Freya dan Raisha tiba di rumah dengan cepat, mereka melewati pintu tanpa memberi salam kepada supir atau pembantu rumah tanggamereka . Keduanya langsung memanggil "Mommy!" dan "Bunda!" dalam kegembiraan, tetapi tidak ada jawaban.
"Mereka mana, sih?" gumam Raisha, raut wajahnya mencerminkan kebingungan. Mereka berdua merasa aneh karena biasanya Mommy dan Bunda akan menyambut mereka dengan hangat dan antusias bertanya.
Setelah duduk di meja makan, Freya mengambil minuman dingin dari kulkas dan memberikan satu untuk Raisha. Namun, kejadian tak terduga terjadi saat Raisha hampir saja menelan minuman itu, membuatnya melontarkan umpatan tak senonoh. "Anjingg!"
"Astaga, Raisha! Nggak sopan," tegur Freya dengan ketegasan, matanya penuh dengan ketidakpercayaan. "Kenapa sih? Kebiasaan kasar banget!"
Raisha merasa frustrasi, mengacak-acak rambutnya dengan gerakan kasar. "Arrgghhhhh, Fre.. Ternyata Mommy dan Bunda ngeprank kita!"
Freya hanya tersenyum meskipun dalam hatinya dia merasa sedikit kesal. Dia khawatir jika ibunya sudah pulang ke rumah dan tidak menemukan dia dan Gaby dirumah. Namun di sisi lain, dia merasa lega sekaligus sedih karena telah merindukan kehadiran ibunya.
Freya merenung sejenak, mata yang biasanya berbinar kini dipenuhi dengan kegelisahan. Ia duduk di samping Raisha yang juga tampak murung, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. Tetapi, dalam relung hatinya, kegelisahan itu terus bergelombang seperti badai yang mendesak untuk melepaskan diri.
"Kenapa muka lo sedih gitu?" ucap Freya dengan nada penuh perhatian, mencoba menggali lebih dalam ke dalam perasaan sahabatnya.
Raisha, dengan tatapan kosong, menggerakkan gelasnya tanpa tujuan, memutar-mutar isinya. "Tidak apa-apa.." jawabnya pelan, tetapi ada kekakuan dalam suaranya.
Freya menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu Raisha, sesuatu yang mendalam dan membuatnya terkekang. "Lo kenapa? Mau cerita nggak??" kata Freya dengan lembut, mencoba menenangkan temannya.
Raisha menarik nafas panjang sebelum mulai berbicara. "Gue sama Chika bertengkar, Fre. Dia melanjutkan kuliah di luar kota, dan sejak itu jarang ngasih kabar."
Freya merasa kebingungan. Baginya, alasan Chika tidak sepenuhnya masalah besar. "Tapi, mungkin dia hanya sibuk dengan kegiatan kuliahnya, ada kelas tambahan mungkin atau ikut organisasi.." usulnya, mencoba memberikan sudut pandang yang lebih positif.
Namun, Raisha terlihat tetap tegang. "Tapi, Fre, gue khawatir.. mungkin nggak sih dia selingkuh?" ujarnya dengan nada penuh kecemasan.
Freya mencoba memberikan dukungan. "Ngak lah, ngaco lu! Dah ah jangan terlalu dipikirin, ntar juga ngabarin kalau udah selesai kelasnya.. mending kita makan, gue laper banget.." katanya mencoba menenangkan Raisha.
Raisha menghela nafas berat, "Gas, mau makan apa? Masak aja ya?"
"Enggak, enggak, beli saja. Keburu kenyang nunggu elo masak." jawab Freya.
"Gasss, ayo!" Raisha meraih tangan Freya dan mengajaknya menuju garasi. Pikirannya hanya terisi dengan bayangan ayam goreng hangat, kentang, nugget, dan coca-cola dingin. Freya mengikuti Raisha tanpa keberatan, sambil tetap sibuk memainkan ponselnya. Baginya, Raisha tiba-tiba menggenggam tangannya bukanlah sesuatu yang aneh. Mereka berdua pergi dengan menggunakan motor.
"Supaya cepat sampai, Fre. Gue udah laper banget!" Raisha memberikan alasan.
"Tapi aku takut! Nanti terjungkal kalau kamu mengendarai motornya terlalu cepat.." tolak Freya.
"Dih tumben aku kamu.. Dah cepet ah, lama lo!" jamin Raisha, mencoba meyakinkan Freya bahwa semuanya akan aman.
Sebenarnya Freya terbiasa menggunakan kalimat-kalimat baku dalam kehidupan sehari-hari, dia agak aneh menggunakan bahasa kekinian makanya bahasanya sering campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going You at a Speed of 8706 : Gabriel&Callie
Novela JuvenilDi sekolah menengah SMA48, dua dunia bertabrakan ketika Gabriel, pemain bulutangkis terkenal dengan sikap dingin dan keangkuhannya, dipertemukan dengan Callista, seorang kutu buku ceria dan aktif sebagai anggota PMR. Keduanya sama-sama memiliki kepr...