"Kira, hidup kita sudah memiliki takdir yang tertulis saat kita pertama kali bernafas di dunia ini. Aku, kamu, dan semuanya memiliki garis takdir masing-masing yang kita semua tidak akan bisa menghindarinya."
"Takdirmu mungkin akan sangat kejam. Mungkin takdirmu tidak akan seindah yang kau inginkan. Tapi Kira, apapun yang terjadi jangan pernah lupa bahwa takdir itu akan membuatmu lebih kuat. Jangan lupakan bahwa takdir itu ada untuk membawamu kembali pada jati dirimu yang sebenarnya."
"Jika saatnya sudah tiba, garis takdir itu akan bertemu pada ujungnya."
Kira terbangun. Ia memegang kepalanya yang terasa pening. Tidak biasanya Kira bermimpi. Apalagi mimpi seaneh barusan. Ucapan itu terngiang di telinga seakan-akan itu nyata. Kira mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Lagipula mimpi hanyalah bunga tidur.
Kira tidak menyangka bahwa ia akan tertidur dalam situasi genting seperti ini. Kira segera bangkit berdiri dan keluar dari tenda. Ia mendapati Grace yang tengah duduk didepan sebuah api unggun kecil sambil membaca buku. Kira merasa bersalah.
"Grace." Panggil Kira. Grace menoleh.
"Oh, sudah bangun rupanya." Grace melambaikan tangan pada Kira dan memintanya duduk di kursi yang ada disampingnya.
"Maaf. Aku malah tertidur."
"Tidak apa. Aku juga sebenarnya bangun tidak lama tadi. Semuanya juga banyak yang masih tidur." Sahut Grace.
"Bagaimana bisa mereka tidur? Padahal suasana sedang genting seperti ini." Kata Kira.
"Mungkin lelah." Ucap Grace. Ia menyodorkan sebuah gelas dengan asap yang masih mengepul tipis. "Kita semua baru saja selesai di Periara."
"Tapi, tetap saja." Kira menerima gelas itu dengan pelan. "Sepertinya pasukan pertama berjuang mati-matian sampai kita masih merasa aman."
"Benar. Sepertinya juga ada pasukan tambahan yang di kirim ke sana. Ku dengar juga pasukan yang berjaga di markas banyak yang di kirim ke barisan depan."
"Kemungkinan juga hanya tinggal menunggu waktu sampai kita diperintahkan untuk maju."
"Benar."
Suasana malam semakin larut dan dingin. Benar-benar membuat orang jadi mengantuk. Tapi, karena Kira yang baru saja bangun, dia tidak merasa mengantuk sama sekali. Ia berbincang dengan Grace tentang apapun. Sampai perbincangan tentang harapan yang mereka inginkan jika semua ini selesai.
"Aku hanya ingin tidur sepuasnya dan berlibur. Aku juga ingin mengunjungi Pantai Izeire yang terkenal dengan pasir putihnya." Ucap Grace bersemangat.
"Pasti menyenangkan bisa ke pantai Izeire. Kudengar juga mereka memiliki sajian khas dan masakan seafood yang terkenal lezat. Pasti Wynee sangat senang jika bisa kesana." Sahut Kira.
"Benar. Wynee sangat suka pantai. Nicole juga pasti akan sangat senang bisa makan khas disana. Jika bisa, mari kita pergi bersama, Kira."
"Tentu saja!"
"Ah, lalu bagaimana denganmu?" Tanya Grace sambil menatap Kira. "Apa harapanmu jika semua ini selesai?"
"Aku?" Kira juga bingung akan menceritakan apa. Dia tidak memiliki harapan lain selain menyelamatkan Helio. "Aku.... Sepertinya aku ingin membuka kedai teh."
"Teh? Bukannya kau tidak suka minum teh?"
"Ah..." tapi Helio suka dan itu adalah keinginan masa kecilnya. Tentu saja Kira tidak bisa mengatakan itu dengan jelas. "A—Akhir-akhir ini aku mulai suka."
"Benarkah?" Grace menatapnya dalam. "Kalau begitu nanti aku bawa kau ke tempat teh yang enak!"
"Ah.. hahaha. Terima kasih, Grace."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescent Moon [ Ddeungromi ]
FantasySerangan mendadak yang dilakukan bangsa vampir pada panti asuhan Dellmount membangkitkan peperangan antara vampir dan manusia. Kira bergabung dalam pasukan pembasmi vampir untuk membalaskan dendamnya atas tragedi Dellmount dan mencari keberadaan Hel...