Bagian19

688 70 12
                                    


Setelah membaca pesan dari Giselle yang memintanya ke basecamp, Raisha langsung bergegas mengambil motornya. Informasi apapun tentang Cicinya sekarang terasa menebarkan baginya, dia tidak ingin menyesal seperti kemarin telah mengabaikan pesan Gaby.

Gaby dan supir baru mereka, yaitu Pak Agus, sedang berbincang di depan garasi. Tentu saja, Gaby merasa aneh saat Raisha buru-buru mengeluarkan motornya. "Kemana Sha?" Gaby penasaran.

"Giselle minta gue ke basecamp, ada info penting tentang Callie." ucap Raisha dengan mimik wajah tegang.

Gaby mengkerutkan dahinya, "Iya udah, ayo, gue ikut. Jangan bawa motor Sha, pake mobil aja. Udah mendung tuh" kata Gaby, tetap memperhatikan Raisha. Raisha mengangguk dan menaruh kembali motornya, "Pak, tolong bilangin Freya dan Callie kami keluar sebentar ya, tolong jaga mereka." pesan Gaby pada Pak Agus. Pak Agus mengangguk mengerti.

Raisha memimpin perjalanan menuju basecamp dengan tatapan penuh ketegangan. Gaby duduk di sebelahnya, mencoba membaca ekspresi Raisha yang penuh kekhawatiran. Meskipun mendung, suasana di dalam mobil terasa semakin panas seiring dengan ketidakpastian yang menggelayuti mereka.

Kedua teman itu mencapai basecamp dalam waktu singkat. Giselle sudah menunggu dengan ekspresi serius. "Apa yang terjadi Sel? Informasi apa yang lo tau??" tanya Raisha begitu mereka tiba.

Giselle menguraikan motif Aldo meneror Gaby. Selain rasa kesal karena Callie selalu membicarakan Gaby ketika mereka bersama, Aldo juga merasa iri karena seharusnya dia yang ikut bertanding, bukan Gaby. Namun, karena performa Aldo menurun saat pemilihan, Gaby menjadi perwakilan sekolah. Informasi ini didapat Giselle dari Wahyu, anak buah Aldo di sekolah, yang sudah lama berhenti menuruti perintah Aldo.

"Gitu Sha, Gab... Gue enggak sengaja ketemu Wahyu di GOR tadi pas latihan" ungkap Giselle.

"Aduh, anjing Aldo! Padahal mukanya kelihatan kayak orang bener.." gerutu Raisha, kesal dengan tindakan Aldo yang dianggapnya keterlaluan dan konyol.

Gaby tertawa mendengar umpatan Raisha, "Namanya juga cinta, Sha.. Lo aja sampai matahin hidung gue karena cemburu." ucap Gaby, membuat Raisha teringat pada masa lalu itu.

"Ah, diingetin lagi. Gue kan udah minta maaf, Gab..."

"Hahaha, yaelah.. Gue cuma bercanda, wkwk." Gaby menenangkan Raisha dengan tawa, menciptakan momen ringan di tengah situasi yang tegang.

"Jadi, kita sekarang harus gimana, Gab?" tanya Giselle sambil memainkan gitarnya, suara senarnya terdengar melengking dalam keheningan ruangan.

"Ya, nggak harus gimana-gimana. Aldo udah ditangkap. Kita nggak bisa berbuat banyak, apalagi berhubungan lagi sama mereka. Ingat, kita masih 17 tahun, sebentar lagi tahun ajaran baru, kita harus fokus sekolah..." Gaby berusaha menjelaskan pada teman-temannya.

Raisha merenung sejenak, memikirkan ucapan Gaby. "Lo bener, Gab. Semakin kita tahu lebih banyak, anak buah Aldo yang nggak segen-segen ngincar kita lagi." ucapnya.

"Yak, betul.." sahut Gaby sambil mnegadauk kopi yang sedang dia buat di dapur. Setelah selesai membuat kopi, Gaby kembali pada teman-temannya. "Ahh, akhirnya ketemu kopi juga.." ucapnya setelah menyeruput kopi itu, memberikan sentuhan humor ke dalam pembicaraan serius.

"Gab.. g-gue mau minta maaf, gue salah. Gue malah sibuk pacaran, padahal lo waktu itu minta bantuan gue. Gue menyesal Gab, maafin gue.." ucap Raisha sendu, tidak berani menatap Gaby.

Gaby dengan tenang merangkul bahu Raisha, "Yaa santai aja Sha, udahlah lupain.. Tapi lain kali jangan diulangin ya. Yang penting sekarang semua sudah membaik." katanya sambil tersenyum menenangkan, memberikan kehangatan di tengah situasi yang tegang.

Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&CallieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang