saja yang itu. Sebagai gantinya. Walaupun murah, tolong dijaga."
Helio mengangguk saja. Ia menyimpan kalung itu di saku celana kainnya. Sudah saatnya Helio untuk pergi. Meski Kira tampak sedih, dia berusaha untuk tersenyum dan melepas kepergian Helio. Vampir itu memandang sekilas pada Kira sebelum akhirnya menghilang begitu saja. Meninggalkan kepulan asap hitam yang juga dengan cepat menghilang. Kini Helio sudah benar-benar pergi dari sini.
Kira menarik nafas panjang. Berusaha untuk tenang. Mau bagaimanapun ini juga demi kebaikan Helio. Sekarang Helio hanya perlu duduk tenang sampai semuanya lebih stabil. Begitupun Kira yang tetap harus lebih tenang dan bersikap seperti biasanya.
~~~~~
Helio membuka matanya perlahan. Kepalanya luar pusing. Saat pandangannya sudah jelas, Helio menyadari bahwa dia ada disebuah tempat yang asing. Tapi, tempat ini seperti penjara. Kedua tangannya dirantai dan bajunya sudah berlumuran darah. Helio duduk diatas lantai batu yang kotor dan dingin.
Apa yang sudah terjadi?
Helio berusaha mengingat apa saja yang dia lalui sebelum berakhir disini. Helio saat itu sedang menghabiskan waktunya di tempat persembunyian dengan tenang. Hanya saja disaat Helio merasa lengah, secara mengejutkan ada panah yang meleset dan mengenai lengannya. Helio tidak ingat setelahnya, tapi yang jelas sepertinya dia tidak sadarkan diri. Kemungkinan panah itu memiliki racun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [ Ddeungromi ]
FantasySerangan mendadak yang dilakukan bangsa vampir pada panti asuhan Dellmount membangkitkan peperangan antara vampir dan manusia. Kira bergabung dalam pasukan pembasmi vampir untuk membalaskan dendamnya atas tragedi Dellmount dan mencari keberadaan Hel...